Home / Romansa / Terjerat Cinta CEO Dingin / Bab 82: Itu hanya Masa Lalu

Share

Bab 82: Itu hanya Masa Lalu

last update Last Updated: 2024-10-03 10:00:39

Mark menatap Dania dengan tatapan datar, berusaha mencari jawaban di balik tatapan istrinya yang kini terlihat ragu. Ia tahu bahwa ada sesuatu yang membebani pikiran wanita itu, namun ia belum tahu apa.

“Memangnya apa yang kau rasakan sampai-sampai bertanya seperti itu?” tanyanya dengan suara serius, mencoba menembus lapisan keraguan yang melingkupi pikiran Dania.

Dania menghela napas panjang, seolah beban di dadanya semakin berat setiap kali ia mencoba berbicara. “Aku hanya merasa … ada sesuatu yang ingin aku ingat,” jawabnya perlahan. “Seperti ada bagian dari diriku yang hilang, dan aku ingin pergi ke suatu tempat.”

Mark mengerutkan keningnya, menatap Dania lebih lekat. “Ke mana?” tanyanya, dengan mata penuh perhatian.

“Taman kota dekat sekolah dasar Jarasi,” jawab Dania, suaranya penuh harap, seolah tempat itu adalah kunci untuk mengungkap misteri yang membebani pikirannya selama ini.

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (12)
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
bentar ini cinta pertama nya Mark apa mungkin si Dania ya masa kecil gitu cinta jaman kanak kanak mungkin ngga sih
goodnovel comment avatar
MAIMAI
sabar mark, bawaan bayi kamu tuh
goodnovel comment avatar
MAIMAI
sudah benar benar saling cinta nih antara mark dan dania.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjerat Cinta CEO Dingin    Bab 83: Ada yang ingin Dania Tanyakan

    Dania duduk di sofa ruang tengah, mangkuk es krim vanila di tangannya, pandangannya terfokus pada layar TV yang memutar film favoritnya. Namun, pikirannya melayang jauh, kembali pada sosok Mark. Selalu, ketika ia mencoba menggali lebih dalam tentang masa lalu suaminya, Mark akan dengan lihai mengalihkan pembicaraan, membuat Dania semakin penasaran. Sebuah rasa ingin tahu yang terus menggelitik pikirannya. Mengapa Mark begitu tertutup soal masa lalunya? Apakah ada sesuatu yang ia sembunyikan? “Mark tidak akan mau bicara jika bukan aku sendiri yang mencari tahu,” gumam Dania kemudian menghela napasnya dengan panjang. “Masih saja tak mau jujur. Aku semakin tidak paham dengan sikap Mark. Apa yang dia sembunyikan dariku? Tidak mungkin jika masih menjalin hubungan dengan wanita itu.” Dania menggaruk rambutnya yang tidak gatal itu. “Aku akan mengadukan Mark pada suami wanita itu jika benar, mereka masih menjalin hubungan.” Dania menyunggingkan bibirnya membayangkan Mark dan wanita itu m

    Last Updated : 2024-10-03
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 84: Satu Kebenaran yang Terungkap

    Sesyl terdiam mendengar ucapan itu. Tangannya yang sedari tadi menggenggam sendok kecil penuh dengan es krim vanila terasa begitu berat, seolah beban perasaan menelusup masuk ke dalam genggamannya. Perlahan, ia meletakkan sendok tersebut ke dalam mangkuk, seolah sedang menyerahkan rahasia yang selama ini terpendam di hatinya. Matanya cokelatnya tertuju pada Dania, menelusuri wajah sahabatnya itu dengan lirih, berusaha mencari celah untuk mengungkapkan sesuatu yang begitu lama terpendam.“Dania,” Sesyl akhirnya berbicara, suaranya terdengar berat, tenggelam dalam nada pilu yang tak tertahankan. “Ada yang harus kau tahu. Ada kisah kelam di balik semuanya. Sesuatu yang selama ini mungkin tak pernah kau duga.”Dania, yang sedang mengunyah es krimnya dengan perlahan, mendadak menghentikan gerakannya. Ia meletakkan sendoknya dengan hati-hati, tanpa suara, dan memandang Sesyl dengan alis yang sedikit terangkat, penuh tanda tanya. Di balik keheningan yang menyelimuti mereka, udara terasa p

    Last Updated : 2024-10-04
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 85: Yang Selama ini Mark Cari

