Mona semakin terkesima melihat kehadiran Leo dan buket bunga yang dipersembahkan kepadanya."Ini untukmu, sayang." Berharap buket bunga ini bisa mewakili rasa cinta pada sang istri.Mona merasakan hatinya berdesir hebat, terpancar kebahagiaan. Dia menerima buket bunga dengan penuh cinta, mencium aroma segar yang memenuhi ruangan.Mona dengan suara lembut. "Terima kasih, Om Suami. Bunga-bunga ini begitu indah. Aku sangat suka."Leo merasa senang melihat kebahagiaan di wajah Mona. Dia kemudian mengeluarkan kotak kecil dari saku dan membuka kotak tersebut, memperlihatkan liontin yang berkilauan di dalamnya."Dan ini sesuatu untukmu, sayang." Lantas Leo memberikan liontin yang sangat indah sebagai hadiah untuk Mona yang kini tengah mengandung benihnya.Mona terpesona melihat liontin yang bersinar di dalam kotak. Ini adalah hadiah yang begitu berarti baginya."Om Suami, aku tidak menyangka kamu akan memberikan sesuatu yang begini indah. Kamu tidak bercanda kan. Membuktikannya pada ku?" Mon
Rintihan minta tolong dari Oma begitu lirih dan akhirnya terdengar samar-samar. Oma tampak kepayahan dengan darah yang mengalir dari kepalanya dan pada akhirnya tidak sadarkan diri.Bodyguard yang biasanya setia mendampingi Oma, tampak panik saat melihat kejadian tersebut dan dengan sigap bertindak. Dia segera mengangkat sang majikan dengan hati-hati.Bodyguard bodyguard satunya dengan suara tegas memanggil Leo yang baru saja pulang kantor. "Tuan Leo, nyonya besar pingsan."Leo, yang mendengar teriakan bodyguard, dari balik pintu sejenak menatap Mona yang sedang membukakan jas nya."Ibu. Om. Ibu kenapa?" Mona terdengar panik.Leo. Segera keluar dari kamar finikuti sang istri. Untuk menemui sang ibu yang katanya pingsan.Di luar kamar sang bodyguard perempuan berwajah cemas. "Tuan. Nyonya besar cidera dan pingsan.""Ibu kenapa? Bawa ke rumah sakit!" Tegas Leo walau belum tahu pasti ibunya kenapa.Belum sempat lawan bicaranya menyahut. Leo setengah berlari memasuki lift tidak lupa menun
"Sayang, kita perlu bicara sebentar." Leo menarik tanga. Mona kembali keluar dari ruangan sang bunda. Leo merasakan kecemburuan yang melanda hatinya ketika melihat Mona saling pandang dengan Marfin. Dalam situasi yang mencekam, Leo merasa perlu menjauhkan Mona dari Marfin, takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.Mona kaget dengan tindakan Leo. "Om, kenapa? Kita mau kemana?""Aku tidak suka kamu mesra dengan Marfin," kata Leo setelah berada di luar ruangan.Mona merasa bingung dengan reaksi Leo yang tiba-tiba cemburu dan protektif. Namun, dia mencoba untuk memahami kekhawatiran suaminya.Mona dengan suara lembut. "Om, aku mesra sama Marfin? Mesra di mana nya? dia adalah putramu, dan aku tetap mencintaimu. Kita harus mengatasi rasa cemburu!" Mona membuka tangannya."Tatapan mu yang mesra." Jelas Leo.Mona menghela nafas dalam-dalam sembari menatap ke arah suaminya. Ia tahu kalau Leo cemburu. Lalu Mona menunduk mempertanyakan pada dirinya sendiri. Benarkah kalau tatapannya mesra?"
