Home / Romansa / Terjerat Cinta CEO Dingin / Bab 77: Membuat Kepala Mark jadi Pusing

Share

Bab 77: Membuat Kepala Mark jadi Pusing

last update Last Updated: 2024-10-01 23:11:36

Dania terdiam setelah mendengar pertanyaan Mark. Pikirannya berputar cepat, mencoba mencerna maksud di balik kata-kata suaminya.

"Apa tidak terlalu berlebihan jika harus menghancurkan Kevin sepenuhnya, Mark?" tanyanya dengan nada ragu, tatapannya mencari sesuatu di wajah Mark, seolah mengharapkan jawaban yang dapat menenangkan hatinya.

“Jangan salah paham. Kau selalu berpikir jika aku masih mencintainya. Aku hanya ingin tahu,” kata Danie menjelaskan agar Mark tidak salah paham dengan apa yang dia katakan tadi.

Namun, Mark hanya diam. Rahangnya mengeras, pikirannya sibuk dengan sesuatu yang lebih besar daripada sekadar balas dendam.

“Aku tahu,” ucapnya singkat. Hanya itu, sebab ia tidak ingin mengungkapkan bahwa Kevin berencana merebut Dania darinya.

Meski ia tahu bahwa Dania tak akan pernah kembali pada Kevin, rasa waspada dalam dirinya tetap membara. Kevin terlalu berbahaya untuk diabaikan. Satu langkah salah bisa menghancurkan segalanya.

“Jika dibiarkan, Kevin akan semakin menjadi.
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (14)
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
mungkin dengan bertanya pada Sarah akan ada titik terang apa yang terjadi sama Mark atau memang ada sesuatu
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
sudah Dania kamu harus lebih memperhatiakan kesehatan dirimu sekarang karena kami sedang mengandung biarkan Mark melakukan apa yang mau ia lakukan
goodnovel comment avatar
wieanton
apa iya Mark yg gk sadar insiden itu,? apa kena amnesia atau gmn kok sampai gk tau kejadian bbrp tahun silam, pastinya Mark bkn anak kecil yg lupa apapun peristiwa besar & mengerikan kyk gini. aneh banget, hrs cari tau lbh bnyk lg
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 78: Jawab dengan Jujur

    Waktu sudah menunjuk angka tujuh pagi. Sinar mentari pagi menerobos tirai jendela kamar, menyelimuti wajah Mark yang masih terlelap dalam tidurnya.Udara sejuk menerpa kulitnya, memaksanya membuka mata dengan perlahan. Dengan helaan napas panjang, ia bangkit dari tempat tidur.Tatapannya langsung tertuju pada sosok Dania yang masih terlelap, mata Mark langsung tertuju pada perut Dania di mana kini telah hadir calon buah hati mereka di sana. Sebuah senyum kecil terukir di bibir Mark, lembut dan penuh arti.“Aku tidak menyangka akan menjadi seorang ayah. Tidak akan lama lagi, dalam waktu dekat ini,” gumam Mark begitu antusias menyambut kehadiran buah hatinya.Ia melangkah keluar dari kamar, menuruni tangga dengan hati-hati agar tidak membangunkan Dania. Sesampainya di dapur, Mark meraih kotak susu ibu hamil dari lemari dan menuangkannya ke dalam gelas kaca.Ia lalu mencampurkan susu itu dengan hati-hati, memastikan semuanya sempurna untuk istri dan anak mereka yang sedang berkembang di

    Last Updated : 2024-10-02
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 79: Jangan Dengarkan Ucapan Alex

