Home / Romansa / Terjerat Cinta CEO Dingin / Bab 151: Jangan Ragukan Perasaan Mark

Share

Bab 151: Jangan Ragukan Perasaan Mark

last update Last Updated: 2024-10-30 08:14:22

Tiga puluh menit telah berlalu sejak panggilan itu, dan kini Sean telah tiba di kantor Mark. Mark duduk di kursi kebesarannya, tampak khusyuk mengutak-atik laptopnya dengan pandangan tajam yang tak ingin lepas dari layar.

Di hadapannya, video CCTV rumahnya terputar, memperlihatkan kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh Dania selama ia berada di penjara.

“Mark?” Sean membuka suara setelah menempatkan dirinya di kursi di depan meja Mark. Ia memerhatikan keponakannya yang begitu serius dengan layar laptopnya. “Kau sedang sibuk?”

Mark menoleh sebentar ke arah Sean, lalu pandangannya kembali tertuju ke layar. “Aku hanya sedang memastikan kalau Kevin tidak sempat masuk ke rumahku selama aku dipenjara kemarin,” jawabnya dengan nada datar, namun jelas mengandung ketidakpercayaan yang masih membara.

Sean mendengar itu dengan seulas senyum yang sinis. Ia mengangkat tangan, menggaruk alisnya, dan kemudian tertawa kecil. “Tentu saja tidak, Mark. Dia tidak akan berani datang mengganggu Dania. Ta
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (12)
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
sean kepo sama kisah nya mark dongengnya entar ajalah yaa kalian kan lagi sibuk ngrus banyak hal hahaha
goodnovel comment avatar
wieanton
cepetan masukin ke penjara jgn betele2 keenakan mereka trs kabur ke ujung dunia tambah sulit lg nangkapnya.
goodnovel comment avatar
wieanton
hadir terbentuk dari benih parasit atau kutu kupret aja deh yg panas buat Alex mah ya., gpp ayah mu seperti itu ( eh, msh pantaskah di panggil ayah?) asal dirimu nanti jgn seperti itu ke anak dan istri mu, apalagi perjalanan menemukan cinta dania itu bukan mudah.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 152: Sebelum Bertemu denganmu

    Sembilan bulan yang lalu…Mark duduk di tepi tempat tidur kamar hotelnya, menutup matanya sejenak sambil mencoba meredakan kelelahan yang terasa menjalar ke seluruh tubuh.Pertemuan bisnis yang berlangsung sepanjang hari itu baru saja selesai, dan ia terlalu letih untuk merayakan apa pun—bahkan ulang tahun perusahaannya yang jatuh tepat malam itu. Ia mendesah, menatap kosong ke arah bayangan dirinya di cermin besar di sisi kamar.Ketukan pelan di pintu membuyarkan lamunannya. Vicky, asisten setianya, muncul di ambang pintu dengan sedikit ragu.“Selamat siang, Tuan,” ucap Vicky. “Aula hotel ini sudah dipakai untuk acara pertunangan. Jika Anda ingin, saya bisa mencarikan tempat lain untuk merayakan ulang tahun perusahaan Anda.”Mark menggeleng pelan, nadanya nyaris tak terdengar. “Tidak perlu, Vicky. Aku tidak ingin membuat pesta ulang tahun perusahaanku lagi,” jawabnya, suaranya berbisik diiringi keletihan yang mendalam.Vicky mengangguk kaku, menyembunyikan kekhawatirannya. “Baik, Tua

    Last Updated : 2024-10-30
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 153: Maka tidak dengan yang Lain

