Beranda / Romansa / Terjerat Cinta CEO Dingin / Bab 149: Memeriksa CCTV

Share

Bab 149: Memeriksa CCTV

Penulis: Salwa Maulidya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 11:37:39

Linda menganggukkan kepala, mencatat instruksi tersebut. Ruangan kembali hening, semua mata tertuju pada Mark yang kini membuka folder berisi berbagai laporan keuangan dan data investor. Setelah sejenak mempelajarinya, ia menghela napas panjang.

“Selanjutnya, kita perlu memulihkan kepercayaan para investor,” lanjut Mark, suaranya kini terdengar sedikit lebih lembut, namun tetap berwibawa.

“Saham perusahaan telah turun drastis karena adanya keraguan dari pihak eksternal, tapi kita akan mulai dengan proyek pengembangan yang telah tertunda. Saya ingin laporan tentang seluruh aset yang bisa segera kita manfaatkan.”

Salah seorang direktur keuangan, Jonathan, angkat bicara, mencoba memberikan analisis yang lebih rinci. “Tuan Mark, kita memiliki beberapa proyek yang berpotensi memberikan keuntungan besar, terutama yang sedang berjalan di sektor properti.

“Jika kita bisa menambah modal dari penjualan sebagian saham yang masih kita miliki, itu akan menjadi langkah awal yang baik untuk memulihk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (11)
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
pasti vicky g nyangka kalo mark bakal ngulang cctv
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
kapok kena marah kan vicky hahaha g jujur siiih repot juga ya posisinya klo dikasih tau bakal kepikiran g dikasih tau sekarang kena semprot
goodnovel comment avatar
wieanton
Gmn mau kasih tau, kondisi mu pun lg gk baik2 aja . yg ada malah resah gelisah trs marah2 gk jelas di dalam sana, mau keluar jg gk bisa kan? jgn salahin Vicky dong kan dia jg bingung lho Mark oh Mark... kasian kena lg deh Vicky ... sabar ya Vicky ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 150: Betapa Pentingnya Dania bagi Mark

    Wajah Vicky menegang, pandangannya menunduk. Ia tahu bahwa menjawab dengan alasan apa pun bukanlah pilihan yang bijak, namun ia harus jujur. “Saya… saya tidak ingin mengganggu Anda dengan kabar yang mungkin akan membebani pikiran Anda, Tuan. Nona Dania sendiri juga meminta agar saya tidak mengatakannya. Dia khawatir jika Anda tahu, Anda akan semakin terbebani di tempat ini.”Mark terdiam, kembali menatap layar laptopnya dengan tatapan kosong. Di satu sisi, ia memahami niat baik Vicky dan Dania yang ingin melindunginya. Namun, di sisi lain, perasaan bersalah yang mulai menyusup di hatinya membuatnya marah pada dirinya sendiri. Ia merasa tak berdaya, terkurung dalam ruangan ini sementara wanita yang ia cintai harus menanggung beban sendirian.“Dania…” gumamnya dengan nada pelan, hampir tak terdengar. Tatapannya tetap tertuju pada layar, memperhatikan momen-momen ketika Dania berusaha keras menghadapi masa-masa sulit itu sendirian. Betapa ia ingin berada di sana, memeluk Dania dan mema

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 151: Jangan Ragukan Perasaan Mark

    Tiga puluh menit telah berlalu sejak panggilan itu, dan kini Sean telah tiba di kantor Mark. Mark duduk di kursi kebesarannya, tampak khusyuk mengutak-atik laptopnya dengan pandangan tajam yang tak ingin lepas dari layar.Di hadapannya, video CCTV rumahnya terputar, memperlihatkan kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh Dania selama ia berada di penjara.“Mark?” Sean membuka suara setelah menempatkan dirinya di kursi di depan meja Mark. Ia memerhatikan keponakannya yang begitu serius dengan layar laptopnya. “Kau sedang sibuk?”Mark menoleh sebentar ke arah Sean, lalu pandangannya kembali tertuju ke layar. “Aku hanya sedang memastikan kalau Kevin tidak sempat masuk ke rumahku selama aku dipenjara kemarin,” jawabnya dengan nada datar, namun jelas mengandung ketidakpercayaan yang masih membara.Sean mendengar itu dengan seulas senyum yang sinis. Ia mengangkat tangan, menggaruk alisnya, dan kemudian tertawa kecil. “Tentu saja tidak, Mark. Dia tidak akan berani datang mengganggu Dania. Ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 152: Sebelum Bertemu denganmu

