Home / Romansa / Terjerat Cinta CEO Dingin / Bab 158: Dalam Masa Penyembuhan

Share

Bab 158: Dalam Masa Penyembuhan

last update Huling Na-update: 2024-11-02 11:25:08

Usai mengantarkan Mark dan Dania ke rumah, Vicky pamit dengan wajah yang menyiratkan kelelahan, namun ada tekad yang tertanam kuat dalam tatapannya.

Saat malam semakin larut, ia melangkah menuju rumah Sean dengan pikiran yang penuh, menyiapkan kata-kata yang akan disampaikannya.

"Selamat malam, Tuan Sean. Maaf mengganggu di malam hari," ucapnya setiba di rumah Sean, suaranya lirih namun tegas.

Sean menatapnya dalam, menahan kelegaan kecil di matanya. "Aku akan marah jika kau tidak memberitahuku, Vicky. Jam berapa pun itu, jika tentang Mark, kau harus segera menemuiku."

Vicky mengangguk patuh, sorot matanya penuh rasa hormat dan kesungguhan. "Baik, Tuan. Saya baru saja mendapat kabar dari Dokter Hans, dokter yang menangani psikolog Tuan Mark."

Sean menarik napas panjang, berusaha menyembunyikan kecemasannya yang mendalam. "Bagaimana kondisinya, Vicky?" tanyanya dengan suara nyaris berbisik, seolah takut menghadapi kenyataan yang mungkin terlalu berat.

Vicky menghela napasnya dalam-dala
Locked Chapter
Patuloy ang Pagbabasa sa GoodNovel
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (10)
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Semoga aja Alex segera di tangkap. Kasihan Mark yg ditekan terus samaa Alex
goodnovel comment avatar
Voni Oktavia93
Alex dpejaranya agak lama boleh lah
goodnovel comment avatar
MAIMAI
gak sabar pengen buru buru alex, kevin dan angel merasakan jeruji besi.
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 159: So Sweet itu Bernama Mark

    Pagi yang lembut merayap masuk melalui tirai jendela, membanjiri kamar dengan cahaya hangat. Waktu sudah menunjukkan angka tujuh, dan Mark membuka matanya perlahan, mencari sosok yang sudah menjadi nyawanya.Namun, tatapan pertamanya hanya menemukan ruang kosong di sampingnya, sepi yang meninggalkan helaan napas pelan dari bibirnya.“Kau selalu membiarkanku tidur sendirian, Dania,” gumamnya dengan suara berat, setengah bergurau namun sarat kerinduan.Tak lama, suara lembut menyapanya. “Selamat pagi, Mark.” Dania berdiri di ambang kamar mandi, rambutnya digulung handuk, bathrobe menutupi tubuhnya yang kini membawa kehidupan baru.Pemandangan itu membuat mata Mark berkilat, tak bisa menahan kekaguman yang membuncah dalam diam.“Seksi sekali ibu hamil satu ini,” pujinya sambil menyandarkan punggungnya di headboard, senyum kecil menghiasi wajahnya yang penuh cinta.Dania terkekeh, tawa kecilnya seperti musik yang mengalun lembut, lalu melepas gulungan handuk dari rambutnya, membiarkan hel

    Huling Na-update : 2024-11-02
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 160: Apa pun untuk Dania

    Mark menatap Dania dengan tatapan berat, seolah kata-katanya mengandung seribu beban yang tak bisa diungkapkan begitu saja.“Apa kau yakin, Dania?” tanyanya dengan suara yang hampir tak terdengar, seakan-akan ia takut jawaban Dania akan membawanya pada sesuatu yang tak ingin ia hadapi.Dania menganggukkan kepalanya, matanya bersinar penuh keyakinan. “Ya, aku yakin, Mark. Kau tahu? Saat kau di penjara, aku sering membaca diary-mu. Anehnya, kenangan yang kau tulis di sana… entah bagaimana mulai muncul dalam bayanganku. Seolah-olah, sedikit demi sedikit, aku bisa merasakan momen itu bersamamu.”Mark terdiam, menyerap kata-kata itu dengan hati yang tak tenang. Matanya menelusuri wajah Dania, mencari-cari tanda bahwa ia kuat untuk menghadapi kenangan itu.“Aku tahu,” ucapnya pelan, hampir dalam bisikan. “Lalu, kau kehilangan kesadaran setelah membaca diary itu,” katanya lebih lirih, mengenang bagaimana rapuhnya kondisi istrinya setiap kali bayangan masa lalu merayap masuk.Dania tersenyum