    Mark menatap layar ponselnya begitu tiba di dalam mobil, jemarinya menari di atas keyboard, mengetik pesan kepada Vicky.“Vicky, siapkan dokumen pernikahan yang pernah kubuat dulu. Tinggal kau ganti tanggalnya dan daftarkan segera ke catatan sipil,” tulisnya tegas. Ia menatap layar ponselnya, menunggu konfirmasi dari Vicky.Hanya butuh beberapa detik sebelum notifikasi masuk.Vicky: “Baik, Tuan. Akan segera saya siapkan.”Mark menghela napas lega, merasakan beban yang selama ini menggantung di hatinya sedikit demi sedikit mulai terangkat.Setelah bertahun-tahun mencari, setelah semua usaha tanpa hasil yang ia jalani, wanita yang selama ini ia rindukan dan ia cari mati-matian ternyata benar-benar ada di hadapannya.Namun, ada satu hal yang masih mengganjal di benaknya—kenapa hanya dia yang mengingat segalanya? Kenapa Dania tidak mengenalinya sama sekali?Kebingungannya tak sempat ia telaah lebih dalam, karena suara lantang Dania memecah keheningan.“Tuan… apa sebenarnya yang kau ingink

    Last Updated : 2024-10-30
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 154: Makan Malam penuh dengan Kehangatan

    Waktu sudah menunjuk angka tujuh malam, menyelimuti dunia dengan kilau temaram yang lembut, seakan alam sengaja memperlambat denyutnya untuk menyambut pulangnya sang suami yang tercinta.Langkah Mark berat namun tegas, melawan lelah yang menggurat dalam, setelah seharian bertarung dengan tuntutan pekerjaan yang membentang layaknya samudra tanpa tepi, dipenuhi ombak pertemuan dan arus deras panggilan dari para wajah-wajah penting.Namun, begitu membuka pintu rumah, semua kepenatan seakan sirna, tertelan senyum dan tatapan hangat dari wanita yang menantinya."Sayang?" panggil Mark, suaranya bagaikan angin lembut yang menerpa pelan, saat ia menarik Dania ke dalam pelukannya, menyentuh kelembutan yang hanya bisa ditemukan pada kekasih sejati. Dalam sekejap, lelahnya terasa bagai embun yang memudar di bawah sinar mentari.Dania menyambut pelukan itu dengan senyum penuh ketenangan yang menjalar sampai ke matanya. "Hari ini terlihat sangat lelah," ujarnya lembut, jemarinya menelusuri lembut

    Last Updated : 2024-10-31
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 155: Mungkin akan Jadi Gila

    Keduanya tengah duduk di sofa panjang di kamar mereka, ruang itu terasa hangat dengan kehadiran mereka yang saling merapat. Lampu temaram mempertegas keintiman, menciptakan suasana tenang yang tak terganggu.Dania dan Mark memilih untuk menghabiskan malam dengan menonton film bersama, menikmati keheningan yang hanya terisi oleh suara lembut dari layar.Tangan Mark tak pernah berhenti mengusap perut buncit istrinya, gerakannya lembut dan penuh kasih, seolah mengukir setiap sentuhan dengan cinta yang tak terucap.Sesekali, ia menunduk, mencium pucuk kepala Dania, dan aroma lembut rambutnya menenangkan hatinya yang penuh dengan rindu dan kehangatan.“Mark?” panggil Dania pelan, suaranya nyaris berbisik, membangunkan suaminya dari lamunannya yang dalam.“Hm?” jawab Mark, matanya tak pernah lepas dari wajah istrinya, sorotnya penuh perhatian.“Aku ingin tahu. Apa yang kau lakukan selama kita berpisah dulu?” tanyanya, ada nada ragu yang tersirat, seolah takut membuka kembali lembaran yang m

    Last Updated : 2024-10-31
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 156: Akan Hilang Kendali