    Mark tidak memaksa Dania untuk berkata jujur. Ia hanya menatap istrinya itu dengan sorot mata yang tenang, seolah memahami bahwa di balik kepalanya yang berdenyut, ada lebih banyak hal yang berputar. Tanpa berkata-kata, Mark menggenggam tangan Dania dengan lembut, menuntunnya masuk ke kamar mereka. Langkah mereka terasa hening, hanya suara napas Dania yang terdengar pelan, disertai detak jantung yang masih berdebar kencang karena cerita masa lalu Mark yang baru saja diungkapkan oleh Sesyl."Dania," suara Mark terdengar lembut, hampir berbisik ketika mereka tiba di ambang pintu kamar. "Istirahatlah. Jangan terlalu memikirkan hal-hal yang tidak penting. Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu, Dania.” Dania menatapnya sejenak, mencoba membaca ekspresi di wajah pria di hadapannya ini. Apakah Mark benar-benar tidak ingin memberitahu semuanya padanya? “Baiklah,” jawab Dania dengan suara yang nyaris tenggelam. "Aku akan beristirahat."Mark tersenyum tipis. Tangan kekarnya terangkat, meng

    Last Updated : 2024-10-04
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 86: Mimpi Buruk

    Mark menatap Sesyl dengan mata yang dingin, tatapannya bagaikan lautan yang tak dapat terbaca. Udara di dalam ruangan itu terasa semakin tebal dengan ketegangan yang tak terucapkan. Sesyl berdiri di hadapannya, matanya masih berusaha menangkap secercah emosi dari kakaknya yang begitu rapat menutup dirinya. Namun, Mark tetap membungkus dirinya dalam keheningan yang dingin, membuat setiap kata yang keluar dari mulutnya terasa seperti bilah tajam.“Jawab pertanyaanku, Mark!” ucap Sesyl terus menekan Mark agar mau bicara jujur padanya. “Sesyl,” suara Mark akhirnya terdengar, berat dan rendah, seakan setiap kata diucapkan dengan penuh perhitungan. “Jangan pernah ikut campur dalam urusan rumah tanggaku dengan Dania. Apa yang terjadi di antara kami adalah urusan kami. Kau tidak perlu tahu apa pun selain Dania adalah istriku!” Sesyl terdiam sejenak, hatinya terasa tertusuk mendengar kata-kata itu. Ia tidak pernah bermaksud untuk mengganggu, apalagi menyakiti Dania. Ia hanya ingin membantu

    Last Updated : 2024-10-05
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 87: Mungkin Belum Waktunya

    Pagi hari tiba dengan lembutnya sinar matahari yang merayap masuk melalui celah tirai kamar. Udara terasa tenang, namun bagi Dania, ada keheningan yang lebih dalam, sesuatu yang mengganjal di pikirannya.Ia bangun lebih dulu dari Mark, pria yang masih terbaring dengan napasnya yang sedikit berat. Dania menatap wajahnya yang pucat, dan perlahan, ia meraba kening Mark dengan lembut.“Dia demam…” gumam Dania pelan, nada suaranya penuh dengan kekhawatiran yang tak bisa ia sembunyikan.Pikirannya melayang kembali pada kejadian semalam. Mimpi buruk yang mengganggu tidur Mark, keringat yang membasahi tubuhnya, dan suara yang ia dengar setelahnya—terima kasih sudah kembali.Kalimat itu terus berulang dalam benaknya, seperti gema yang tak bisa ia hilangkan. Apa yang dimaksud Mark? Apa yang terjadi dalam mimpinya hingga membuatnya berucap demikian?Dania menarik tangannya perlahan dari kening Mark, berusaha untuk tidak membangunkannya. Ia tahu, pria itu butuh istirahat, terutama setelah semalam

    Last Updated : 2024-10-05
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 88: Itu hanya Mimpi Buruk

    “Sshh! Kenapa kepalaku semakin sering sakit seperti ini?” lirih Dania saat merasakan kepalanya mendadak terasa berat. Rasa pening yang tiba-tiba menyerangnya membuatnya harus menghentikan gerakannya.Ia segera duduk di kursi dapur, memegangi pelipisnya dengan tangan gemetar. Aliran pikirannya terhenti oleh rasa nyeri yang menjalar, membuat dunianya terasa sejenak berputar."Hamil... mungkin ini karena aku sedang hamil," bisik Dania dalam hati, mencoba menenangkan dirinya sendiri.Sejak mengetahui kehamilannya, gejala seperti ini sering datang tanpa peringatan, membuatnya merasa lemah dalam beberapa saat, sebelum akhirnya hilang begitu saja.Meski begitu, setiap kali rasa sakit itu datang, ia tidak bisa menyingkirkan kekhawatiran yang diam-diam merayap di pikirannya.Mark, yang baru saja keluar dari kamar, melihat Dania terdiam dengan wajah pucat. Dalam sekejap, ia menghampirinya, langkah kakinya cepat namun penuh perhatian. Kekhawatiran terpancar jelas di matanya.“Dania, ada apa? Kep

