Beranda / Romansa / Terjerat Cinta CEO Dingin / Bab 168: Sekilas Masa Lalu

Share

Bab 168: Sekilas Masa Lalu

Penulis: Salwa Maulidya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-06 23:10:27

“Kau telah dibuang oleh keluargamu, dan kau baru memberitahuku jika kau sudah bukan bagian dari keluarga itu lagi!” Pekik Yonas penuh amarah, menggema di seluruh ruangan hingga membuat udara terasa menyesakkan, seolah dinding-dinding itu sendiri menolak untuk menerima kenyataan pahit yang baru saja terungkap.

Mata Yonas menyala-nyala dengan api amarah, sementara di hadapannya, Famela hanya mampu tertunduk dalam, menahan air mata yang kini membasahi pipinya seperti hujan yang tak kunjung reda.

Dia pikir, selama ini Yonas mencintainya, mencintai dirinya apa adanya. Tapi harapan itu runtuh dalam sekejap, remuk berkeping-keping bersama luka yang menusuk hatinya. Rupanya, ia salah.

Teramat salah. Yonas tak pernah mencintainya—hanya cinta akan kekayaan keluarganya yang selama ini membutakan pria itu.

“Mulai detik ini kau bukan lagi istriku! Kita bercerai!” suaranya menggelegar penuh penegasan, seperti palu yang mengetuk akhir dari sebuah ikatan yang dulu ia yakini abadi.

Yonas melangkah per
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (8)
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
g cuma Mark ternyata yg ingin ketemu Dania,mereka sama2 saling merindukan demi apaaa cinta kalian berdua begitu dalam Mark dania
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Ternyata fanela udah ngasih restu kalau dania dan Mark bersatu sejak dulu sampai dia melakukan hal untuk membahagiakan dania
goodnovel comment avatar
Icha Qazara Putri
Si Yonas nggak beda jauh sama Alex ya sama-sama egois. cuma mementingkan diri sendiri..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 169: Part II

    Satu minggu kemudian …“Famela? Aku rasa sejak pagi tadi kau terlihat murung. Ada apa?” tanya Amy, matanya menelisik wajah Famela yang tampak redup di balik senyum tipisnya.Famela menghela napas panjang, seolah melepaskan beban yang tak terlihat namun teramat berat di dadanya. “Tidak ada, Amy. Aku hanya… sedikit lelah saja,” jawabnya, suaranya pelan seperti bisikan yang ditelan angin.Amy menggelengkan kepala, menatap Famela dengan penuh perhatian. “Kalau lelah, sebaiknya istirahat dulu, Famela. Jangan memaksakan diri untuk tetap bekerja,” ucapnya, seraya menempatkan telapak tangan hangatnya di bahu Famela.Namun, sebelum sempat Famela menanggapi, dering teleponnya memecah keheningan.Nama yang tertera di layar adalah Sheira, sahabat lama yang kini tinggal di dekat rumah yang Famela yakini sebagai tempat tinggal Mark dengan orang tuanya.Jantung Famela berdegup cepat, rasa cemas dan harapan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 170: Dania sudah Menunggumu

    Jonas menandatangani kontrak kerjasama tersebut dengan seulas senyum puas di wajahnya, seolah bisa melihat masa depan penuh keuntungan yang terbentang di hadapannya. Jemarinya yang gemetar sedikit oleh antusiasme menari di atas tinta yang baru saja mengesahkan perjanjian di antara mereka. “Senang berbisnis dengan Anda, Tuan Jonas,” ucap Mark dengan nada formal, tangannya menjabat tangan Jonas dengan erat, menegaskan komitmen yang baru terjalin. Di balik matanya yang tajam, tergurat ketenangan seorang visioner yang tahu betul ke mana arah masa depan bisnis mereka. Jonas tersenyum, menatap Mark dengan kagum. “Jika melihat perkembangan yang begitu pesat dari tahun ke tahun, saya yakin tidak salah memilih perusahaan ini, apalagi di bidang teknologi terkini. Anda benar-benar membawa arus baru yang mengguncang industri.” Mark hanya tersenyum tipis, penuh percaya diri, seolah kehadirannya membawa magnet yang menarik perhatian siapa pun yang mendengarnya. “Setelah iklan ini dipublikasikan,

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 171: Tidak akan ada yang Memisahkan

