Home / Romansa / Terjerat Cinta CEO Dingin / Bab 162: Menghukum Dania

Share

Bab 162: Menghukum Dania

last update Last Updated: 2024-11-04 00:12:00

Waktu sudah merayap melewati angka delapan malam, membawa serta bayangan gelap yang berlapis di balik jendela rumah. Mark akhirnya tiba, setelah seharian terkurung dalam rutinitas meeting dan pembicaraan yang seolah tak ada ujungnya.

Langkahnya berat, dan jemarinya sibuk melonggarkan dasi yang terasa seakan mencekik tenggorokannya sendiri. Wajahnya lelah, kusut, namun di sana selalu ada semburat ketenangan yang ia rasakan setiap kali sampai di rumah.

“Hi, Mark. Akhirnya kau pulang juga. Aku sudah membuatkan kue muffin untukmu,” suara lembut Dania menyambutnya, menyingkirkan sejenak segala kerutan di dahinya.

Senyum di wajah wanita itu tulus, tapi Mark menangkap kilasan kesalahan yang bersembunyi di sana.

Seperti sebuah teka-teki yang ia ingin pecahkan, terlebih saat ia teringat betapa Dania telah melanggar batas—batas yang ia tetapkan sendiri.

“Oh, ya?” Mark mendekat, matanya menyorotkan tanya yang terselubung. “Kau tahu aku suka kue muffin, hm?” ucapnya, nadanya ringan namun menggant
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (9)
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Tenang dania. Hukuman nya pasti yg bikin nagih kok
goodnovel comment avatar
MAIMAI
ganti yg romantis dong mark kata "hukuman" nya, biar dania gak deg deg an.
goodnovel comment avatar
Voni Oktavia93
tenang Dania hukumannya pasti hukuman enak ko Dania.........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 163: Mark Semakin Menggila

    Mark perlahan merebahkan tubuh Dania di atas ranjang dengan gerakan yang penuh kesabaran namun mengintimidasi. Sorot matanya memancarkan kilat liar, seolah-olah Dania adalah mangsanya malam ini.Mata yang tak kenal lelah itu menatapnya dalam-dalam, menghanyutkan, hingga Dania hanya mampu menelan ludah, merasa jantungnya berdebar cepat di bawah tatapan sang suami yang penuh ketenangan yang menipu.Mark menggeserkan wajahnya, bibirnya mengecup lembut di lekuk leher Dania, gerakannya seperti angin yang membelai daun, namun begitu tajam, menyesakkan dada Dania hingga ia menggigit bibirnya, mencoba mengendalikan aliran darah yang semakin terasa mendidih.“Um, Mark …,” bisik Dania lirih, suaranya hampir tak terdengar di antara napasnya yang pendek.Ada ketakutan kecil namun manis dalam bisikannya, tanda bahwa ia belum sepenuhnya siap untuk sepenuhnya menyerahkan diri.Mark menahan senyuman, bibirnya dekat di telinganya saat ia berbisik dengan suara berat yang seperti petir menggelegar dalam

    Last Updated : 2024-11-04
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 164: Penangkapan Tiga Komplotan

    “Selamat pagi, Nyonya Angel. Kami dari kepolisian,” suara tegas polisi mengawali pagi yang baru saja ia harapkan tenang, namun kini berubah menjadi mimpi buruk yang tak terduga. “Kami mendapat laporan atas pencemaran nama baik dan kerjasama untuk merugikan pihak korban. Ikut kami ke kantor polisi untuk proses selanjutnya.”Mata Angel membulat seketika, tubuhnya terasa lemas ketika tangan terborgol dingin merenggut kebebasannya. Kepalanya menggeleng dalam penolakan yang penuh dengan rasa tak percaya. “Tidak. Aku tidak salah. Itu tidak benar!” pekiknya, suaranya bergetar antara kemarahan dan kepanikan yang berputar menjadi satu.Namun, tatapan polisi yang mengawalnya tetap datar, tak menunjukkan tanda simpati sedikit pun. “Anda bisa menyampaikan semuanya di ruang investigasi,” jawab petugas kepolisian, tak tergoyahkan oleh jeritan penuh emosi Angel. Jeritannya terus menggema, namun petugas hanya bertukar pandang, seolah pekikan itu hanyalah sekadar suara latar yang terhapus oleh ketuk

    Last Updated : 2024-11-05
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 165: Diary Pemberian Dania