    Sembilan bulan yang lalu…Mark duduk di tepi tempat tidur kamar hotelnya, menutup matanya sejenak sambil mencoba meredakan kelelahan yang terasa menjalar ke seluruh tubuh.Pertemuan bisnis yang berlangsung sepanjang hari itu baru saja selesai, dan ia terlalu letih untuk merayakan apa pun—bahkan ulang tahun perusahaannya yang jatuh tepat malam itu. Ia mendesah, menatap kosong ke arah bayangan dirinya di cermin besar di sisi kamar.Ketukan pelan di pintu membuyarkan lamunannya. Vicky, asisten setianya, muncul di ambang pintu dengan sedikit ragu.“Selamat siang, Tuan,” ucap Vicky. “Aula hotel ini sudah dipakai untuk acara pertunangan. Jika Anda ingin, saya bisa mencarikan tempat lain untuk merayakan ulang tahun perusahaan Anda.”Mark menggeleng pelan, nadanya nyaris tak terdengar. “Tidak perlu, Vicky. Aku tidak ingin membuat pesta ulang tahun perusahaanku lagi,” jawabnya, suaranya berbisik diiringi keletihan yang mendalam.Vicky mengangguk kaku, menyembunyikan kekhawatirannya. “Baik, Tua

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 153: Maka tidak dengan yang Lain

    Mark menatap layar ponselnya begitu tiba di dalam mobil, jemarinya menari di atas keyboard, mengetik pesan kepada Vicky.“Vicky, siapkan dokumen pernikahan yang pernah kubuat dulu. Tinggal kau ganti tanggalnya dan daftarkan segera ke catatan sipil,” tulisnya tegas. Ia menatap layar ponselnya, menunggu konfirmasi dari Vicky.Hanya butuh beberapa detik sebelum notifikasi masuk.Vicky: “Baik, Tuan. Akan segera saya siapkan.”Mark menghela napas lega, merasakan beban yang selama ini menggantung di hatinya sedikit demi sedikit mulai terangkat.Setelah bertahun-tahun mencari, setelah semua usaha tanpa hasil yang ia jalani, wanita yang selama ini ia rindukan dan ia cari mati-matian ternyata benar-benar ada di hadapannya.Namun, ada satu hal yang masih mengganjal di benaknya—kenapa hanya dia yang mengingat segalanya? Kenapa Dania tidak mengenalinya sama sekali?Kebingungannya tak sempat ia telaah lebih dalam, karena suara lantang Dania memecah keheningan.“Tuan… apa sebenarnya yang kau ingink

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 154: Makan Malam penuh dengan Kehangatan

    Waktu sudah menunjuk angka tujuh malam, menyelimuti dunia dengan kilau temaram yang lembut, seakan alam sengaja memperlambat denyutnya untuk menyambut pulangnya sang suami yang tercinta.Langkah Mark berat namun tegas, melawan lelah yang menggurat dalam, setelah seharian bertarung dengan tuntutan pekerjaan yang membentang layaknya samudra tanpa tepi, dipenuhi ombak pertemuan dan arus deras panggilan dari para wajah-wajah penting.Namun, begitu membuka pintu rumah, semua kepenatan seakan sirna, tertelan senyum dan tatapan hangat dari wanita yang menantinya."Sayang?" panggil Mark, suaranya bagaikan angin lembut yang menerpa pelan, saat ia menarik Dania ke dalam pelukannya, menyentuh kelembutan yang hanya bisa ditemukan pada kekasih sejati. Dalam sekejap, lelahnya terasa bagai embun yang memudar di bawah sinar mentari.Dania menyambut pelukan itu dengan senyum penuh ketenangan yang menjalar sampai ke matanya. "Hari ini terlihat sangat lelah," ujarnya lembut, jemarinya menelusuri lembut