    Huling Na-update : 2024-11-03
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 161: Membantah Perintah Mark

    Mark melangkah masuk ke kantornya, bayang-bayang kerutan di dahi dan sorot tajam matanya menunjukkan segala beban yang bertumpu di pundaknya.Saat pintu tertutup di belakangnya, Vicky sudah siap dengan agenda penuh jadwal yang menantinya—daftar panjang yang terasa seakan tak ada ujung.Mark mengambil napas dalam, kemudian menghela napas berat yang terdengar jelas di ruangan yang sepi. “Kenapa banyak sekali tugas yang harus aku selesaikan?” keluhnya, tangan terulur ke dahi, mengusap pelipisnya dengan frustasi.Suaranya penuh lelah, tapi matanya tetap fokus, menyapu agenda yang dipegang Vicky, mencoba merangkai setiap baris dengan kesadaran penuh.Sambil membaca, ia bertanya, “Apakah kau sudah mendapat jawaban dari Tuan Richard tentang investasinya?” Pandangannya tak lepas dari halaman demi halaman agenda yang tebal, menelusuri setiap rincian tugas yang harus dipenuhi hingga minggu depan.“Sudah, Tuan,” jawab Vicky dengan senyum samar, berusaha membawakan secercah kabar baik di tengah r

    Huling Na-update : 2024-11-03
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 162: Menghukum Dania

    Waktu sudah merayap melewati angka delapan malam, membawa serta bayangan gelap yang berlapis di balik jendela rumah. Mark akhirnya tiba, setelah seharian terkurung dalam rutinitas meeting dan pembicaraan yang seolah tak ada ujungnya.Langkahnya berat, dan jemarinya sibuk melonggarkan dasi yang terasa seakan mencekik tenggorokannya sendiri. Wajahnya lelah, kusut, namun di sana selalu ada semburat ketenangan yang ia rasakan setiap kali sampai di rumah.“Hi, Mark. Akhirnya kau pulang juga. Aku sudah membuatkan kue muffin untukmu,” suara lembut Dania menyambutnya, menyingkirkan sejenak segala kerutan di dahinya.Senyum di wajah wanita itu tulus, tapi Mark menangkap kilasan kesalahan yang bersembunyi di sana.Seperti sebuah teka-teki yang ia ingin pecahkan, terlebih saat ia teringat betapa Dania telah melanggar batas—batas yang ia tetapkan sendiri.“Oh, ya?” Mark mendekat, matanya menyorotkan tanya yang terselubung. “Kau tahu aku suka kue muffin, hm?” ucapnya, nadanya ringan namun menggant

    Huling Na-update : 2024-11-04
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 163: Mark Semakin Menggila

    Mark perlahan merebahkan tubuh Dania di atas ranjang dengan gerakan yang penuh kesabaran namun mengintimidasi. Sorot matanya memancarkan kilat liar, seolah-olah Dania adalah mangsanya malam ini.Mata yang tak kenal lelah itu menatapnya dalam-dalam, menghanyutkan, hingga Dania hanya mampu menelan ludah, merasa jantungnya berdebar cepat di bawah tatapan sang suami yang penuh ketenangan yang menipu.Mark menggeserkan wajahnya, bibirnya mengecup lembut di lekuk leher Dania, gerakannya seperti angin yang membelai daun, namun begitu tajam, menyesakkan dada Dania hingga ia menggigit bibirnya, mencoba mengendalikan aliran darah yang semakin terasa mendidih.“Um, Mark …,” bisik Dania lirih, suaranya hampir tak terdengar di antara napasnya yang pendek.Ada ketakutan kecil namun manis dalam bisikannya, tanda bahwa ia belum sepenuhnya siap untuk sepenuhnya menyerahkan diri.Mark menahan senyuman, bibirnya dekat di telinganya saat ia berbisik dengan suara berat yang seperti petir menggelegar dalam

    Huling Na-update : 2024-11-04
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 164: Penangkapan Tiga Komplotan