    Langit sore berpendar lembayung ketika waktu menunjukkan pukul lima sore, warna jingga melukis cakrawala seperti kanvas yang mengisyaratkan perubahan.Setelah pertemuan dengan klien di restoran yang hanya sepelemparan batu dari rumah psikolog Hans, Mark memutuskan untuk mampir, meski tubuhnya masih terasa dipenuhi kelelahan yang berat.Sesampainya di sana, Hans, yang sudah duduk di ruang tamu dengan tatapan prihatin, langsung menyambutnya. “Mark? Apa kau baik-baik saja? Aku menghubungimu sejak kemarin dan kau tidak menghubungiku balik!”Suara Hans terdengar serak, penuh perhatian, tatapannya mengamati setiap garis kelelahan di wajah sahabatnya yang kini duduk lesu di sofa.“Aku sedang sibuk,” jawab Mark datar, suaranya terdengar berat, seperti membawa beban tak terlihat.“Dan sebenarnya sekarang pun sedang sibuk. Tapi, obatku sudah habis, jadi aku menyempatkan waktu kemari,” lanjutnya, nadanya seakan menyerah pada kepenatan yang menyesakkan.Hans menghela napas panjang, tatapannya taj

    Last Updated : 2024-11-01
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 157: Tidak akan Meninggalkanmu

    Sesi terapi pertama itu seolah menguliti setiap lapisan perasaan yang selama ini Mark tutupi. Butuh dua jam yang terasa seperti seumur hidup bagi Mark, menelusuri sudut-sudut tergelap dari hatinya.Saat sesi berakhir, ia hanya bisa duduk dalam keheningan, tatapannya kosong, memancarkan ketidakpercayaan yang menggantung di wajahnya—menyadari bahwa kondisi ini bukan sekadar ketakutan dalam benaknya, melainkan sesuatu yang nyata, menghantuinya.Di luar, Dania dan Vicky sudah menunggu dengan kecemasan yang tergurat di mata mereka. Hans, yang mengenali kesetiaan dua sosok tersebut, segera memberi isyarat agar mereka masuk.“Dania, Vicky. Silakan masuk,” katanya dengan suara yang hangat, tapi berwibawa.Dania bergegas mendekati Mark, melihat suaminya duduk di atas bangsal dengan sorot mata yang tampak rapuh.Dengan lembut, ia menggenggam tangan Mark, seakan memberinya kekuatan yang selalu dirindukannya. “Mark?” bisiknya lembut sambil mengulas senyum yang menyejukkan.“Aku di sini.” Dania me

    Last Updated : 2024-11-01
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 158: Dalam Masa Penyembuhan

    Usai mengantarkan Mark dan Dania ke rumah, Vicky pamit dengan wajah yang menyiratkan kelelahan, namun ada tekad yang tertanam kuat dalam tatapannya.Saat malam semakin larut, ia melangkah menuju rumah Sean dengan pikiran yang penuh, menyiapkan kata-kata yang akan disampaikannya."Selamat malam, Tuan Sean. Maaf mengganggu di malam hari," ucapnya setiba di rumah Sean, suaranya lirih namun tegas.Sean menatapnya dalam, menahan kelegaan kecil di matanya. "Aku akan marah jika kau tidak memberitahuku, Vicky. Jam berapa pun itu, jika tentang Mark, kau harus segera menemuiku."Vicky mengangguk patuh, sorot matanya penuh rasa hormat dan kesungguhan. "Baik, Tuan. Saya baru saja mendapat kabar dari Dokter Hans, dokter yang menangani psikolog Tuan Mark."Sean menarik napas panjang, berusaha menyembunyikan kecemasannya yang mendalam. "Bagaimana kondisinya, Vicky?" tanyanya dengan suara nyaris berbisik, seolah takut menghadapi kenyataan yang mungkin terlalu berat.Vicky menghela napasnya dalam-dala

    Last Updated : 2024-11-02
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 159: So Sweet itu Bernama Mark