    Begitu mobil berhenti di depan butik, Mark melangkah keluar dengan gerakan penuh semangat, seperti seorang pria yang kembali kepada bagian dari jiwanya yang hilang.Langkah-langkahnya lebar dan mantap, seolah-olah ia tidak lagi bisa menahan hati yang meronta ingin segera menyentuh kehangatan yang telah ia nanti.Saat ia memasuki ruang kerja Amy, pandangannya langsung tertuju pada sosok Dania, yang sudah menunggunya dengan mata basah, wajahnya terpahat dalam kerinduan yang tak terungkapkan.“Dania…” suara Mark terdengar rendah dan dalam, penuh rasa kasih yang memenuhi setiap sudut ruangan.Secepat kilat, Dania bangkit dari duduknya, berlari kecil menghampirinya, dan dalam sekejap, tubuh mereka menyatu dalam pelukan yang seakan mampu menghapus segala duka.Air mata yang telah tertahan di pelupuk mata Dania kini tumpah ruah, membasahi bahu Mark, membasahi kesunyian yang selama ini bersemayam dalam hatinya.“Mark, aku merindukanmu. Aku benar-benar merindukanmu…” bisiknya, suaranya pecah o

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 172: Mengadu dalam Harmoni yang Memabukkan

    Begitu mereka tiba di rumah, suasana terasa damai dan penuh kehangatan.Dania terus mengusap sisi wajah Mark, seolah tak ingin melepaskan sentuhan itu, seolah ia masih tak percaya bahwa setiap potongan kenangan yang hilang kini telah kembali, membentuk keping-keping utuh tentang pria yang ia cintai.Dalam pelukan, mereka duduk berdua di sofa, tangan Mark melingkar hangat di pinggangnya, menjalin rasa yang tak terputuskan.“Sayang?” Mark berbisik pelan, memecah hening di antara mereka dengan nada yang lembut namun penuh arti.“Hm? Ada apa, Sayang?” tanya Dania, suaranya lirih dan manis seperti belaian angin pagi yang menyejukkan.Mark menatapnya dalam-dalam, senyuman tipis tersungging di wajahnya, menambah pesona yang selalu membuat Dania terpesona.“Aku hanya ingin memastikan satu hal,” ucapnya sambil mengelus punggung tangan istrinya dengan lembut, seolah mencoba merasakan setiap denyut yang berpadu dalam kehangatan mereka.“Menyadari apa, Mark?” Dania balas menatapnya, matanya berbi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 173: Rencana Makan Malam

    Mark mengangkat tubuh Dania dalam dekapannya, seperti sepasang sayap yang ingin ia lindungi dari dunia yang fana.Tatapan mereka tak terputus, saling meneguk napas dalam kehangatan yang memabukkan, seperti dua jiwa yang haus akan keabadian.Dengan hati-hati, ia merebahkan tubuh Dania di atas kasur, membiarkan kelembutan ranjang itu menjadi saksi bisu dari cinta yang menggebu di dada.“Masih belum puas, hm?” bisik Dania dengan nada manis yang mengundang, menggoda seperti hembusan angin lembut di tengah malam.Sebuah kecupan singkat namun penuh arti mendarat di bibirnya, senyum Mark mengembang tipis, seolah tak akan pernah cukup baginya. “Tidak akan pernah ada puasnya jika menyentuhmu, Dania. Jangan bertanya hal aneh seperti itu.”Tawa kecil Dania mengalun, seperti melodi malam yang penuh pesona. “Baiklah,” ucapnya lembut, seakan menyerahkan segalanya hanya untuknya.Mark menunduk, bibirnya menyapu lagi bibir Dania dengan rasa yang tak tertahan. Sehelai kain terakhir pun terjatuh, hingg

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 174: Romantic Dinner

    Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam ketika Mark dan Dania tiba di restoran mewah yang telah disiapkan Vicky, asisten setia mereka.Restoran itu berkilauan dalam gemerlap lampu kristal, berdesain elegan dengan sentuhan hangat yang memancarkan kemewahan tanpa berlebihan.Di setiap sudut, pemandangan indah malam kota terlihat melalui dinding kaca yang tinggi, menciptakan suasana seolah-olah dunia malam ada dalam genggaman mereka.“Tempatnya sangat indah, Mark. Vicky benar-benar tahu bagaimana memilih restoran mewah yang nyaman,” ucap Dania, matanya menelusuri setiap detail ruangan dengan kagum.Mark tersenyum penuh kepuasan, tatapannya tak beranjak dari wajah istrinya yang bersinar malam itu. “Syukurlah kau menyukainya. Karena kalau tidak, kita bisa pindah tempat kapan saja,” jawabnya ringan, seolah kemewahan ini hanyalah hal sepele baginya.Dania hanya memutar bola matanya, menyadari betapa mudahnya pria ini mengucapkan hal semacam itu.“Meskipun aku tahu kekayaanmu tak terbatas,