    “Selamat pagi, Nyonya Angel. Kami dari kepolisian,” suara tegas polisi mengawali pagi yang baru saja ia harapkan tenang, namun kini berubah menjadi mimpi buruk yang tak terduga. “Kami mendapat laporan atas pencemaran nama baik dan kerjasama untuk merugikan pihak korban. Ikut kami ke kantor polisi untuk proses selanjutnya.”Mata Angel membulat seketika, tubuhnya terasa lemas ketika tangan terborgol dingin merenggut kebebasannya. Kepalanya menggeleng dalam penolakan yang penuh dengan rasa tak percaya. “Tidak. Aku tidak salah. Itu tidak benar!” pekiknya, suaranya bergetar antara kemarahan dan kepanikan yang berputar menjadi satu.Namun, tatapan polisi yang mengawalnya tetap datar, tak menunjukkan tanda simpati sedikit pun. “Anda bisa menyampaikan semuanya di ruang investigasi,” jawab petugas kepolisian, tak tergoyahkan oleh jeritan penuh emosi Angel. Jeritannya terus menggema, namun petugas hanya bertukar pandang, seolah pekikan itu hanyalah sekadar suara latar yang terhapus oleh ketuk

    Huling Na-update : 2024-11-05
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 165: Diary Pemberian Dania

    Malam telah melarutkan dirinya dalam keheningan, jarum jam sudah menunjuk angka sembilan, dan langit di luar begitu pekat.Mark melangkah mendekati Dania, yang tengah duduk tenggelam dalam lembaran-lembaran diary usangnya, tatapan matanya seperti menembus halaman-halaman itu, kembali ke masa lalu yang ia pegang erat dalam ingatannya.“Masih belum bosan, membaca bukunya?” tanyanya lembut, suaranya nyaris berbisik, seakan takut mengusik keheningan yang mendalam.Dania menoleh, senyum tipis merekah di wajahnya. “Bagaimana bisa bosan, sementara cerita di sini begitu indah,” gumamnya.“Kau mencatat setiap momen yang kita lewati, Mark. Setiap rasa, setiap tawa—semuanya masih terasa hangat di sini.”Mark menghela napas panjang, matanya memandangnya dengan campuran nostalgia dan ketulusan yang menawan.Dari balik punggungnya, ia mengeluarkan kotak hitam kecil, memberikannya pada Dania. “Aku tidak yakin kalau kau sudah membuka semuanya, Dania,” ucapnya pelan. “Isi kotak ini mungkin masih menyi

    Huling Na-update : 2024-11-05
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 166: Ada Kemiripan

    Pagi itu perlahan menyelimuti langit dengan lembayung yang masih tersisa, menyambut Mark dan Dania dalam ketenangan yang hanya sejenak, sebelum hari membawa mereka ke arah yang berbeda.Jam telah menunjukkan angka tujuh pagi, dan Dania baru saja keluar dari kamar mandi, dengan sisa embun yang seolah menempel pada kulitnya, membawa aroma segar yang memenuhi ruangan.Rambutnya yang masih basah ia sisir perlahan, menyiapkan dirinya untuk pergi ke butik, mencoba mencari jawab atas cerita yang telah lama terkubur.Di sisi lain, Mark sedang berdiri di depan cermin, merapikan dasinya dengan raut wajah yang sedikit serius, ketika ponselnya bergetar, memecah suasana tenang pagi itu.Tanpa berpikir panjang, ia mengangkat panggilan tersebut. “Ada apa, Vicky?” tanyanya dengan nada yang penuh perhatian.Suara Vicky terdengar jelas di seberang sana, sedikit tergesa namun terukur. “Selamat pagi, Tuan. Saya ingin memberitahu perihal Tuan Jonas. Beliau bersedia bertemu hari ini, dan kemungkinan besar