    Malam telah melarutkan dirinya dalam keheningan, jarum jam sudah menunjuk angka sembilan, dan langit di luar begitu pekat.Mark melangkah mendekati Dania, yang tengah duduk tenggelam dalam lembaran-lembaran diary usangnya, tatapan matanya seperti menembus halaman-halaman itu, kembali ke masa lalu yang ia pegang erat dalam ingatannya.“Masih belum bosan, membaca bukunya?” tanyanya lembut, suaranya nyaris berbisik, seakan takut mengusik keheningan yang mendalam.Dania menoleh, senyum tipis merekah di wajahnya. “Bagaimana bisa bosan, sementara cerita di sini begitu indah,” gumamnya.“Kau mencatat setiap momen yang kita lewati, Mark. Setiap rasa, setiap tawa—semuanya masih terasa hangat di sini.”Mark menghela napas panjang, matanya memandangnya dengan campuran nostalgia dan ketulusan yang menawan.Dari balik punggungnya, ia mengeluarkan kotak hitam kecil, memberikannya pada Dania. “Aku tidak yakin kalau kau sudah membuka semuanya, Dania,” ucapnya pelan. “Isi kotak ini mungkin masih menyi

    Last Updated : 2024-11-05
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 166: Ada Kemiripan

    Pagi itu perlahan menyelimuti langit dengan lembayung yang masih tersisa, menyambut Mark dan Dania dalam ketenangan yang hanya sejenak, sebelum hari membawa mereka ke arah yang berbeda.Jam telah menunjukkan angka tujuh pagi, dan Dania baru saja keluar dari kamar mandi, dengan sisa embun yang seolah menempel pada kulitnya, membawa aroma segar yang memenuhi ruangan.Rambutnya yang masih basah ia sisir perlahan, menyiapkan dirinya untuk pergi ke butik, mencoba mencari jawab atas cerita yang telah lama terkubur.Di sisi lain, Mark sedang berdiri di depan cermin, merapikan dasinya dengan raut wajah yang sedikit serius, ketika ponselnya bergetar, memecah suasana tenang pagi itu.Tanpa berpikir panjang, ia mengangkat panggilan tersebut. “Ada apa, Vicky?” tanyanya dengan nada yang penuh perhatian.Suara Vicky terdengar jelas di seberang sana, sedikit tergesa namun terukur. “Selamat pagi, Tuan. Saya ingin memberitahu perihal Tuan Jonas. Beliau bersedia bertemu hari ini, dan kemungkinan besar

    Last Updated : 2024-11-06
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 167: Jantungnya Mendadak Nyeri

    Mark akhirnya memecah keheningan yang sejenak menguasai ruangan. “Bibi, titip Dania. Aku harus bertemu dengan klienku,” ujarnya, suaranya rendah namun tegas, seolah menyadari setiap detik yang berlalu dalam keheningan.Amy menganggukkan kepalanya dengan senyum penuh arti. “Jangan khawatir, Mark. Istrimu tidak akan kukenalkan pada pria lain.”Mark mengernyit, tatapan tajamnya membalas pernyataan Amy yang mengundang tawa pelan dari bibinya.“Berani-beraninya Bibi mengatakan hal itu di depanku,” katanya, dengan nada setengah menggoda, setengah mengancam. “Ingin kubakar butikmu ini, huh?”Amy hanya terkekeh, gelengan kepala lembut menampakkan rasa sayang yang tak berkurang sedikit pun. “Sudahlah. Aku dan Dania akan menghabiskan waktu sampai kau kembali.”“Ya sudah kalau begitu,” Mark membalas. Matanya beralih pada Dania, tatapan lembutnya terasa bagai embun pagi yang menyentuh dedaunan, segar dan penuh perhatian.“Sayang, aku akan segera kembali. Segera hubungi aku jika Bibi Amy macam-mac

    Last Updated : 2024-11-06
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 168: Sekilas Masa Lalu

    “Kau telah dibuang oleh keluargamu, dan kau baru memberitahuku jika kau sudah bukan bagian dari keluarga itu lagi!” Pekik Yonas penuh amarah, menggema di seluruh ruangan hingga membuat udara terasa menyesakkan, seolah dinding-dinding itu sendiri menolak untuk menerima kenyataan pahit yang baru saja terungkap.Mata Yonas menyala-nyala dengan api amarah, sementara di hadapannya, Famela hanya mampu tertunduk dalam, menahan air mata yang kini membasahi pipinya seperti hujan yang tak kunjung reda.Dia pikir, selama ini Yonas mencintainya, mencintai dirinya apa adanya. Tapi harapan itu runtuh dalam sekejap, remuk berkeping-keping bersama luka yang menusuk hatinya. Rupanya, ia salah.Teramat salah. Yonas tak pernah mencintainya—hanya cinta akan kekayaan keluarganya yang selama ini membutakan pria itu.“Mulai detik ini kau bukan lagi istriku! Kita bercerai!” suaranya menggelegar penuh penegasan, seperti palu yang mengetuk akhir dari sebuah ikatan yang dulu ia yakini abadi.Yonas melangkah per