    Last Updated : 2024-10-06
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 89: Apa yang Kau Sembunyikan

    Dania menelan salivanya, merasakan kegelisahan yang menjalari tubuhnya. Pertanyaan yang menggantung di udara begitu berat, memenuhi ruang kecil di antara mereka.Ia menatap suaminya, Mark, yang duduk dengan tubuh tegap namun wajahnya tegang, menunggu jawaban yang sepertinya tak mudah diutarakan."Katakan saja, Dania. Jangan ragu," suara Mark terdengar lembut, namun ada nada ketegasan di balik bisikannya. Matanya yang tajam memperhatikan setiap gerakan Dania seolah ia takut melewatkan sesuatu.Dania menghela napas panjang, berusaha mengumpulkan keberanian untuk berbicara. Rasa penasarannya telah tumbuh menjadi kegelisahan yang tak tertahankan."Terima kasih sudah kembali. Itu yang kau ucapkan setelah mengalami mimpi buruk semalam," ucap Dania pelan, suaranya hampir bergetar.Mark menelan ludahnya, matanya membulat seketika. Kata-kata Dania menyentak kesadarannya, membawa kembali memori mimpi yang seharusnya tetap tersembunyi.Lidahnya mendadak terasa kelu, berat untuk digerakkan. Ia me

    Last Updated : 2024-10-07
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 90: Pingsan

    Waktu sudah menunjuk angka lima sore. Sore itu, awan kelabu menggantung rendah di langit, seakan mencerminkan perasaan yang berkecamuk di hati Mark.Ia menatap Dania yang duduk di kursi penumpang dengan wajah tenang, meski dalam hati, kekhawatiran terus merayapi pikirannya.Langkah mereka menuju rumah sakit seolah menjadi perjalanan yang panjang dan penuh kecemasan bagi Mark. Ia ingin memastikan segalanya baik-baik saja—terutama untuk Dania dan bayi yang sedang dikandungnya.“Kita harus memastikan semuanya normal. Aku tidak bisa membiarkan kehamilan ini membuatmu tersiksa,” ucap Mark, memecah keheningan. Nada suaranya lembut, namun sarat dengan kecemasan yang tak dapat ia sembunyikan.Dania menoleh, senyum kecil tersungging di bibirnya. Mendengar kekhawatiran suaminya yang begitu mendalam, ia tak bisa menahan tawa ringan yang terdengar dari balik bibirnya. “Kau selalu khawatir berlebihan, Mark. Aku baik-baik saja,” katanya, matanya berbinar dengan kehangatan.Mark menoleh sesaat, meli

    Last Updated : 2024-10-07

Latest chapter

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Konferensi Pers Randy

    Tidak membutuhkan waktu lama. Persis dua jam kemudian. Konferensi pers di gelar mendadak.Kilatan lampu kamera menyilaukan, memenuhi ruangan konferensi pers yang penuh sesak.Wartawan dari berbagai media berebut posisi terbaik, mikrofon teracung ke depan, siap menangkap setiap kata yang keluar dari mulut Randy. Ketika langkah Rendy menuju meja konferensi."Pak Randy, apa benar Anda mengakui telah mencuri desain Stevan?" seru seorang reporter, suaranya nyaring menembus hiruk-pikuk saat Randy melangkah tergesa menuju meja utama konferensi pers."Apakah ini berarti semua tuduhan terhadap Stevan tidak benar?" tanya yang lain, matanya berbinar, mencium aroma skandal besar.Randy menelan ludah. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Ia mencoba membuka mulut, tetapi suara gemuruh kamera dan bisik-bisik wartawan membuat dadanya semakin sesak.Ia bukan lagi penguasa ruangan. Sekarang ia hanya seorang pria yang terpojok di bawah sorotan lampu.Randy berdiri di depan puluhan mic dari berbagai m