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 155: Mungkin akan Jadi Gila

    Keduanya tengah duduk di sofa panjang di kamar mereka, ruang itu terasa hangat dengan kehadiran mereka yang saling merapat. Lampu temaram mempertegas keintiman, menciptakan suasana tenang yang tak terganggu.Dania dan Mark memilih untuk menghabiskan malam dengan menonton film bersama, menikmati keheningan yang hanya terisi oleh suara lembut dari layar.Tangan Mark tak pernah berhenti mengusap perut buncit istrinya, gerakannya lembut dan penuh kasih, seolah mengukir setiap sentuhan dengan cinta yang tak terucap.Sesekali, ia menunduk, mencium pucuk kepala Dania, dan aroma lembut rambutnya menenangkan hatinya yang penuh dengan rindu dan kehangatan.“Mark?” panggil Dania pelan, suaranya nyaris berbisik, membangunkan suaminya dari lamunannya yang dalam.“Hm?” jawab Mark, matanya tak pernah lepas dari wajah istrinya, sorotnya penuh perhatian.“Aku ingin tahu. Apa yang kau lakukan selama kita berpisah dulu?” tanyanya, ada nada ragu yang tersirat, seolah takut membuka kembali lembaran yang m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 156: Akan Hilang Kendali

    Langit sore berpendar lembayung ketika waktu menunjukkan pukul lima sore, warna jingga melukis cakrawala seperti kanvas yang mengisyaratkan perubahan.Setelah pertemuan dengan klien di restoran yang hanya sepelemparan batu dari rumah psikolog Hans, Mark memutuskan untuk mampir, meski tubuhnya masih terasa dipenuhi kelelahan yang berat.Sesampainya di sana, Hans, yang sudah duduk di ruang tamu dengan tatapan prihatin, langsung menyambutnya. “Mark? Apa kau baik-baik saja? Aku menghubungimu sejak kemarin dan kau tidak menghubungiku balik!”Suara Hans terdengar serak, penuh perhatian, tatapannya mengamati setiap garis kelelahan di wajah sahabatnya yang kini duduk lesu di sofa.“Aku sedang sibuk,” jawab Mark datar, suaranya terdengar berat, seperti membawa beban tak terlihat.“Dan sebenarnya sekarang pun sedang sibuk. Tapi, obatku sudah habis, jadi aku menyempatkan waktu kemari,” lanjutnya, nadanya seakan menyerah pada kepenatan yang menyesakkan.Hans menghela napas panjang, tatapannya taj

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 157: Tidak akan Meninggalkanmu

    Sesi terapi pertama itu seolah menguliti setiap lapisan perasaan yang selama ini Mark tutupi. Butuh dua jam yang terasa seperti seumur hidup bagi Mark, menelusuri sudut-sudut tergelap dari hatinya.Saat sesi berakhir, ia hanya bisa duduk dalam keheningan, tatapannya kosong, memancarkan ketidakpercayaan yang menggantung di wajahnya—menyadari bahwa kondisi ini bukan sekadar ketakutan dalam benaknya, melainkan sesuatu yang nyata, menghantuinya.Di luar, Dania dan Vicky sudah menunggu dengan kecemasan yang tergurat di mata mereka. Hans, yang mengenali kesetiaan dua sosok tersebut, segera memberi isyarat agar mereka masuk.“Dania, Vicky. Silakan masuk,” katanya dengan suara yang hangat, tapi berwibawa.Dania bergegas mendekati Mark, melihat suaminya duduk di atas bangsal dengan sorot mata yang tampak rapuh.Dengan lembut, ia menggenggam tangan Mark, seakan memberinya kekuatan yang selalu dirindukannya. “Mark?” bisiknya lembut sambil mengulas senyum yang menyejukkan.“Aku di sini.” Dania me