    Huling Na-update : 2024-11-06

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Konferensi Pers Randy

    Tidak membutuhkan waktu lama. Persis dua jam kemudian. Konferensi pers di gelar mendadak.Kilatan lampu kamera menyilaukan, memenuhi ruangan konferensi pers yang penuh sesak.Wartawan dari berbagai media berebut posisi terbaik, mikrofon teracung ke depan, siap menangkap setiap kata yang keluar dari mulut Randy. Ketika langkah Rendy menuju meja konferensi."Pak Randy, apa benar Anda mengakui telah mencuri desain Stevan?" seru seorang reporter, suaranya nyaring menembus hiruk-pikuk saat Randy melangkah tergesa menuju meja utama konferensi pers."Apakah ini berarti semua tuduhan terhadap Stevan tidak benar?" tanya yang lain, matanya berbinar, mencium aroma skandal besar.Randy menelan ludah. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Ia mencoba membuka mulut, tetapi suara gemuruh kamera dan bisik-bisik wartawan membuat dadanya semakin sesak.Ia bukan lagi penguasa ruangan. Sekarang ia hanya seorang pria yang terpojok di bawah sorotan lampu.Randy berdiri di depan puluhan mic dari berbagai m

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Randy yang Menantang Maut

    "Siapa yang mengizinkanmu memasuki ruanganku, Mark?" pekik Randy, suaranya melengking, dipenuhi keterkejutan yang tak mampu ia sembunyikan.Matanya membulat, seperti seekor tikus yang baru saja menemukan dirinya terperangkap dalam sarang ular."Kenapa?" Mark menjawab dengan nada sedingin es yang menetes perlahan-lahan, menusuk hingga ke tulang."Bukankah kau selalu menantangku di media? Kenapa setelah aku datang, kau malah terkejut seperti itu?" Matanya menatap Randy tajam, bagaikan elang yang mengintai mangsanya dari ketinggian, siap untuk menerkam tanpa ampun.Tatapan itu membuat Randy tersentak. Nyali yang sebelumnya membara di layar media kini menciut, redup seperti lilin di tengah badai.Kata-kata penuh keberanian yang biasa ia lontarkan berubah menjadi gumaman yang kehilangan arah."Bukan kau yang aku singgung, tapi Stevan!" ujar Randy, suaranya masih mencoba terdengar tegas, meski jelas ada getaran kecil yang mencemari nada itu."Baik aku maupun Stevan, sama saja," ujar Mark, s

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Mulai Mengganggu

    "Argh! Sial!" seru Emma, suaranya melengking di tengah gemuruh musik yang menghentak.Cahaya neon ungu dan merah berkedip-kedip, membelah bayangan tubuhnya yang bergetar oleh frustrasi. Wajahnya yang memerah oleh amarah terlihat kontras dengan lipstik merah tua yang menghiasi bibirnya.Ia mencengkeram gelas koktail di tangannya hingga jari-jarinya memutih, seolah ingin menyalurkan kemarahan ke dalam benda mati itu.Sudah hampir dua bulan di New York, namun sosok Stevan yang diinginkannya masih saja tak tersentuh, bagai bayang-bayang yang terus menghindar dari cahaya."Sudahlah, Emma," ujar Rose lembut namun tajam, sambil menyandarkan tubuh rampingnya ke sofa empuk."Stevan tidak akan mau padamu. Jika dia menyukaimu, dia pasti sudah menyatakan cinta sejak kalian kuliah. Tapi itu tidak pernah terjadi, bukan?" Rose mengangkat alis, bibirnya melengkung membentuk senyuman kecil yang terasa seperti belati.Emma mendengus kasar, matanya menyipit dengan amarah yang membara. "Itu karena dia su

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Tidak Seharusnya Meragukannya

    Stevan mengerutkan keningnya, sorot matanya tertuju pada Clara yang sedari tadi hanya memutar-mutar spaghettinya tanpa minat.Piring di depannya terlihat seperti kanvas yang hanya dilukis separuh hati, gerakan garpu yang berulang menciptakan pola tanpa arah, mencerminkan pikiran yang penuh gejolak.Mereka kini duduk di sebuah restoran kecil nan hangat, dindingnya dihiasi lukisan klasik yang seolah ingin membawa pengunjung ke era lampau.Di luar, matahari siang mengintip malu-malu dari balik awan kelabu, sinarnya yang redup memantul lembut di permukaan meja kayu tempat mereka duduk.“Honey?” panggil Stevan, suaranya penuh perhatian, seperti alunan nada piano yang lembut di tengah hening.“Are you okay?” tanyanya dengan nada sedikit cemas, matanya menatap Clara dengan intensitas yang sulit diabaikan.Clara mendongakkan kepala, memandang Stevan dengan mata yang tampak berkilau namun terselubung bayangan kegelisahan. “Ya. I’m okay,” ucapnya lirih, bibirnya yang pucat membentuk senyum tipi