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 175: Kasus Besar yang Baru Diungkap

    Dania baru saja selesai mandi, dan aroma segar yang melekat di tubuhnya perlahan memenuhi ruang itu.Langkah-langkahnya yang lembut membawa dirinya mendekati Mark, yang tengah duduk santai di sofa dengan sebuah majalah edisi minggu ini di tangannya. Ada ketenangan yang memancar dari wajahnya, seakan-akan dunia luar tak dapat mengusik kedamaiannya.“Mark?” panggil Dania, suaranya selembut embun pagi yang menyapa, mencoba meraih perhatian pria itu.Mark mengangkat wajahnya sedikit, matanya tetap terpaku pada halaman majalah. “Ada apa, Sayang?” tanyanya tanpa melepaskan pandangannya, namun kehangatan dalam suaranya membuat Dania merasa dipedulikan, walaupun hanya sejenak.“Bagaimana kasus mereka bertiga? Apakah mereka akan dihukum sesuai dengan perkara yang mereka lakukan?” lanjutnya, suaranya kini bergetar sedikit, membawa nada kekhawatiran yang ia sembunyikan di balik keheningan tadi.Mark menutup majalah itu perlahan, membiarkan matanya kini benar-

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 176: Kedatangan Tamu tak Diundang

    Satu bulan telah berlalu, membawa perubahan yang begitu drastis bagi dunia bisnis. Perusahaan milik Kevin kini berada di ambang kehancuran, menyisakan sisa-sisa kejayaan yang tergerus oleh peluncuran produk Mark minggu lalu.Dengan elegansi dingin dan perhitungan tajam, Mark meraih puncak dengan omzet perusahaannya melonjak hampir sembilan puluh persen.Ia kini menjadi magnet yang menarik perhatian, bahkan membuat Reino, komisaris utama Kv’s Group, datang menemuinya — sesuai rencana Mark yang telah tertata sempurna sejak awal."Saya ingin menyampaikan selamat atas suksesnya peluncuran produk terbaru Anda, Tuan Mark," ucap Reino, nada suaranya mencoba bersikap ramah, meskipun ada kegugupan yang tersirat di dalamnya.Mark hanya mengangguk singkat, sorot matanya tenang namun dalam, penuh perhitungan yang membuat Reino merasa seperti tengah berdiri di hadapan singa yang menunggu momen untuk menerkam."Terima kasih. Dan saya menghargai waktu Anda untuk datang menemuiku, Tuan Reino," jawab

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Konferensi Pers Randy

    Tidak membutuhkan waktu lama. Persis dua jam kemudian. Konferensi pers di gelar mendadak.Kilatan lampu kamera menyilaukan, memenuhi ruangan konferensi pers yang penuh sesak.Wartawan dari berbagai media berebut posisi terbaik, mikrofon teracung ke depan, siap menangkap setiap kata yang keluar dari mulut Randy. Ketika langkah Rendy menuju meja konferensi."Pak Randy, apa benar Anda mengakui telah mencuri desain Stevan?" seru seorang reporter, suaranya nyaring menembus hiruk-pikuk saat Randy melangkah tergesa menuju meja utama konferensi pers."Apakah ini berarti semua tuduhan terhadap Stevan tidak benar?" tanya yang lain, matanya berbinar, mencium aroma skandal besar.Randy menelan ludah. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Ia mencoba membuka mulut, tetapi suara gemuruh kamera dan bisik-bisik wartawan membuat dadanya semakin sesak.Ia bukan lagi penguasa ruangan. Sekarang ia hanya seorang pria yang terpojok di bawah sorotan lampu.Randy berdiri di depan puluhan mic dari berbagai m

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Randy yang Menantang Maut

    "Siapa yang mengizinkanmu memasuki ruanganku, Mark?" pekik Randy, suaranya melengking, dipenuhi keterkejutan yang tak mampu ia sembunyikan.Matanya membulat, seperti seekor tikus yang baru saja menemukan dirinya terperangkap dalam sarang ular."Kenapa?" Mark menjawab dengan nada sedingin es yang menetes perlahan-lahan, menusuk hingga ke tulang."Bukankah kau selalu menantangku di media? Kenapa setelah aku datang, kau malah terkejut seperti itu?" Matanya menatap Randy tajam, bagaikan elang yang mengintai mangsanya dari ketinggian, siap untuk menerkam tanpa ampun.Tatapan itu membuat Randy tersentak. Nyali yang sebelumnya membara di layar media kini menciut, redup seperti lilin di tengah badai.Kata-kata penuh keberanian yang biasa ia lontarkan berubah menjadi gumaman yang kehilangan arah."Bukan kau yang aku singgung, tapi Stevan!" ujar Randy, suaranya masih mencoba terdengar tegas, meski jelas ada getaran kecil yang mencemari nada itu."Baik aku maupun Stevan, sama saja," ujar Mark, s