    Last Updated : 2024-11-06
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 169: Part II

    Satu minggu kemudian …“Famela? Aku rasa sejak pagi tadi kau terlihat murung. Ada apa?” tanya Amy, matanya menelisik wajah Famela yang tampak redup di balik senyum tipisnya.Famela menghela napas panjang, seolah melepaskan beban yang tak terlihat namun teramat berat di dadanya. “Tidak ada, Amy. Aku hanya… sedikit lelah saja,” jawabnya, suaranya pelan seperti bisikan yang ditelan angin.Amy menggelengkan kepala, menatap Famela dengan penuh perhatian. “Kalau lelah, sebaiknya istirahat dulu, Famela. Jangan memaksakan diri untuk tetap bekerja,” ucapnya, seraya menempatkan telapak tangan hangatnya di bahu Famela.Namun, sebelum sempat Famela menanggapi, dering teleponnya memecah keheningan.Nama yang tertera di layar adalah Sheira, sahabat lama yang kini tinggal di dekat rumah yang Famela yakini sebagai tempat tinggal Mark dengan orang tuanya.Jantung Famela berdegup cepat, rasa cemas dan harapan

    Last Updated : 2024-11-07
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 170: Dania sudah Menunggumu

    Jonas menandatangani kontrak kerjasama tersebut dengan seulas senyum puas di wajahnya, seolah bisa melihat masa depan penuh keuntungan yang terbentang di hadapannya. Jemarinya yang gemetar sedikit oleh antusiasme menari di atas tinta yang baru saja mengesahkan perjanjian di antara mereka. “Senang berbisnis dengan Anda, Tuan Jonas,” ucap Mark dengan nada formal, tangannya menjabat tangan Jonas dengan erat, menegaskan komitmen yang baru terjalin. Di balik matanya yang tajam, tergurat ketenangan seorang visioner yang tahu betul ke mana arah masa depan bisnis mereka. Jonas tersenyum, menatap Mark dengan kagum. “Jika melihat perkembangan yang begitu pesat dari tahun ke tahun, saya yakin tidak salah memilih perusahaan ini, apalagi di bidang teknologi terkini. Anda benar-benar membawa arus baru yang mengguncang industri.” Mark hanya tersenyum tipis, penuh percaya diri, seolah kehadirannya membawa magnet yang menarik perhatian siapa pun yang mendengarnya. “Setelah iklan ini dipublikasikan,

    Last Updated : 2024-11-07

Latest chapter

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   END~

    Satu tahun kemudian ….Clara berdiri di depan jendela apartemen milik Stevan. Lalu pria itu menghampirinya dan memeluk wanita itu dari belakang dan mencium pipinya dengan lembut.“Hi, Stev.”“Hm. Kau tahu? Apa yang sudah ayahmu bicarakan tadi di ruang meeting?” ucap Stevan dengan suara beratnya.“Apa?” tanyanya ingin tahu.Stevan menghela napasnya dengan panjang. “Dia menagih cucu padaku.”Clara yang mendengarnya sontak tertawa. Ia kemudian membalikan badanya dan menatap Stevan.“Lalu, apa jawabanmu?” tanyanya kemudian.Stevan mengendikan bahunya. Ia lalu mengambil sesuatu di dalam saku celananya dan membukanya.Sontak Clara menutup mulutnya dengan mata membola melihatnya. “Stevan ….”“Clara. Kita sudah melewati perjalanan yang cukup panjang. Aku telah mencintaimu sejak kau masih remaja, aku telah menyayangimu sejak kau lahir ke dunia. Aku tahu, kau adalah takdir yang telah Tuhan tentukan untukku.“Meski us