Wanita yang tengah hamil besar itu memasuki rumah Oma dengan raut wajah yang penuh kekhawatiran dan kebahagiaan. Ia merasa lega melihat Oma pulang dari rumah sakit."Aku merasa senang, kau sudah pulang! itu berarti kamu dalam masa pemulihan dan biarkan aku merawatnya juga," ucap Laksmi yang berjongkok di dekat Oma.Oma bermonolog dalam hati. "Ini dia, wanita yang telah mencelakai saya. Melihatnya dihadapan saya sekarang membuat hati saya berdegup begitu cepat. Ingin rasanya ku tendang balik!"Wanita hamil itu memandang Oma dengan tatapan yang campur aduk, seolah-olah tidak ada rahasia yang tersimpan. Wajahnya sok sedih yang ia tunjukan pada semua orang. Maya dan Leo saling bertukar pandangan, melihatvekspresi Laksmi yang ketara di buat-buat."Oma, aku sangat sedih dengan kondisimu ini. Cepat sembuh ya! Oya Oma ... Marfin sudah pergi lagi ke luar Negeri. Dia titip salam buat Oma yang sangat disayangi." Seru Laksmi kembali menyentuh tangan Oma yang tidak berdaya, yang bisa dia lakukan
"Ya Tuhan ... istriku dalam bahaya." Gumam Leo terlihat shock.Leo sangat terkejut saat melihat rekaman CCTV di rumahnya, di mana Mona tampak sedang diganggu oleh Laksmi, orang yang hampir saja mencelakainya. Ketakutan dan kekhawatiran melanda hati Leo."Jangan sampai terjadi sesuatu." Leo menutup laptop.Lalu memasukannya ke dalam tas. Dengan cepat beranjak dari tempat tersebut.Leo segera bergerak cepat menuju pulang, di ruang matanya terus terbayang yang terjadi di rekaman CCTV. Dia tak dapat menahan kekhawatiran yang melanda dirinya, berharap bisa melindungi istrinya.Dengan suara tegas. Leo meminta supir untuk segera membawanya pulang."Antar saya pulang, cepat." Pinta Leo sambil mendudukan dirinya di jok mobil. Brugh! Suara pintu mobil.Sang supir tanpa banyak bicara. Langsung memutar kemudinya menuruti perintah sang majikan.Setibanya di rumah. Leo langsung gegas ke lantai tiga, namun di tempat yang tadi lihat itu kosong. Lalu Leo melihat Mona berada di dalam kamarnya sedang be
Sebuah gelas melayang dan hampir mengenai wajah Mona. Untungnya dengan cepat di tepis oleh tangan Leo sehingga tangan Leo yang terluka. Suasana semakin tegang. Mona pun panik melihat tangan Leo terluka.Leo menatap tajam pada Laksmi, yang sudah berniat mencelakai Mona tetapi malah mengenai tangan nya. Tangan Leo bergetar dalam menahan rasa sakit.Dengan suara tegas. "Laksmi, apa yang kamu lakukan?" Leo benar-benar kecewa pada Laksmi yang sudah berusaha mencelakai Mona. Nyata di depan matanya.Laksmi memohon dengan suara bergetar. "Maaf. Aku tidak bermaksud menyakiti siapa pun. Aku minta maaf!""Percuma kau meminta maaf!" Tegas Leo karena tidak akan mengubah apa pun. Yang sudah dilakukan Laksmi sungguh melampaui batas."Tolong! Aku minta maaf! Aku tidak akan mengganggu kamu dan Mona lagi. Beri aku kesempatan untuk memperbaikinya!" Sorot mata laki sangat ketakutan."Pergi sekarang juga!" Tanganmu yang mending ke arah belakang meminta maaf untuk pergi dari hadapannya.Kemarahan yang sa
Mona melihat ke arah sumber suara, di mana seorang pria bertubuh tambun sedang memegang berkas dan mendekati mereka."Ada beberapa kesalahan yang Nyonya Laksmi lakukan, termasuk kejahatan yang sudah dia perbuat," ucap pria tersebut dengan serius.Mona, dengan nada tegas, mengungkapkan kekhawatirannya. "Tapi dia sedang hamil, kasihan bagaimana jika hal yang sama terjadi padaku? Aku tidak ingin Laksmi berakhir di penjara."Namun, pria tambun tersebut menjelaskan bahwa Laksmi sudah dipenjara dan keputusan tersebut tidak akan berubah meskipun dia dikeluarkan.Mona menoleh ke arah Leo, mencari dukungan dari suaminya. Leo mengangguk-anggukkan kepala, menunjukkan pemahaman dan persetujuannya.Mona memohon kepada Leo. "Om, tolong pikirkan lagi. Laksmi sedang mengandung cucu kamu, putra Marfin. Aku harap kamu bisa mempertimbangkan situasi ini."Namun, Leo tetap teguh dengan keputusannya dan menggelengkan kepalanya. Baginya, meskipun Laksmi sedang mengandung, dia tetap merasa bahwa Laksmi harus