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 242: Jangan Membual

    Malam itu, Stevan kembali ke kotanya. Mobilnya melaju menembus dinginnya malam, sementara pikirannya berlarian seperti ombak yang tak henti-hentinya memecah pantai.Meskipun rasa penasaran sesekali mengusik—apa yang sebenarnya dilakukan Lisa di sana—Stevan memilih menepisnya. Baginya, itu hanya bayangan masa lalu yang tak perlu lagi dihidupkan.“Aku sudah memutus hubungan dengan mereka. Karena mereka sendiri yang menginginkan hal itu,” gumamnya pelan, suaranya tenggelam dalam keheningan saat ia memarkirkan mobilnya di basement apartemennya.Apartemen ini kini menjadi dunianya, sebuah ruang yang sederhana namun penuh arti. Tidak lagi ada beban kenangan yang melekat pada dinding rumah orang tua angkatnya.Tempat tinggal ini lebih dekat dengan gedung Kv’s Group dan juga kampus Clara, membuatnya merasa seperti merangkai hidup baru yang jauh dari bayang-bayang masa lalu.“Sedang apa wanita itu? Baru dua hari tidak bertemu saja aku sudah sangat merindukannya,” Stevan bergumam sambil mengamb

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 241: Tidak akan Tertipu lagi

    “Kami sangat terkesan dengan desain dan motif yang dibuat oleh Kv’s Group, Tuan Stevan. Padahal, sebelum Kv’s Group dipegang oleh Tuan Mark, motif yang dibuat terlalu monoton.”Pujian itu meluncur dari bibir Tuan Haris, seperti alunan biola yang lembut menyentuh hati.Stevan tersenyum, sebuah senyum yang mengembang perlahan seperti matahari pagi yang malu-malu menembus kabut. Rasa bangga melingkupi dirinya, hangat seperti selimut di malam dingin.“Selama hampir delapan belas tahun ini kami selalu mempertahankan kualitas dan juga kreasi kami, Tuan Haris. Karena jika tidak, semua customer kami akan kabur.”Nada bicaranya tegas namun penuh kehangatan, seperti seorang kapten kapal yang dengan percaya diri menenangkan para awaknya di tengah badai.Haris tertawa, tawa ringan seperti bunyi lonceng angin yang berayun lembut di depan jendela.“Anda benar, Tuan Stevan. Kalian memang selalu mengedepankan keinginan customer daripada ego masing-masing, dan ini yang kami suka bekerja sama dengan Kv

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 240: Ocehan Clara

    Clara tertawa mendengar kisah itu, bayangan ayah dan ibunya yang saling mencintai begitu kuat terasa dalam ingatannya. "Bagaimana dengan Daddy? Apa dia juga sama seperti Mommy?" tanyanya penuh rasa ingin tahu.Dania tersenyum penuh arti, matanya memancarkan kehangatan. "Apa Daddy belum cerita padamu bahwa dia pernah berniat menjadi pastor seumur hidupnya kalau tidak bisa menikah denganku?""What?" Clara hampir melonjak dari tempat duduknya, terkejut mendengar cerita yang baru pertama kali ia dengar. Matanya membulat, tak percaya. "Aku baru tahu darimu, Mommy. Daddy belum pernah menceritakan tentang itu."Dania tersenyum tipis, memandangi Clara dengan tatapan penuh kenangan. "Sebelum kami bertemu di hotel saat itu, ayahmu sedang memutuskan untuk menjadi pengabdi Tuhan selamanya," ujarnya lembut. "Kau tahu istilah, 'jika tidak denganmu, maka tidak dengan orang lain?' Itu benar-benar mencerminkan keadaan ayahmu saat itu."Clara mengangguk pelan, matanya berbinar mendengar cerita tentang