    Pagi yang lembut merayap masuk melalui tirai jendela, membanjiri kamar dengan cahaya hangat. Waktu sudah menunjukkan angka tujuh, dan Mark membuka matanya perlahan, mencari sosok yang sudah menjadi nyawanya.Namun, tatapan pertamanya hanya menemukan ruang kosong di sampingnya, sepi yang meninggalkan helaan napas pelan dari bibirnya.“Kau selalu membiarkanku tidur sendirian, Dania,” gumamnya dengan suara berat, setengah bergurau namun sarat kerinduan.Tak lama, suara lembut menyapanya. “Selamat pagi, Mark.” Dania berdiri di ambang kamar mandi, rambutnya digulung handuk, bathrobe menutupi tubuhnya yang kini membawa kehidupan baru.Pemandangan itu membuat mata Mark berkilat, tak bisa menahan kekaguman yang membuncah dalam diam.“Seksi sekali ibu hamil satu ini,” pujinya sambil menyandarkan punggungnya di headboard, senyum kecil menghiasi wajahnya yang penuh cinta.Dania terkekeh, tawa kecilnya seperti musik yang mengalun lembut, lalu melepas gulungan handuk dari rambutnya, membiarkan hel

    Last Updated : 2024-11-02

Latest chapter

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Konferensi Pers Randy

    Tidak membutuhkan waktu lama. Persis dua jam kemudian. Konferensi pers di gelar mendadak.Kilatan lampu kamera menyilaukan, memenuhi ruangan konferensi pers yang penuh sesak.Wartawan dari berbagai media berebut posisi terbaik, mikrofon teracung ke depan, siap menangkap setiap kata yang keluar dari mulut Randy. Ketika langkah Rendy menuju meja konferensi."Pak Randy, apa benar Anda mengakui telah mencuri desain Stevan?" seru seorang reporter, suaranya nyaring menembus hiruk-pikuk saat Randy melangkah tergesa menuju meja utama konferensi pers."Apakah ini berarti semua tuduhan terhadap Stevan tidak benar?" tanya yang lain, matanya berbinar, mencium aroma skandal besar.Randy menelan ludah. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Ia mencoba membuka mulut, tetapi suara gemuruh kamera dan bisik-bisik wartawan membuat dadanya semakin sesak.Ia bukan lagi penguasa ruangan. Sekarang ia hanya seorang pria yang terpojok di bawah sorotan lampu.Randy berdiri di depan puluhan mic dari berbagai m

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Randy yang Menantang Maut

    "Siapa yang mengizinkanmu memasuki ruanganku, Mark?" pekik Randy, suaranya melengking, dipenuhi keterkejutan yang tak mampu ia sembunyikan.Matanya membulat, seperti seekor tikus yang baru saja menemukan dirinya terperangkap dalam sarang ular."Kenapa?" Mark menjawab dengan nada sedingin es yang menetes perlahan-lahan, menusuk hingga ke tulang."Bukankah kau selalu menantangku di media? Kenapa setelah aku datang, kau malah terkejut seperti itu?" Matanya menatap Randy tajam, bagaikan elang yang mengintai mangsanya dari ketinggian, siap untuk menerkam tanpa ampun.Tatapan itu membuat Randy tersentak. Nyali yang sebelumnya membara di layar media kini menciut, redup seperti lilin di tengah badai.Kata-kata penuh keberanian yang biasa ia lontarkan berubah menjadi gumaman yang kehilangan arah."Bukan kau yang aku singgung, tapi Stevan!" ujar Randy, suaranya masih mencoba terdengar tegas, meski jelas ada getaran kecil yang mencemari nada itu."Baik aku maupun Stevan, sama saja," ujar Mark, s