    Sarah menggenggam cangkir kopi yang sudah lama mendingin. Matanya menatap ke permukaan meja, tapi pikirannya jauh melayang.Suasana kafe yang tenang dengan alunan musik lembut terasa seolah menghilang, hanya menyisakan ketegangan di antara mereka. Jari-jarinya yang rapuh terus bergetar meski dia mencoba menenangkannya.Mark menatap ibunya dengan tajam, napasnya tertahan, menunggu jawaban yang tak kunjung datang. “Ibu,” suaranya datar tapi tegas, “kenapa kau menghindar dari pertanyaanku? Aku hanya ingin tahu. Pernah atau tidak aku mengalami kecelakaan tiga belas tahun yang lalu?”Sarah mengangkat pandangannya perlahan, menatap Mark dengan mata yang dipenuhi kecemasan. Jantungnya berdegup kencang, kata-kata tersangkut di tenggorokannya. "Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu, Nak?" tanyanya dengan suara bergetar, mencoba mengulur waktu.Mark menyandarkan tubuhnya ke kursi, menahan frustrasi. “Iya atau tidak? Hanya itu jawaban yang ingin aku dengar darimu, Ibu.”Kata-kata Mark menusu

    Last Updated : 2024-10-02
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 80: Tidak semudah itu

    Mark melangkah mantap ke ruang meeting, setiap gerakan tubuhnya memancarkan kepercayaan diri dan ketegasan. Begitu memasuki ruangan, matanya langsung tertuju pada James, yang duduk dengan gugup di ujung meja. Tatapan Mark dingin, seolah tidak ada ruang untuk belas kasih. Ketegangan meresap ke dalam ruangan seperti kabut tebal, dan James terlihat semakin gelisah di bawah tatapan tajam Mark.Tanpa basa-basi, Mark menarik kursi dan duduk di hadapan James, tubuhnya bersandar sedikit ke belakang dengan lengan menyilang di depan dada. Dia menatap pria di depannya dengan penuh kewaspadaan. “Langsung pada intinya saja. Ada apa?” suara Mark terdengar dingin dan datar, tak ada sedikit pun nada keramahan di dalamnya. "Apakah bukti yang kuberikan kemarin masih belum cukup?"James menelan ludah, tangannya bergetar pelan saat ia mencoba menenangkan diri. Ia tidak pernah menyangka akan bertemu dengan sisi Mark yang begitu dingin dan tanpa kompromi. "Aku... aku ke sini bukan untuk berdebat lagi, M

    Last Updated : 2024-10-02
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 81: Bayangan itu Datang Kembali

    Pagi itu, seperti pagi-pagi sebelumnya, Dania kembali mengalami mual dan muntah. Usia kandungannya yang kini memasuki delapan minggu membuat setiap paginya penuh dengan perjuangan, tetapi kali ini terasa sedikit berbeda.Dania terduduk di tepi tempat tidur, wajahnya pucat sementara Mark menatapnya dari ambang pintu dengan ekspresi penuh kecemasan.Mark mendekat dengan langkah hati-hati, membawa segelas air putih di tangan kanannya. “Kau baik-baik saja?” tanyanya, suaranya penuh kelembutan yang biasa tersembunyi di balik sikap dinginnya.“Sepertinya kau sangat tersiksa dengan kehamilanmu ini, Dania.”Dania tersenyum lemah sambil mengambil napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri setelah serangan mualnya. "Aku baik-baik saja, Mark," jawabnya sambil menerima air itu.Dia menyesapnya pelan-pelan, berharap cairan dingin itu bisa membantu menenangkan perutnya yang bergolak. “Ini akan segera berlalu. Tidak akan se

    Last Updated : 2024-10-03
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 82: Itu hanya Masa Lalu