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Mulai Mengganggu

    "Argh! Sial!" seru Emma, suaranya melengking di tengah gemuruh musik yang menghentak.Cahaya neon ungu dan merah berkedip-kedip, membelah bayangan tubuhnya yang bergetar oleh frustrasi. Wajahnya yang memerah oleh amarah terlihat kontras dengan lipstik merah tua yang menghiasi bibirnya.Ia mencengkeram gelas koktail di tangannya hingga jari-jarinya memutih, seolah ingin menyalurkan kemarahan ke dalam benda mati itu.Sudah hampir dua bulan di New York, namun sosok Stevan yang diinginkannya masih saja tak tersentuh, bagai bayang-bayang yang terus menghindar dari cahaya."Sudahlah, Emma," ujar Rose lembut namun tajam, sambil menyandarkan tubuh rampingnya ke sofa empuk."Stevan tidak akan mau padamu. Jika dia menyukaimu, dia pasti sudah menyatakan cinta sejak kalian kuliah. Tapi itu tidak pernah terjadi, bukan?" Rose mengangkat alis, bibirnya melengkung membentuk senyuman kecil yang terasa seperti belati.Emma mendengus kasar, matanya menyipit dengan amarah yang membara. "Itu karena dia su

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Tidak Seharusnya Meragukannya

    Stevan mengerutkan keningnya, sorot matanya tertuju pada Clara yang sedari tadi hanya memutar-mutar spaghettinya tanpa minat.Piring di depannya terlihat seperti kanvas yang hanya dilukis separuh hati, gerakan garpu yang berulang menciptakan pola tanpa arah, mencerminkan pikiran yang penuh gejolak.Mereka kini duduk di sebuah restoran kecil nan hangat, dindingnya dihiasi lukisan klasik yang seolah ingin membawa pengunjung ke era lampau.Di luar, matahari siang mengintip malu-malu dari balik awan kelabu, sinarnya yang redup memantul lembut di permukaan meja kayu tempat mereka duduk.“Honey?” panggil Stevan, suaranya penuh perhatian, seperti alunan nada piano yang lembut di tengah hening.“Are you okay?” tanyanya dengan nada sedikit cemas, matanya menatap Clara dengan intensitas yang sulit diabaikan.Clara mendongakkan kepala, memandang Stevan dengan mata yang tampak berkilau namun terselubung bayangan kegelisahan. “Ya. I’m okay,” ucapnya lirih, bibirnya yang pucat membentuk senyum tipi

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Percakapan Random Keluarga Evander

    "Clara? Apa kau tidak merasakan sesuatu?"Suara Mark memecah keheningan dengan nada yang tenang namun penuh teka-teki, seperti bisikan angin malam yang membawa rahasia gelap dari kejauhan.Tatapan matanya mengunci Clara, seolah mencari jawaban yang tak pernah terucap."Apa maksudmu, Dad? Aku tidak mengerti sedikit pun," jawab Clara dengan alis yang berkerut.Ia melanjutkan kunyahannya pada cokelat batang yang mulai meleleh di sudut bibirnya, sementara matanya terpaku pada lembaran buku yang baru saja dibelinya.Mark menghela napas panjang, mengangkat kepalanya perlahan seolah mencari kata-kata yang tepat di langit-langit ruang tamu yang redup. “Sudah berapa lama kau dan Stevan menjalin hubungan?”Pertanyaan itu melayang di udara seperti percikan api kecil di tengah kabut, membakar rasa penasaran dalam dada Clara.Clara melirik ke arah ayahnya dengan pandangan setengah penasaran, setengah jengkel. Jarinya mengetuk meja, menghitung pelan.“Sepertinya sudah mau lima bulan. Kenapa, Dad? A

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 251: Makan Malam Keluarga Besar