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Mulai Mengganggu

    "Argh! Sial!" seru Emma, suaranya melengking di tengah gemuruh musik yang menghentak.Cahaya neon ungu dan merah berkedip-kedip, membelah bayangan tubuhnya yang bergetar oleh frustrasi. Wajahnya yang memerah oleh amarah terlihat kontras dengan lipstik merah tua yang menghiasi bibirnya.Ia mencengkeram gelas koktail di tangannya hingga jari-jarinya memutih, seolah ingin menyalurkan kemarahan ke dalam benda mati itu.Sudah hampir dua bulan di New York, namun sosok Stevan yang diinginkannya masih saja tak tersentuh, bagai bayang-bayang yang terus menghindar dari cahaya."Sudahlah, Emma," ujar Rose lembut namun tajam, sambil menyandarkan tubuh rampingnya ke sofa empuk."Stevan tidak akan mau padamu. Jika dia menyukaimu, dia pasti sudah menyatakan cinta sejak kalian kuliah. Tapi itu tidak pernah terjadi, bukan?" Rose mengangkat alis, bibirnya melengkung membentuk senyuman kecil yang terasa seperti belati.Emma mendengus kasar, matanya menyipit dengan amarah yang membara. "Itu karena dia su

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Tidak Seharusnya Meragukannya

    Stevan mengerutkan keningnya, sorot matanya tertuju pada Clara yang sedari tadi hanya memutar-mutar spaghettinya tanpa minat.Piring di depannya terlihat seperti kanvas yang hanya dilukis separuh hati, gerakan garpu yang berulang menciptakan pola tanpa arah, mencerminkan pikiran yang penuh gejolak.Mereka kini duduk di sebuah restoran kecil nan hangat, dindingnya dihiasi lukisan klasik yang seolah ingin membawa pengunjung ke era lampau.Di luar, matahari siang mengintip malu-malu dari balik awan kelabu, sinarnya yang redup memantul lembut di permukaan meja kayu tempat mereka duduk.“Honey?” panggil Stevan, suaranya penuh perhatian, seperti alunan nada piano yang lembut di tengah hening.“Are you okay?” tanyanya dengan nada sedikit cemas, matanya menatap Clara dengan intensitas yang sulit diabaikan.Clara mendongakkan kepala, memandang Stevan dengan mata yang tampak berkilau namun terselubung bayangan kegelisahan. “Ya. I’m okay,” ucapnya lirih, bibirnya yang pucat membentuk senyum tipi

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Percakapan Random Keluarga Evander

    "Clara? Apa kau tidak merasakan sesuatu?"Suara Mark memecah keheningan dengan nada yang tenang namun penuh teka-teki, seperti bisikan angin malam yang membawa rahasia gelap dari kejauhan.Tatapan matanya mengunci Clara, seolah mencari jawaban yang tak pernah terucap."Apa maksudmu, Dad? Aku tidak mengerti sedikit pun," jawab Clara dengan alis yang berkerut.Ia melanjutkan kunyahannya pada cokelat batang yang mulai meleleh di sudut bibirnya, sementara matanya terpaku pada lembaran buku yang baru saja dibelinya.Mark menghela napas panjang, mengangkat kepalanya perlahan seolah mencari kata-kata yang tepat di langit-langit ruang tamu yang redup. “Sudah berapa lama kau dan Stevan menjalin hubungan?”Pertanyaan itu melayang di udara seperti percikan api kecil di tengah kabut, membakar rasa penasaran dalam dada Clara.Clara melirik ke arah ayahnya dengan pandangan setengah penasaran, setengah jengkel. Jarinya mengetuk meja, menghitung pelan.“Sepertinya sudah mau lima bulan. Kenapa, Dad? A

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 251: Makan Malam Keluarga Besar

    Mark mengundang Stevan, Sean, Amy, dan juga Lisa untuk makan malam di rumahnya. Clara sendiri tidak tahu jika Mark mengadakan makan malam ini, sehingga suasana di meja makan terasa lebih intim, namun ada juga ketegangan yang menggantung di udara.“Terima kasih atas kehadirannya di acara makan malam ini,” ucap Mark dengan suara berat, matanya menyapu ke seluruh wajah yang hadir, memberikan kesan bahwa setiap kata yang keluar dari bibirnya tidak bisa dianggap remeh.Clara menoleh ke arah Samuel, merasakan kegelisahan yang mulai tumbuh di dada. Pria itu hanya mengendikan bahunya, tanda bahwa dia pun tak tahu jika Mark mengundang orang tuanya dan ibu Stevan ke rumah mereka malam ini.“Terima kasih juga sudah mengundangku pada acara ini, Mark,” ucap Lisa dengan nada lembutnya, namun ada nada yang agak dipaksakan dalam suaranya, seperti yang sering terlihat pada orang yang berusaha menyembunyikan perasaan tidak nyaman.Mark tersenyum tip