    Mark menatap Dania dengan tatapan datar, berusaha mencari jawaban di balik tatapan istrinya yang kini terlihat ragu. Ia tahu bahwa ada sesuatu yang membebani pikiran wanita itu, namun ia belum tahu apa.“Memangnya apa yang kau rasakan sampai-sampai bertanya seperti itu?” tanyanya dengan suara serius, mencoba menembus lapisan keraguan yang melingkupi pikiran Dania.Dania menghela napas panjang, seolah beban di dadanya semakin berat setiap kali ia mencoba berbicara. “Aku hanya merasa … ada sesuatu yang ingin aku ingat,” jawabnya perlahan. “Seperti ada bagian dari diriku yang hilang, dan aku ingin pergi ke suatu tempat.”Mark mengerutkan keningnya, menatap Dania lebih lekat. “Ke mana?” tanyanya, dengan mata penuh perhatian.“Taman kota dekat sekolah dasar Jarasi,” jawab Dania, suaranya penuh harap, seolah tempat itu adalah kunci untuk mengungkap misteri yang membebani pikirannya selama ini.

    Last Updated : 2024-10-03
  • Terjerat Cinta CEO Dingin    Bab 83: Ada yang ingin Dania Tanyakan

    Dania duduk di sofa ruang tengah, mangkuk es krim vanila di tangannya, pandangannya terfokus pada layar TV yang memutar film favoritnya. Namun, pikirannya melayang jauh, kembali pada sosok Mark. Selalu, ketika ia mencoba menggali lebih dalam tentang masa lalu suaminya, Mark akan dengan lihai mengalihkan pembicaraan, membuat Dania semakin penasaran. Sebuah rasa ingin tahu yang terus menggelitik pikirannya. Mengapa Mark begitu tertutup soal masa lalunya? Apakah ada sesuatu yang ia sembunyikan? “Mark tidak akan mau bicara jika bukan aku sendiri yang mencari tahu,” gumam Dania kemudian menghela napasnya dengan panjang. “Masih saja tak mau jujur. Aku semakin tidak paham dengan sikap Mark. Apa yang dia sembunyikan dariku? Tidak mungkin jika masih menjalin hubungan dengan wanita itu.” Dania menggaruk rambutnya yang tidak gatal itu. “Aku akan mengadukan Mark pada suami wanita itu jika benar, mereka masih menjalin hubungan.” Dania menyunggingkan bibirnya membayangkan Mark dan wanita itu m

    Last Updated : 2024-10-03
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 84: Satu Kebenaran yang Terungkap

    Sesyl terdiam mendengar ucapan itu. Tangannya yang sedari tadi menggenggam sendok kecil penuh dengan es krim vanila terasa begitu berat, seolah beban perasaan menelusup masuk ke dalam genggamannya. Perlahan, ia meletakkan sendok tersebut ke dalam mangkuk, seolah sedang menyerahkan rahasia yang selama ini terpendam di hatinya. Matanya cokelatnya tertuju pada Dania, menelusuri wajah sahabatnya itu dengan lirih, berusaha mencari celah untuk mengungkapkan sesuatu yang begitu lama terpendam.“Dania,” Sesyl akhirnya berbicara, suaranya terdengar berat, tenggelam dalam nada pilu yang tak tertahankan. “Ada yang harus kau tahu. Ada kisah kelam di balik semuanya. Sesuatu yang selama ini mungkin tak pernah kau duga.”Dania, yang sedang mengunyah es krimnya dengan perlahan, mendadak menghentikan gerakannya. Ia meletakkan sendoknya dengan hati-hati, tanpa suara, dan memandang Sesyl dengan alis yang sedikit terangkat, penuh tanda tanya. Di balik keheningan yang menyelimuti mereka, udara terasa p

    Last Updated : 2024-10-04
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 85: Yang Selama ini Mark Cari