    Mark mengundang Stevan, Sean, Amy, dan juga Lisa untuk makan malam di rumahnya. Clara sendiri tidak tahu jika Mark mengadakan makan malam ini, sehingga suasana di meja makan terasa lebih intim, namun ada juga ketegangan yang menggantung di udara.“Terima kasih atas kehadirannya di acara makan malam ini,” ucap Mark dengan suara berat, matanya menyapu ke seluruh wajah yang hadir, memberikan kesan bahwa setiap kata yang keluar dari bibirnya tidak bisa dianggap remeh.Clara menoleh ke arah Samuel, merasakan kegelisahan yang mulai tumbuh di dada. Pria itu hanya mengendikan bahunya, tanda bahwa dia pun tak tahu jika Mark mengundang orang tuanya dan ibu Stevan ke rumah mereka malam ini.“Terima kasih juga sudah mengundangku pada acara ini, Mark,” ucap Lisa dengan nada lembutnya, namun ada nada yang agak dipaksakan dalam suaranya, seperti yang sering terlihat pada orang yang berusaha menyembunyikan perasaan tidak nyaman.Mark tersenyum tip

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 250: Tindakan yang Membuat Mabuk Kepayang

    “Apa yang kau bawa dari London? Aku sudah tidak sabar melihatnya.” Clara, yang sebelumnya bersumpah tidak akan memaafkan Stevan, justru merasa seolah tak bisa menjauh dari pria itu.Pertahanannya luluh, begitu cepat dan begitu tiba-tiba, saat tatapan Stevan menyentuhnya dengan kekuatan yang tak terungkapkan.Ada sesuatu dalam mata pria itu yang begitu memikat, seakan ia menarik Clara ke dalam pusaran perasaan yang sulit ditolak.Stevan menatap wajah Clara dengan intensitas yang dalam, seakan ingin membaca setiap jejak emosi yang bersembunyi di dalamnya.Dengan gerakan yang begitu lembut namun penuh tekad, ia menarik wajah Clara mendekat.Bibir mereka bertemu dalam ciuman yang begitu mendalam, tak terduga, dan penuh gairah. Ciuman itu bukan sekadar pertanda rindu, melainkan sebuah ledakan emosi yang membakar seluruh penahanan mereka.Clara terkejut, hatinya berdebar dengan cepat dan hampir tak teratur. Ciuman itu datang tanpa aba-

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 249: Permintaan Maaf Stevan

    Dua minggu kemudian...Perpisahan Lisa dan Randy akhirnya resmi selesai, menyisakan babak baru yang dimulai dengan rasa lega bercampur keraguan.Di bawah langit kelabu New York yang seolah mengerti beratnya perjalanan ini, Lisa mengikuti langkah Stevan memasuki rumah sederhana yang telah disiapkan untuknya.“Ini rumahmu selama di sini,” ucap Stevan singkat, suaranya datar, tetapi ada sekilas kelembutan yang sulit disembunyikan.Lisa melangkah perlahan, matanya mengamati setiap sudut rumah dengan sorot yang sarat makna.Dinding putih bersih, perabotan minimalis, dan suasana hangat rumah itu memberi rasa nyaman yang sudah lama ia rindukan. Sebuah senyum kecil menghiasi wajahnya, seolah menghapus jejak beban dari masa lalunya.“Terima kasih, Nak. Aku tidak akan merepotkanmu selama di sini,” ucapnya lembut, namun suaranya mengandung getar haru.Stevan hanya mengangguk tipis, wajahnya sulit dibaca. Hatinya terbelah&

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 248: Ancaman Mengerikan Randy

    Ketika pintu apartemen terbuka dengan suara berderit yang berat, Randy berdiri di ambang pintu, tatapan matanya seperti kilatan petir yang menyambar langit malam.Udara di dalam ruangan mendadak terasa dingin, menciptakan suasana tegang yang mengancam meledak kapan saja.“Kau,” desis Randy dengan suara serak yang dipenuhi kemarahan, langkahnya mendekati Stevan dengan berat seperti membawa dendam yang membara. “Kau yang telah menghasut ibumu untuk bercerai denganku, huh?”Stevan berdiri tegak di sisi ruangan, wajahnya tenang namun matanya menyala dengan amarah terpendam.“Memangnya kau masih mengharapkan ibuku?” tanyanya, suaranya tegas seperti pisau yang menusuk ke dalam.“Selama ini kau hanya memanfaatkan ibuku agar mau membujukku untuk membangun perusahaanmu, Tuan Randy yang terhormat.”Randy menggeram, tangannya mengepal hingga buku-bukunya memutih. “Kurang ajar!” ia men

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status