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 250: Tindakan yang Membuat Mabuk Kepayang

    “Apa yang kau bawa dari London? Aku sudah tidak sabar melihatnya.” Clara, yang sebelumnya bersumpah tidak akan memaafkan Stevan, justru merasa seolah tak bisa menjauh dari pria itu.Pertahanannya luluh, begitu cepat dan begitu tiba-tiba, saat tatapan Stevan menyentuhnya dengan kekuatan yang tak terungkapkan.Ada sesuatu dalam mata pria itu yang begitu memikat, seakan ia menarik Clara ke dalam pusaran perasaan yang sulit ditolak.Stevan menatap wajah Clara dengan intensitas yang dalam, seakan ingin membaca setiap jejak emosi yang bersembunyi di dalamnya.Dengan gerakan yang begitu lembut namun penuh tekad, ia menarik wajah Clara mendekat.Bibir mereka bertemu dalam ciuman yang begitu mendalam, tak terduga, dan penuh gairah. Ciuman itu bukan sekadar pertanda rindu, melainkan sebuah ledakan emosi yang membakar seluruh penahanan mereka.Clara terkejut, hatinya berdebar dengan cepat dan hampir tak teratur. Ciuman itu datang tanpa aba-

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 249: Permintaan Maaf Stevan

    Dua minggu kemudian...Perpisahan Lisa dan Randy akhirnya resmi selesai, menyisakan babak baru yang dimulai dengan rasa lega bercampur keraguan.Di bawah langit kelabu New York yang seolah mengerti beratnya perjalanan ini, Lisa mengikuti langkah Stevan memasuki rumah sederhana yang telah disiapkan untuknya.“Ini rumahmu selama di sini,” ucap Stevan singkat, suaranya datar, tetapi ada sekilas kelembutan yang sulit disembunyikan.Lisa melangkah perlahan, matanya mengamati setiap sudut rumah dengan sorot yang sarat makna.Dinding putih bersih, perabotan minimalis, dan suasana hangat rumah itu memberi rasa nyaman yang sudah lama ia rindukan. Sebuah senyum kecil menghiasi wajahnya, seolah menghapus jejak beban dari masa lalunya.“Terima kasih, Nak. Aku tidak akan merepotkanmu selama di sini,” ucapnya lembut, namun suaranya mengandung getar haru.Stevan hanya mengangguk tipis, wajahnya sulit dibaca. Hatinya terbelah&

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 248: Ancaman Mengerikan Randy

    Ketika pintu apartemen terbuka dengan suara berderit yang berat, Randy berdiri di ambang pintu, tatapan matanya seperti kilatan petir yang menyambar langit malam.Udara di dalam ruangan mendadak terasa dingin, menciptakan suasana tegang yang mengancam meledak kapan saja.“Kau,” desis Randy dengan suara serak yang dipenuhi kemarahan, langkahnya mendekati Stevan dengan berat seperti membawa dendam yang membara. “Kau yang telah menghasut ibumu untuk bercerai denganku, huh?”Stevan berdiri tegak di sisi ruangan, wajahnya tenang namun matanya menyala dengan amarah terpendam.“Memangnya kau masih mengharapkan ibuku?” tanyanya, suaranya tegas seperti pisau yang menusuk ke dalam.“Selama ini kau hanya memanfaatkan ibuku agar mau membujukku untuk membangun perusahaanmu, Tuan Randy yang terhormat.”Randy menggeram, tangannya mengepal hingga buku-bukunya memutih. “Kurang ajar!” ia men

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status