    Mark tidak memaksa Dania untuk berkata jujur. Ia hanya menatap istrinya itu dengan sorot mata yang tenang, seolah memahami bahwa di balik kepalanya yang berdenyut, ada lebih banyak hal yang berputar. Tanpa berkata-kata, Mark menggenggam tangan Dania dengan lembut, menuntunnya masuk ke kamar mereka. Langkah mereka terasa hening, hanya suara napas Dania yang terdengar pelan, disertai detak jantung yang masih berdebar kencang karena cerita masa lalu Mark yang baru saja diungkapkan oleh Sesyl."Dania," suara Mark terdengar lembut, hampir berbisik ketika mereka tiba di ambang pintu kamar. "Istirahatlah. Jangan terlalu memikirkan hal-hal yang tidak penting. Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu, Dania.” Dania menatapnya sejenak, mencoba membaca ekspresi di wajah pria di hadapannya ini. Apakah Mark benar-benar tidak ingin memberitahu semuanya padanya? “Baiklah,” jawab Dania dengan suara yang nyaris tenggelam. "Aku akan beristirahat."Mark tersenyum tipis. Tangan kekarnya terangkat, meng

    Last Updated : 2024-10-04

Latest chapter

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Randy yang Menantang Maut

    "Siapa yang mengizinkanmu memasuki ruanganku, Mark?" pekik Randy, suaranya melengking, dipenuhi keterkejutan yang tak mampu ia sembunyikan.Matanya membulat, seperti seekor tikus yang baru saja menemukan dirinya terperangkap dalam sarang ular."Kenapa?" Mark menjawab dengan nada sedingin es yang menetes perlahan-lahan, menusuk hingga ke tulang."Bukankah kau selalu menantangku di media? Kenapa setelah aku datang, kau malah terkejut seperti itu?" Matanya menatap Randy tajam, bagaikan elang yang mengintai mangsanya dari ketinggian, siap untuk menerkam tanpa ampun.Tatapan itu membuat Randy tersentak. Nyali yang sebelumnya membara di layar media kini menciut, redup seperti lilin di tengah badai.Kata-kata penuh keberanian yang biasa ia lontarkan berubah menjadi gumaman yang kehilangan arah."Bukan kau yang aku singgung, tapi Stevan!" ujar Randy, suaranya masih mencoba terdengar tegas, meski jelas ada getaran kecil yang mencemari nada itu."Baik aku maupun Stevan, sama saja," ujar Mark, s

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Mulai Mengganggu

    "Argh! Sial!" seru Emma, suaranya melengking di tengah gemuruh musik yang menghentak.Cahaya neon ungu dan merah berkedip-kedip, membelah bayangan tubuhnya yang bergetar oleh frustrasi. Wajahnya yang memerah oleh amarah terlihat kontras dengan lipstik merah tua yang menghiasi bibirnya.Ia mencengkeram gelas koktail di tangannya hingga jari-jarinya memutih, seolah ingin menyalurkan kemarahan ke dalam benda mati itu.Sudah hampir dua bulan di New York, namun sosok Stevan yang diinginkannya masih saja tak tersentuh, bagai bayang-bayang yang terus menghindar dari cahaya."Sudahlah, Emma," ujar Rose lembut namun tajam, sambil menyandarkan tubuh rampingnya ke sofa empuk."Stevan tidak akan mau padamu. Jika dia menyukaimu, dia pasti sudah menyatakan cinta sejak kalian kuliah. Tapi itu tidak pernah terjadi, bukan?" Rose mengangkat alis, bibirnya melengkung membentuk senyuman kecil yang terasa seperti belati.Emma mendengus kasar, matanya menyipit dengan amarah yang membara. "Itu karena dia su

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Tidak Seharusnya Meragukannya

    Stevan mengerutkan keningnya, sorot matanya tertuju pada Clara yang sedari tadi hanya memutar-mutar spaghettinya tanpa minat.Piring di depannya terlihat seperti kanvas yang hanya dilukis separuh hati, gerakan garpu yang berulang menciptakan pola tanpa arah, mencerminkan pikiran yang penuh gejolak.Mereka kini duduk di sebuah restoran kecil nan hangat, dindingnya dihiasi lukisan klasik yang seolah ingin membawa pengunjung ke era lampau.Di luar, matahari siang mengintip malu-malu dari balik awan kelabu, sinarnya yang redup memantul lembut di permukaan meja kayu tempat mereka duduk.“Honey?” panggil Stevan, suaranya penuh perhatian, seperti alunan nada piano yang lembut di tengah hening.“Are you okay?” tanyanya dengan nada sedikit cemas, matanya menatap Clara dengan intensitas yang sulit diabaikan.Clara mendongakkan kepala, memandang Stevan dengan mata yang tampak berkilau namun terselubung bayangan kegelisahan. “Ya. I’m okay,” ucapnya lirih, bibirnya yang pucat membentuk senyum tipi