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 239: Tidak pernah Berhenti Mencintainya

    Clara memutar bola matanya, ekspresi jenaka menghiasi wajahnya. Meski dia tahu ucapan Stevan hanyalah gurauan, tetap saja lelaki itu selalu berhasil membuatnya ingin membalas, entah dengan kata-kata atau tatapan."Aku tahu kau bercanda, tapi tetap saja..." Clara menepuk pundak Stevan pelan, pandangannya serius namun hangat. "Kita bicarakan lagi nanti."Stevan mengangkat alis, memasang raut wajah penuh godaan. "Kapan? Jangan sampai nanti keburu tahun depan," ujarnya, menyunggingkan senyum nakal.Clara mendekatkan wajahnya ke arah Stevan, cukup hingga ia bisa melihat pantulan dirinya di mata pria itu. "Setelah kita menikah," bisiknya penuh percaya diri, seolah pernyataan itu sudah mutlak.Stevan menghela napas dramatis, memutar bola matanya seperti protes tak berdaya sebelum mengerucutkan bibir, membuat Clara tak kuasa menahan tawa."Kau itu lucu sekali, tahu tidak?" Clara berkomentar sambil terkekeh, menikmati momen sederhana yang selalu berhasil membuat harinya lebih ceria.Stevan ter

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 238: Kau ingin Menghilangkan Keperjakaanku?

    Clara melangkah keluar dari gerbang kampus dengan semangat yang terpancar di wajahnya.Matanya berbinar saat melihat Stevan berdiri bersandar di mobil hitamnya, mengenakan kemeja putih yang digulung hingga siku, terlihat santai namun tetap menawan.Ia tersenyum manis, melambaikan tangan, dan sedikit berlari menghampirinya. Tanpa ragu, ia memeluk pria itu erat.“Tumben sekali menjemputku? Bukankah kau sedang sibuk?” tanya Clara setelah melepas pelukan dan langsung masuk ke dalam mobil. Ia menyandarkan tubuhnya dengan nyaman, sementara Stevan mengitari mobil untuk duduk di kursi pengemudi.Stevan memasang sabuk pengamannya dengan tenang sebelum menoleh ke arah Clara. “Karena Samuel tidak bisa menjemputmu, dan kau juga malas membawa mobil sendiri. Daripada diantar pria lain, sebaiknya aku menyempatkan waktu untuk menjemputmu.”Clara terkekeh mendengar jawaban yang disampaikan dengan nada datar namun penuh sindiran itu. “Kau sangat lucu, Uncle—““Clara.” Stevan memotong dengan cepat, tata

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 237: Jangan Sakiti Anak Perempuanku

    Pukul sembilan pagi, suasana di ruangan kerja Stevan terasa hangat dengan cahaya matahari yang masuk melalui jendela besar di belakang meja kerjanya. Ia baru saja duduk dan membuka laptop ketika suara pintu diketuk ringan. Mark masuk dengan langkah santai, menyapa adik iparnya.“Selamat pagi, Stevan,” ucap Mark sambil menarik kursi di depan meja kerja.Stevan menoleh dan tersenyum. “Selamat pagi, Kak. Padahal aku yang berencana datang menemuimu. Ternyata aku kalah start,” balasnya sambil tertawa kecil. Tangannya langsung menekan interkom, memanggil asistennya. “Tolong buatkan dua cangkir kopi, ya,” pintanya singkat.Mark mengeluarkan iPad miliknya, meletakkannya di meja, lalu membuka salah satu file. “Aku sudah memutuskan desain yang akan aku gunakan untuk produk terbaru V-One,” katanya sambil menunjukkan layar iPad itu kepada Stevan.Stevan memandangi desain yang dipilih Mark, dan senyumnya merekah lebar. “Aku senang kau mau memakai desain yang aku buat, Kak,” ucapnya dengan tulus.“