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Randy yang Menantang Maut

    "Siapa yang mengizinkanmu memasuki ruanganku, Mark?" pekik Randy, suaranya melengking, dipenuhi keterkejutan yang tak mampu ia sembunyikan.Matanya membulat, seperti seekor tikus yang baru saja menemukan dirinya terperangkap dalam sarang ular."Kenapa?" Mark menjawab dengan nada sedingin es yang menetes perlahan-lahan, menusuk hingga ke tulang."Bukankah kau selalu menantangku di media? Kenapa setelah aku datang, kau malah terkejut seperti itu?" Matanya menatap Randy tajam, bagaikan elang yang mengintai mangsanya dari ketinggian, siap untuk menerkam tanpa ampun.Tatapan itu membuat Randy tersentak. Nyali yang sebelumnya membara di layar media kini menciut, redup seperti lilin di tengah badai.Kata-kata penuh keberanian yang biasa ia lontarkan berubah menjadi gumaman yang kehilangan arah."Bukan kau yang aku singgung, tapi Stevan!" ujar Randy, suaranya masih mencoba terdengar tegas, meski jelas ada getaran kecil yang mencemari nada itu."Baik aku maupun Stevan, sama saja," ujar Mark, s

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Mulai Mengganggu

    "Argh! Sial!" seru Emma, suaranya melengking di tengah gemuruh musik yang menghentak.Cahaya neon ungu dan merah berkedip-kedip, membelah bayangan tubuhnya yang bergetar oleh frustrasi. Wajahnya yang memerah oleh amarah terlihat kontras dengan lipstik merah tua yang menghiasi bibirnya.Ia mencengkeram gelas koktail di tangannya hingga jari-jarinya memutih, seolah ingin menyalurkan kemarahan ke dalam benda mati itu.Sudah hampir dua bulan di New York, namun sosok Stevan yang diinginkannya masih saja tak tersentuh, bagai bayang-bayang yang terus menghindar dari cahaya."Sudahlah, Emma," ujar Rose lembut namun tajam, sambil menyandarkan tubuh rampingnya ke sofa empuk."Stevan tidak akan mau padamu. Jika dia menyukaimu, dia pasti sudah menyatakan cinta sejak kalian kuliah. Tapi itu tidak pernah terjadi, bukan?" Rose mengangkat alis, bibirnya melengkung membentuk senyuman kecil yang terasa seperti belati.Emma mendengus kasar, matanya menyipit dengan amarah yang membara. "Itu karena dia su

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Tidak Seharusnya Meragukannya

    Stevan mengerutkan keningnya, sorot matanya tertuju pada Clara yang sedari tadi hanya memutar-mutar spaghettinya tanpa minat.Piring di depannya terlihat seperti kanvas yang hanya dilukis separuh hati, gerakan garpu yang berulang menciptakan pola tanpa arah, mencerminkan pikiran yang penuh gejolak.Mereka kini duduk di sebuah restoran kecil nan hangat, dindingnya dihiasi lukisan klasik yang seolah ingin membawa pengunjung ke era lampau.Di luar, matahari siang mengintip malu-malu dari balik awan kelabu, sinarnya yang redup memantul lembut di permukaan meja kayu tempat mereka duduk.“Honey?” panggil Stevan, suaranya penuh perhatian, seperti alunan nada piano yang lembut di tengah hening.“Are you okay?” tanyanya dengan nada sedikit cemas, matanya menatap Clara dengan intensitas yang sulit diabaikan.Clara mendongakkan kepala, memandang Stevan dengan mata yang tampak berkilau namun terselubung bayangan kegelisahan. “Ya. I’m okay,” ucapnya lirih, bibirnya yang pucat membentuk senyum tipi

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Percakapan Random Keluarga Evander

    "Clara? Apa kau tidak merasakan sesuatu?"Suara Mark memecah keheningan dengan nada yang tenang namun penuh teka-teki, seperti bisikan angin malam yang membawa rahasia gelap dari kejauhan.Tatapan matanya mengunci Clara, seolah mencari jawaban yang tak pernah terucap."Apa maksudmu, Dad? Aku tidak mengerti sedikit pun," jawab Clara dengan alis yang berkerut.Ia melanjutkan kunyahannya pada cokelat batang yang mulai meleleh di sudut bibirnya, sementara matanya terpaku pada lembaran buku yang baru saja dibelinya.Mark menghela napas panjang, mengangkat kepalanya perlahan seolah mencari kata-kata yang tepat di langit-langit ruang tamu yang redup. “Sudah berapa lama kau dan Stevan menjalin hubungan?”Pertanyaan itu melayang di udara seperti percikan api kecil di tengah kabut, membakar rasa penasaran dalam dada Clara.Clara melirik ke arah ayahnya dengan pandangan setengah penasaran, setengah jengkel. Jarinya mengetuk meja, menghitung pelan.“Sepertinya sudah mau lima bulan. Kenapa, Dad? A

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 251: Makan Malam Keluarga Besar