"Kenapa Alexa harus datang setiap hari? Aku bisa merasakan bahwa dia masih berharap pada Leo, dan itu membuatku cemas." Batin Mona saat melihat kedatangan Alexa untuk mengurus cucunya.Semenjak ada bayi nya Marfin dan Laksmi di rumah leo. Alexa sering datang dan menginap untuk ikut mengurus bayinya, Marfin. Kehadiran Alexa mengusik ketenangan Mona dan Leo. Yang jelas-jelas Alexa masih berharap pada Leo, sebagai mantan suaminya itu."Hi ... cucu ku yang ganteng. Aku kangen sama kamu emmm, wangi" Alexa menggendong dan menciumi cucunya.Oma yang sudah bisa bicara lagi, tersenyum bahagia melihat Alexa dan cucunya. "Apakah hari ini kau akan menginap?" tanya pada Alexa.Alexa menoleh pada sang ibu mertua Seraya mengangguk dan berkata. "Sepertinya seperti itu, Bu.""Oh ... Baguslah biar cucumu ada yang mengurus!" Ibu Salina menganggukkan kepalanya."Oh ya, Bu ... Ini saya bawakan makanan kesukaanmu dan saya sengaja pesan dari luar negeri!" Alexa sejenak mendudukan dirinya membuka paper bag y
Laksmi menatap dengan rasa tidak percaya bahwa malam ini dia harus keluar dari rumah impian itu, bahkan tanpa mendapatkan penghormatan dan mungkin tidak akan mendapatkan apa-apa. "Marfin, aku tidak selingkuh dan di mana buktinya aku selingkuh? Aku hanya ngobrol saja dengan dia. Dari mana buktinya aku selingkuh?" Laksmi berusaha membela diri. "Jangan banyak bicara! Bawa bajumu keluar dari sini! Semua barang-barang mu, get out!" ucap Marfin sambil menunjuk ke arah pintu yang terbuka lebar. "Tapi kan tidak ada buktinya bahwa saya selingkuh. Jadi tidak ada alasan bagimu untuk menceraikan saya!" teriak Laksmi dengan nada putus asa. "Sekarang, aku minta kamu segera merapikan semua barang-barang dan keluar dari rumah ini!" sergah Marfin sambil melempar semua barang Laksmi keluar kamar. Bahkan bukan hanya barang-barangnya yang dilempar keluar kamar, Laksmi pun ditarik keluar kamar. Padahal, ia baru saja ingin menggendong Mandala yang terdiam, melihat kedua orang tuanya dengan kebingu
Brak!Marfin mengejutkan mereka dengan menggebrak meja mereka, tatapan tajam diarahkan langsung pada Laksmi dan prianya. "Oh, ini yang namanya males keluar, pengen barengan di rumah, secrol medsos. Rupanya di sini ya. Saya tidak menyangka, ternyata kamu seorang ibu yang jahat, seorang istri yang penghianat!"Laksmi, terkesiap, melonjak naik berdiri, tidak percaya dengan kedatangan Marfin di hadapannya yang tadi katanya bermain di taman dan membawa anak tiba-tiba berada di depannya."Mar-Marfin, kamu ngapain di-di di sini?" suara Laksmi belibet, saking kagetnya."Kenapa, Mama Laksmi kaget? Karena suami yang lebih muda ini berada di sini? Kamu ternyata wanita murahan! Dulu kamu menggodaku, sampai hancurnya hubunganku dengan Mona. Dan sekarang kamu telah menghancurkan hubungan kita," suara Marfin dengan tegas."Ini tidak ... Ini tidak seperti yang kamu bayangkan. Aku ... aku bisa jelaskan," sahut Laksmi dengan suara yang terbata-bata.Marfin mengangkat tangan memberi kode agar Laksmi tid