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 236: Usiamu sudah Tua

    Malam itu suasana rumah terasa hangat, tetapi sedikit riuh dengan suara percakapan yang mengisi ruang tengah.Clara masih berdiri di tempatnya, tangan terlipat di dada dengan ekspresi serius yang belum juga memudar.Di depannya, Mark hanya bisa menghela napas, mencoba memahami sikap putrinya yang tampaknya tak mau mundur.“Tidak! Biarkan Mommy saja yang peduli padamu,” ujar Clara dengan nada tegas, matanya menatap tajam ke arah ayahnya. “Untuk saat ini, aku sedang ingin memarahimu.”Mark mengerucutkan bibirnya, berpura-pura kesal sambil mengembungkan pipinya seperti anak kecil. Namun, di dalam hatinya, ia tidak benar-benar marah.Ia tahu Clara sedang meluapkan emosinya, dan sebagai seorang ayah, ia memilih untuk bersabar. Toh, ia pun pernah berada di posisi Clara—jatuh cinta dan begitu peduli pada seseorang.Mark pun hanya menghela napas dan mengangkat tangan seolah menyerah. “Baiklah, Tuan Putri. Daddy akan menerima semua kemarahanmu dengan lapang dada,” ujarnya dengan nada bercanda,

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 235: Memarahi Mark

    “Apa kau belum makan siang?” tanya Clara dengan nada lembut, tetapi ada kekhawatiran yang terselip di sana.Clara duduk berhadapan dengan Stevan, mengamati dengan penuh perhatian bagaimana pria itu begitu lahap menyantap makan siangnya.Wajah Stevan tampak sedikit lelah, tetapi matanya masih bersinar, mencerminkan semangat yang tak pernah luntur.Clara melirik jam di pergelangan tangannya. Jarum pendek sudah menunjuk angka dua, dan ia mengerutkan dahi kecilnya.Stevan, yang tengah sibuk dengan suapan nasi dan lauk di hadapannya, mendongak sejenak. Bibirnya membentuk senyum cengengesan khasnya.“Lebih tepatnya, belum makan sejak pagi tadi,” jawabnya santai. Ia kemudian mengusap mulutnya dengan tisu sebelum melanjutkan.“Aku lupa sarapan karena harus mengikuti meeting dengan ayahmu. Jadi, aku baru sempat mengisi perutku sekarang.”Clara mendesah pelan, matanya menatap Stevan dengan sedikit protes. “Bisa-bisanya kau bekerja dengan perut kosong. Memangnya otakmu bisa konsen?” tanyanya, me

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 234: Kejutan untukmu

    Clara duduk di bangku taman kampus, mengerutkan kening sambil menatap layar ponselnya yang sudah redup sejak tadi. Pesannya ke Stevan tak juga mendapat balasan. Ia melirik jam di sudut layar: pukul satu siang. Waktu sudah mepet, dan dalam satu jam lagi ia harus pulang.“Ke mana Uncle Stevan?” gumam Clara sembari mengetuk-ngetukkan jemarinya ke layar ponsel. Ia menggigit bibir bawahnya, kebiasaan lamanya saat merasa gelisah. “Tumben sekali pesanku belum dia balas.”Ia bersandar di bangku dan memandangi awan yang berarak di langit. Kecurigaan mulai merayap di benaknya.“Sepertinya Daddy mulai membuat Uncle Stevan sibuk. Bisa-bisanya sudah pukul satu dan dia belum juga online,” keluhnya, memicing curiga. Ia tahu betul bagaimana ayahnya selalu menyeret Stevan ke dalam urusan kantor, bahkan di luar jam kerja.“Clara?” Sebuah suara laki-laki yang lembut namun tegas menyapanya, memecah lamunannya.Clara mengangkat kepala, mendapati Matthew berdiri beberapa langkah darinya. Pemuda itu terseny

DMCA.com Protection Status