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Percakapan Random Keluarga Evander

    "Clara? Apa kau tidak merasakan sesuatu?"Suara Mark memecah keheningan dengan nada yang tenang namun penuh teka-teki, seperti bisikan angin malam yang membawa rahasia gelap dari kejauhan.Tatapan matanya mengunci Clara, seolah mencari jawaban yang tak pernah terucap."Apa maksudmu, Dad? Aku tidak mengerti sedikit pun," jawab Clara dengan alis yang berkerut.Ia melanjutkan kunyahannya pada cokelat batang yang mulai meleleh di sudut bibirnya, sementara matanya terpaku pada lembaran buku yang baru saja dibelinya.Mark menghela napas panjang, mengangkat kepalanya perlahan seolah mencari kata-kata yang tepat di langit-langit ruang tamu yang redup. “Sudah berapa lama kau dan Stevan menjalin hubungan?”Pertanyaan itu melayang di udara seperti percikan api kecil di tengah kabut, membakar rasa penasaran dalam dada Clara.Clara melirik ke arah ayahnya dengan pandangan setengah penasaran, setengah jengkel. Jarinya mengetuk meja, menghitung pelan.“Sepertinya sudah mau lima bulan. Kenapa, Dad? A

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 251: Makan Malam Keluarga Besar

    Mark mengundang Stevan, Sean, Amy, dan juga Lisa untuk makan malam di rumahnya. Clara sendiri tidak tahu jika Mark mengadakan makan malam ini, sehingga suasana di meja makan terasa lebih intim, namun ada juga ketegangan yang menggantung di udara.“Terima kasih atas kehadirannya di acara makan malam ini,” ucap Mark dengan suara berat, matanya menyapu ke seluruh wajah yang hadir, memberikan kesan bahwa setiap kata yang keluar dari bibirnya tidak bisa dianggap remeh.Clara menoleh ke arah Samuel, merasakan kegelisahan yang mulai tumbuh di dada. Pria itu hanya mengendikan bahunya, tanda bahwa dia pun tak tahu jika Mark mengundang orang tuanya dan ibu Stevan ke rumah mereka malam ini.“Terima kasih juga sudah mengundangku pada acara ini, Mark,” ucap Lisa dengan nada lembutnya, namun ada nada yang agak dipaksakan dalam suaranya, seperti yang sering terlihat pada orang yang berusaha menyembunyikan perasaan tidak nyaman.Mark tersenyum tip

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 250: Tindakan yang Membuat Mabuk Kepayang

    “Apa yang kau bawa dari London? Aku sudah tidak sabar melihatnya.” Clara, yang sebelumnya bersumpah tidak akan memaafkan Stevan, justru merasa seolah tak bisa menjauh dari pria itu.Pertahanannya luluh, begitu cepat dan begitu tiba-tiba, saat tatapan Stevan menyentuhnya dengan kekuatan yang tak terungkapkan.Ada sesuatu dalam mata pria itu yang begitu memikat, seakan ia menarik Clara ke dalam pusaran perasaan yang sulit ditolak.Stevan menatap wajah Clara dengan intensitas yang dalam, seakan ingin membaca setiap jejak emosi yang bersembunyi di dalamnya.Dengan gerakan yang begitu lembut namun penuh tekad, ia menarik wajah Clara mendekat.Bibir mereka bertemu dalam ciuman yang begitu mendalam, tak terduga, dan penuh gairah. Ciuman itu bukan sekadar pertanda rindu, melainkan sebuah ledakan emosi yang membakar seluruh penahanan mereka.Clara terkejut, hatinya berdebar dengan cepat dan hampir tak teratur. Ciuman itu datang tanpa aba-