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Permintaan Clara

    Tiba-tiba, suara dentingan terdengar. Begitu cepat. Tanpa Emma sadari. Mike menendang meja. Meja menjadi miring lalu membuat pisau di tangan Emma terpental.Tring! Pisau menjauh dari Emma. Stevan bergerak dalam hitungan detik.Ia meraih lengan Emma, memelintirnya ke belakang, membuat wanita itu berteriak kesakitan.Clara tersungkur ke lantai saat Stevan berhasil menjatuhkan Emma.Napasnya memburu. "Mmmh ..." mulut itu terikat. Clara tak bisa bicara apapun.“Permainanmu selesai,” desisnya.Emma menatapnya, matanya dipenuhi amarah dan kepedihan.“Tapi aku mencintaimu …”Stevan memejamkan mata sejenak, lalu menarik napas dalam-dalam.“Tidak, Emma.” Ia menatapnya tajam. “Ini bukan cinta, tapi obsesi. Aku tidak pernah mencintaimu dan kau salah mengartikan semuanya. Bahkan kau pun tahu sejak dulu pun aku hanya mencintai Clara.”“Sekali lagi kutegas

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Ancaman Gila

    Emma menyimpan pisaunya kembali, tetapi sorot matanya tetap menakutkan. Clara menelan ludah dengan susah payah, merasakan jantungnya berdegup begitu keras seakan ingin menerobos keluar dari dadanya.Keringat dingin mengalir di pelipisnya, membasahi kulitnya yang sudah pucat.Emma berjalan ke pintu dengan langkah santai, seolah semua ini hanya permainan baginya. Namun, sebelum keluar, ia berhenti dan berbalik."Oh, dan satu hal lagi, Clara …"Clara menahan napas, tubuhnya menegang. Tenggorokannya terasa kering, seolah ada simpul yang mengikatnya erat dari dalam."Aku ingin dia melihatmu dalam keadaan paling menyedihkan sebelum akhirnya aku menghilangkanmu dari dunia ini."Senyuman Emma penuh kepuasan, seperti seorang seniman yang baru saja menyempurnakan mahakaryanya yang keji.Kemudian, dengan gerakan lambat yang disengaja, ia mendorong pintu gudang hingga tertutup dengan suara berderak, menggema di ruang kosong yang dingin.

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Sudah Dalam Perjalanan

    "Hahaha, lelaki lemah. Kau mau apa? Menangisi wanitamu? Kau memang pantas ku buang sebagai rekanku. Aku tidak suka lelaki lemah sepertimu." Emma merasa menang. Desain tawanya begitu liar."Clara? Ini berbahaya, Emma. Kendalikan dirimu!""Mike, aku ... Aku hanya mengajaknya bermain. Kau tahu, dia selalu menghalangi jalanku. Aku hanya ingin memberinya pelajaran." Suara Emma santai tanpa rasa bersalah sama sekali."Emma, jangan lakukan ini!" suara Mike meninggi, tangannya mengepal. "Kau sudah cukup membuat kekacauan!""Oh, Mike, kau selalu terlalu baik l… atau terlalu bodoh? Aku ingin melihat sampai sejauh mana kau dan Stevan bisa melindungi wanita ini. Sekarang dia ada di tanganku. Jika kau ingin menolongnya, ajak Stevan dan temui aku."“Apa yang kau lakukan pada Clara?” Mike menggertakkan giginya.Tawa Emma terdengar lebih keras. "Ah, kau akan melihatnya sendiri. Aku akan mengirim lokasi. Tapi jangan terlambat… atau

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Hanya Ingin Berbagi Kebahagiaan

    Beberapa detik kemudian, ponselnya bergetar."Seperti yang kau minta. Semuanya akan berjalan lancar."Emma tersenyum puas. Ia meletakkan ponsel itu kembali dan merapikan rambutnya di depan cermin."Malam ini akan menjadi malam yang panjang," bisiknya.Ia meraih mantel, mengenakannya dengan gerakan anggun, lalu mengambil kunci mobilnya dari meja. Satu tarikan napas panjang, satu langkah menuju pintu.Ia keluar dari kamar, menutup pintu dengan tenang.Ponselnya ia tekan. Bukan ponsel yang biasa ia gunakan. Ponsel lain dan nomor ponsel yang baru, telah ia siapkan kemarin."Nona Clara. Apa anda putri dari Tuan Mark? Papa Anda mengalami kecelakaan lalu lintas, saya menolongnya dan tuan Mark sekarang ada di Alvarado hospital medicare center. Tolong datang segera, karena saya harus mengejar jadwal penerbangan saya.""APAA?! ba-baiklah saya segera datang. Terima kasih Nona telah menolong Daddy." Hiks."Apakah Daddy baik-baik saj