    Mark mengundang Stevan, Sean, Amy, dan juga Lisa untuk makan malam di rumahnya. Clara sendiri tidak tahu jika Mark mengadakan makan malam ini, sehingga suasana di meja makan terasa lebih intim, namun ada juga ketegangan yang menggantung di udara.“Terima kasih atas kehadirannya di acara makan malam ini,” ucap Mark dengan suara berat, matanya menyapu ke seluruh wajah yang hadir, memberikan kesan bahwa setiap kata yang keluar dari bibirnya tidak bisa dianggap remeh.Clara menoleh ke arah Samuel, merasakan kegelisahan yang mulai tumbuh di dada. Pria itu hanya mengendikan bahunya, tanda bahwa dia pun tak tahu jika Mark mengundang orang tuanya dan ibu Stevan ke rumah mereka malam ini.“Terima kasih juga sudah mengundangku pada acara ini, Mark,” ucap Lisa dengan nada lembutnya, namun ada nada yang agak dipaksakan dalam suaranya, seperti yang sering terlihat pada orang yang berusaha menyembunyikan perasaan tidak nyaman.Mark tersenyum tip

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 250: Tindakan yang Membuat Mabuk Kepayang

    “Apa yang kau bawa dari London? Aku sudah tidak sabar melihatnya.” Clara, yang sebelumnya bersumpah tidak akan memaafkan Stevan, justru merasa seolah tak bisa menjauh dari pria itu.Pertahanannya luluh, begitu cepat dan begitu tiba-tiba, saat tatapan Stevan menyentuhnya dengan kekuatan yang tak terungkapkan.Ada sesuatu dalam mata pria itu yang begitu memikat, seakan ia menarik Clara ke dalam pusaran perasaan yang sulit ditolak.Stevan menatap wajah Clara dengan intensitas yang dalam, seakan ingin membaca setiap jejak emosi yang bersembunyi di dalamnya.Dengan gerakan yang begitu lembut namun penuh tekad, ia menarik wajah Clara mendekat.Bibir mereka bertemu dalam ciuman yang begitu mendalam, tak terduga, dan penuh gairah. Ciuman itu bukan sekadar pertanda rindu, melainkan sebuah ledakan emosi yang membakar seluruh penahanan mereka.Clara terkejut, hatinya berdebar dengan cepat dan hampir tak teratur. Ciuman itu datang tanpa aba-

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 249: Permintaan Maaf Stevan

    Dua minggu kemudian...Perpisahan Lisa dan Randy akhirnya resmi selesai, menyisakan babak baru yang dimulai dengan rasa lega bercampur keraguan.Di bawah langit kelabu New York yang seolah mengerti beratnya perjalanan ini, Lisa mengikuti langkah Stevan memasuki rumah sederhana yang telah disiapkan untuknya.“Ini rumahmu selama di sini,” ucap Stevan singkat, suaranya datar, tetapi ada sekilas kelembutan yang sulit disembunyikan.Lisa melangkah perlahan, matanya mengamati setiap sudut rumah dengan sorot yang sarat makna.Dinding putih bersih, perabotan minimalis, dan suasana hangat rumah itu memberi rasa nyaman yang sudah lama ia rindukan. Sebuah senyum kecil menghiasi wajahnya, seolah menghapus jejak beban dari masa lalunya.“Terima kasih, Nak. Aku tidak akan merepotkanmu selama di sini,” ucapnya lembut, namun suaranya mengandung getar haru.Stevan hanya mengangguk tipis, wajahnya sulit dibaca. Hatinya terbelah&

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 248: Ancaman Mengerikan Randy

    Ketika pintu apartemen terbuka dengan suara berderit yang berat, Randy berdiri di ambang pintu, tatapan matanya seperti kilatan petir yang menyambar langit malam.Udara di dalam ruangan mendadak terasa dingin, menciptakan suasana tegang yang mengancam meledak kapan saja.“Kau,” desis Randy dengan suara serak yang dipenuhi kemarahan, langkahnya mendekati Stevan dengan berat seperti membawa dendam yang membara. “Kau yang telah menghasut ibumu untuk bercerai denganku, huh?”Stevan berdiri tegak di sisi ruangan, wajahnya tenang namun matanya menyala dengan amarah terpendam.“Memangnya kau masih mengharapkan ibuku?” tanyanya, suaranya tegas seperti pisau yang menusuk ke dalam.“Selama ini kau hanya memanfaatkan ibuku agar mau membujukku untuk membangun perusahaanmu, Tuan Randy yang terhormat.”Randy menggeram, tangannya mengepal hingga buku-bukunya memutih. “Kurang ajar!” ia men

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status