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 249: Permintaan Maaf Stevan

    Dua minggu kemudian...Perpisahan Lisa dan Randy akhirnya resmi selesai, menyisakan babak baru yang dimulai dengan rasa lega bercampur keraguan.Di bawah langit kelabu New York yang seolah mengerti beratnya perjalanan ini, Lisa mengikuti langkah Stevan memasuki rumah sederhana yang telah disiapkan untuknya.“Ini rumahmu selama di sini,” ucap Stevan singkat, suaranya datar, tetapi ada sekilas kelembutan yang sulit disembunyikan.Lisa melangkah perlahan, matanya mengamati setiap sudut rumah dengan sorot yang sarat makna.Dinding putih bersih, perabotan minimalis, dan suasana hangat rumah itu memberi rasa nyaman yang sudah lama ia rindukan. Sebuah senyum kecil menghiasi wajahnya, seolah menghapus jejak beban dari masa lalunya.“Terima kasih, Nak. Aku tidak akan merepotkanmu selama di sini,” ucapnya lembut, namun suaranya mengandung getar haru.Stevan hanya mengangguk tipis, wajahnya sulit dibaca. Hatinya terbelah&

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 248: Ancaman Mengerikan Randy

    Ketika pintu apartemen terbuka dengan suara berderit yang berat, Randy berdiri di ambang pintu, tatapan matanya seperti kilatan petir yang menyambar langit malam.Udara di dalam ruangan mendadak terasa dingin, menciptakan suasana tegang yang mengancam meledak kapan saja.“Kau,” desis Randy dengan suara serak yang dipenuhi kemarahan, langkahnya mendekati Stevan dengan berat seperti membawa dendam yang membara. “Kau yang telah menghasut ibumu untuk bercerai denganku, huh?”Stevan berdiri tegak di sisi ruangan, wajahnya tenang namun matanya menyala dengan amarah terpendam.“Memangnya kau masih mengharapkan ibuku?” tanyanya, suaranya tegas seperti pisau yang menusuk ke dalam.“Selama ini kau hanya memanfaatkan ibuku agar mau membujukku untuk membangun perusahaanmu, Tuan Randy yang terhormat.”Randy menggeram, tangannya mengepal hingga buku-bukunya memutih. “Kurang ajar!” ia men

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 247: Masih Berbaik Hati

    “Maaf, aku tidak memberitahumu karena urusanku sangat mendadak,” suara Stevan terdengar di seberang sana, tenang namun mengandung jejak kelelahan yang sulit disembunyikan.Clara menghela napas panjang, dadanya terasa sesak oleh kekhawatiran dan amarah yang bercampur menjadi satu. “Sekarang jelaskan, apa yang kau lakukan di sana sampai pergi mendadak seperti ini?” tanyanya, suaranya bergetar, antara menahan rasa kecewa dan desakan ingin tahu.“Ibuku memaksaku untuk datang,” jawab Stevan akhirnya, suaranya terdengar berat, seperti seseorang yang menanggung beban yang terlalu besar. “Suaminya mengancam akan membunuh ibuku jika aku tidak pergi, Clara. Meskipun dia sudah menyakitiku, dia tetap ibuku.”Kata-kata itu menggantung di udara, menusuk relung hati Clara. Ia menelan salivanya dengan pelan, mencoba meredakan gemuruh emosinya. “Memangnya ayah tirimu sejahat itu, Uncle?” tanyanya, nada suaranya penuh dengan campuran simpati dan ketakutan.“Entahlah,” Stevan menjawab, suaranya nyaris s

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status