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Pastikan Semuanya Siap

    Ia memiringkan kepala, tatapannya terpaku pada sosok Stevan di kejauhan. Mata hitamnya membesar, membulat seakan ia baru saja melihat sesuatu yang indah.Jantungnya berdetak lebih cepat. Pipinya merona."Ah, Stevan …" gumamnya, suaranya terdengar seperti seorang gadis jatuh cinta. "Kau masih tampan sekali. Bahkan dari kejauhan sekalipun!"Ia menempelkan telapak tangan ke pipinya sendiri, memejamkan mata, membayangkan sesuatu.Pernikahan mereka. Stevan di altar, mengenakan jas putih. Ia di sisinya, mengenakan gaun yang memesona. Semua orang tersenyum bahagia.Ya … itulah yang seharusnya terjadi setelah ini.Emma membuka matanya, ekspresinya berubah. Rahangnya mengeras, napasnya semakin cepat."Tapi sebelum aku menjemputmu, sayang …"Tangannya menyelip masuk ke dalam tas kecilnya. Jemarinya bergerak lincah, mencari sesuatu.Lalu, sesuatu berkilau di bawah lampu. Pisau kecil dengan ukiran indah di gagan

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Jaga Clara

    Bodyguard pertama yang mencoba melawan. Namun, Randy dengan cepat menghindar dan menghantamkan pukulan yang kuat.Pria itu jatuh ke lantai mengerang. Tidak bisa bergerak. Bodyguard kedua mencoba menahan Randy. Tapi tidak berhasil.Seperti seorang pria yang sedang berjuang untuk menyelamatkan nyawa anaknya, Randy mengamuk, membabi buta, tidak memberi ampun.Mike tergeletak di tanah. Wajahnya penuh dengan cairan merah pekat. Dan tubuhnya semakin tak berdaya.Di sebelahnya, Randy berjongkok, memeriksa keadaan anaknya. Mike masih bernapas, meskipun dengan susah payah."Mike bertahanlah." Randy berteriak, mengguncang bahu.Mike berharap ada reaksi. Tetapi Mike tidak bergerak. Cairan merah pekat itu mengalir deras dari luka-lukanya. Dan tubuhnya terasa dingin.Emma yang masih berdiri di kejauhan, karena perkelahian bodyguardnya, menyaksikan semua amukan Randy dengan tatapan penuh kebencian."Kau akan mati, Mike. Tidak ada yang bisa m

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Semakin Menggila

    Sementara itu, di dalam mobil, Emma duduk dengan gelisah. Matanya menatap tajam ke depan, namun pikirannya jauh melayang.Botol wine di tangan kanannya hampir kosong, dan dagunya basah oleh sisa-sisa cairan yang tumpah.Ia tampak marah, kecewa, dan sangat kesal. Rasa sakit yang menggerogoti dirinya akibat kehadiran Clara begitu menyakitkan."Stevan…!" gumamnya dengan geram, suara hatinya penuh kebencian. "Kenapa dia harus ada di sana? Apa dia pikir aku tidak tahu apa yang sedang terjadi?"Emma meneguk wine lagi, tanpa peduli dengan keadaan dirinya yang semakin kacau. Ia merasakan ketidakmampuan untuk mengendalikan situasi ini."Kau pikir bisa menghindar, Stevan? Tidak. Aku akan pastikan Clara tahu siapa yang sebenarnya dia hadapi. Tidak ada yang akan bisa menghalangi rencanaku!"Tangannya yang gemetar memegang kemudi, namun di dalam dirinya, ada dorongan tak terhentikan untuk melanjutkan permainan berbahaya ini.Ia tahu bahwa j

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Cemas yang Berlebih

    Clara merapatkan mantelnya ketika angin malam menyelinap melalui serat kainnya. Ia baru saja keluar dari perpustakaan kampus setelah menyelesaikan tugas yang tertunda.Tatapan itu. Perasaan diawasi kembali lagi. Bahkan kali ini orang itu mengikutinya.Awalnya, ia mengira hanya kebetulan. Mungkin efek dari kurang tidur, atau mungkin hanya pikirannya yang terlalu waspada sejak Stevan memperingatkannya soal Mike.Tapi semakin hari, semakin sering ia merasakan kehadiran tak kasat mata yang seolah mengikuti setiap gerakannya.Ia menoleh ke belakang.Jalanan kampus hampir sepi. Hanya ada beberapa mahasiswa yang berjalan jauh di depannya.Lampu jalan menerangi trotoar dengan temaram, menciptakan bayangan panjang yang bergerak setiap kali angin menggoyangkan dahan pepohonan.Tidak ada siapa pun di sana.Clara meneguk ludah, mencoba menenangkan dirinya.“Hanya perasaanmu saja,” gumamnya pelan.Namun, saat ia kembali melangkah, bulu kuduknya meremang. Ada suara langkah kaki di belakangnya—terde

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status