Setelah beberapa saat muter-muter membawa Mandala jalan-jalan akhirnya Martin hendak menuju pulang namun sebelum masuk ke area perumahannya melihat mobil sang istri keluar membuat dia tertarik untuk mengikutinya dan mencoba untuk menanyakan keberadaannya sekarang di mana.(Kamu di mana? bisa datangin aku nggak, di taman sedang mengajak Mandala bermain) kirim.Beberapa saat kemudian terdengar notif masuk. Ting ....(Aku sedang berada di rumah lah. Malas untuk keluar!) jawab Laksmi.Kemarin merasa kebingungan apa ya di rumah tapi yakin kok itu mobilnya. Sehingga Ia terus mengikuti mobil tersebut memperhatikannya dari kejauhan."Aku jadi penasaran, aku yakin kok mobilnya istriku, apa mobilnya dipinjamkan sama orang lain? Tapi sama siapa? Nggak mungkin juga," gumam Marfin sambil terus mengawasi mobil yang berjarak beberapa meter di depannya.Sementara itu, Mandala tertidur di jok samping, sesekali Marfin memperhatikan anaknya dan jalan bergantian. "Rasanya sangat tidak mungkin mobilnya d
Marfin melanjutkan perjalanannya, mengendarai mobil kesayangannya menuju pulang ke rumah. Saat tiba di rumah, ia disambut oleh putranya, Mandala, yang berusia kurang lebih satu tahun. Mandala sudah mulai bisa bicara dan bertanya kepada Marfin tentang oleh-oleh yang terlupa Marfin beli."Aduh lupa! Ayah lupa sayang!" Kata Marfin dengan senyuman."Mmm, Ayah! Kok lupa sih ... beli oleh-oleh buat Mandala?" tanya Mandala dengan suara polos dan penuh harap.Marfin merasa bersalah karena lupa membawa oleh-oleh untuk Mandala. "Maaf, Sayang. Ayah lupa membawa oleh-oleh untuk Mandala. Tapi Ayah akan memberikannya nanti, ya."Mandala mengangguk dengan wajah kecewa yang segera berubah menjadi ceria. "Baik, Ayah. Mandala tunggu. Jangan lupa lagi ya! Janji"Marfin merasa berat hati karena lupa membawa oleh-oleh, namun janji lain kali akan membawanya. Sesuatu yang spesial untuk Mandala. Dia menuntun Mandala masuk ke dalam rumah.Namun, saat mereka masuk, Marfin mendapati istrinya, Laksmi, sedang asi
Suasana rumah begitu ramai menyambut kedatangan baby kembar Arda dan Ardi. sekian waktu kemarin menghilang. Kini datang kembali Mambawa kebahagiaan untuk Leo dan keluarga.Saat itu datang dua orang polisi dengan tegaknya dan begitu hormat kepada Leo. "Silakan duduk!" Leo menyilakan duduk kepada tamunya."Terima kasih!" Keduanya duduk di sofa berhadapan dengan tuan rumah.Polisi memberikan laporan yang mengungkapkan bahwa dalang di balik penculikan anaknya adalah Alexa, dan bahkan terbukti bahwa Alexa juga terlibat dalam penggelapan uang perusahaan Leo. Leo sangat terkejut dan jatuh dalam rasa nyesek yang mendalam, bertanya-tanya apa maksud dari semua ini."Apa? Alexa? Apa maksud dari semua ini?" Leo tidak habis pikir. Bagaimana bisa dia melakukan penculikan dan menggelapkan uang perusahaannya."Iya, Pak Leo. Setelah melakukan penyelidikan yang mendalam, kami menemukan bukti yang mengarah kepada Alexa. Dia memiliki motif di sebalik ini, melakukan penculikan demi satu tujuan dan mengge
Mona kembali melihat ke arah sang suami yang menikmati makan bakso nya dengan sangat lahap. "Sebaiknya kita pulang," ajak Leo setelah menghabiskan makannya, berdiri dan menyimpan lembaran uang di bawah mangkok. Mona, menganggukkan kepala, lalu berdiri hendak meninggalkan tempat itu. "Saya sudah melihat kedua baby yang sekarang dirawat oleh Abang tukang bakso, wah lucu-lucu kembar lagi," suara pria yang berada di belakang Mona menarik perhatian mereka berdua. "Apa Pak, Abang tukang bakso merawat kedua baby kembar? Dan baby siapa itu?" Mona menjadi penasaran. "Entah, yang jelas di bawa sama orang gila dan sekarang dirawat sama istrinya tukang bakso," kata si bapak tadi. Leo segera merogoh sakunya, mengambil ponsel lalu dia menunjukkan foto baby Arda dan baby Ardi. "Apakah kedua baby ini?" tanya Leo penasaran, kepalanya menoleh banyak orang-orang yang berada di sana. Orang yang tadi mengobrol sama bapak yang barusan saling pandang, entah apa yang berada dalam pikiran mereka. "Kam
Mona akhirnya mau makan, setelah Marfin berhasil membujuknya dan memberinya makan dari tangannya. Leo merasa cemburu dan mengambil alih posisi Marfin."Sini, biar Papa saja," kata Leo sambil menyuapi Mona. "Sayang, makan yang banyak," ucap Leo pada Mona yang membuka mulutnya."Aku ingin bertemu bayi. Aku takut dia-" Mona terhenti saat Leo menempelkan jari di bibirnya.Marfin menatap Mona dan Leo yang terlihat mesra. Hati Marfin juga merasa cemburu melihat Mona yang begitu dekat dengan Leo. *****Hati Mona penuh kekhawatiran dan kegelisahan. Dia tidak dapat membayangkan apa yang mungkin terjadi pada kedua putrinya yang hilang. Berbagai pertanyaan bergejolak di dalam pikiran mereka."Di mana bayi-bayi kita? Kapan kita akan menemukan mereka?" Kata Mona sambil menatap keluar jendela."Aku tidak tahu. Kita akan terus mencarinya," balas Leo sambil memandang ke jalan yang terlewati saat ia mengemudi.Mereka memutuskan untuk berjalan-jalan, mencari tanda-tanda keberadaan mereka. Mona berharap
Sementara itu, polisi sedang mengintai tempat yang dicurigai sebagai tempat bersembunyinya orang yang membawa bayi kembar, Arda dan Ardi.Dengan tegas, suara polisi memperingatkan. "Jangan bergerak! Serahkan dirimu, kalau tidak mau terjadi sesuatu padamu!" Polisi menodongkan senjata api ke arah wanita yang sedang memunggungi, sementara beberapa polisi lain berada di sekitar.Wanita itu, dengan rasa kaget, masih menghubungi pihak polisi dan perlahan-lahan mengangkat kedua tangannya. Kemudian, polisi segera meringkusnya, mengamankan tangannya ke belakang.Tanpa ada perlawanan, wanita tersebut digelandang ke kantor polisi. Selama di perjalanan, polisi terus menanyai di mana bayi kembar tersebut, namun wanita itu masih bungkam. Saat digeledah, tempat itu tidak ditemukan bayinya, hanya ada barang bukti berupa pakaian bayi.Berita mengenai kejadian ini langsung sampai ke telinga Leo dan Mona. Keduanya mendatangi polisi segera setelah mendengar kabar tersebut.Plak.Tidak dapat mengendalikan
Mona masuk ke kamar bayinya dengan hati yang panik dan terpukul. Dia melihat tempat tidur kosong dan bayinya sudah tidak ada di situ. Keadaan ini membuatnya kehilangan kendali dan dia langsung berteriak."Arda. Ardi, tolong ... bayiku hilang! Dia tidak ada di sini!" seru Mona dengan suara lantang.Mendengar teriakan Mona, semua orang di rumah berhamburan menuju kamarnya. Mereka melihat wajahnya yang panik dan hancur, dan situasi menjadi semakin kacau."Apa yang terjadi? Dimana bayimu?" tanya Wati yang lebih dulu sampai di lokasi dengan wajah yang penuh kekhawatiran."Baby aku hilang, Wati! Dia tidak ada di tempat tidurnya," kata Mona dengan suara yang penuh keputusasaan, sementara susternya pun yang baru selesai makan datang ke sana.Mona mencari ke kolong tempat tidur. Ke balik gorden. Balik sofa ... Dan asisten lain pun ikut mencari. suster pengasuh baby Arda dan Ardi pun kebingungan tadi kan waktu dia tinggalkan bersama Mona, terus kenapa sekarang tidak ada."Sabar, sayang," kata L