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Percakapan Random Keluarga Evander

    "Clara? Apa kau tidak merasakan sesuatu?"Suara Mark memecah keheningan dengan nada yang tenang namun penuh teka-teki, seperti bisikan angin malam yang membawa rahasia gelap dari kejauhan.Tatapan matanya mengunci Clara, seolah mencari jawaban yang tak pernah terucap."Apa maksudmu, Dad? Aku tidak mengerti sedikit pun," jawab Clara dengan alis yang berkerut.Ia melanjutkan kunyahannya pada cokelat batang yang mulai meleleh di sudut bibirnya, sementara matanya terpaku pada lembaran buku yang baru saja dibelinya.Mark menghela napas panjang, mengangkat kepalanya perlahan seolah mencari kata-kata yang tepat di langit-langit ruang tamu yang redup. “Sudah berapa lama kau dan Stevan menjalin hubungan?”Pertanyaan itu melayang di udara seperti percikan api kecil di tengah kabut, membakar rasa penasaran dalam dada Clara.Clara melirik ke arah ayahnya dengan pandangan setengah penasaran, setengah jengkel. Jarinya mengetuk meja, menghitung pelan.“Sepertinya sudah mau lima bulan. Kenapa, Dad? A

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 251: Makan Malam Keluarga Besar

    Mark mengundang Stevan, Sean, Amy, dan juga Lisa untuk makan malam di rumahnya. Clara sendiri tidak tahu jika Mark mengadakan makan malam ini, sehingga suasana di meja makan terasa lebih intim, namun ada juga ketegangan yang menggantung di udara.“Terima kasih atas kehadirannya di acara makan malam ini,” ucap Mark dengan suara berat, matanya menyapu ke seluruh wajah yang hadir, memberikan kesan bahwa setiap kata yang keluar dari bibirnya tidak bisa dianggap remeh.Clara menoleh ke arah Samuel, merasakan kegelisahan yang mulai tumbuh di dada. Pria itu hanya mengendikan bahunya, tanda bahwa dia pun tak tahu jika Mark mengundang orang tuanya dan ibu Stevan ke rumah mereka malam ini.“Terima kasih juga sudah mengundangku pada acara ini, Mark,” ucap Lisa dengan nada lembutnya, namun ada nada yang agak dipaksakan dalam suaranya, seperti yang sering terlihat pada orang yang berusaha menyembunyikan perasaan tidak nyaman.Mark tersenyum tip

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 250: Tindakan yang Membuat Mabuk Kepayang

    “Apa yang kau bawa dari London? Aku sudah tidak sabar melihatnya.” Clara, yang sebelumnya bersumpah tidak akan memaafkan Stevan, justru merasa seolah tak bisa menjauh dari pria itu.Pertahanannya luluh, begitu cepat dan begitu tiba-tiba, saat tatapan Stevan menyentuhnya dengan kekuatan yang tak terungkapkan.Ada sesuatu dalam mata pria itu yang begitu memikat, seakan ia menarik Clara ke dalam pusaran perasaan yang sulit ditolak.Stevan menatap wajah Clara dengan intensitas yang dalam, seakan ingin membaca setiap jejak emosi yang bersembunyi di dalamnya.Dengan gerakan yang begitu lembut namun penuh tekad, ia menarik wajah Clara mendekat.Bibir mereka bertemu dalam ciuman yang begitu mendalam, tak terduga, dan penuh gairah. Ciuman itu bukan sekadar pertanda rindu, melainkan sebuah ledakan emosi yang membakar seluruh penahanan mereka.Clara terkejut, hatinya berdebar dengan cepat dan hampir tak teratur. Ciuman itu datang tanpa aba-

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 249: Permintaan Maaf Stevan

    Dua minggu kemudian...Perpisahan Lisa dan Randy akhirnya resmi selesai, menyisakan babak baru yang dimulai dengan rasa lega bercampur keraguan.Di bawah langit kelabu New York yang seolah mengerti beratnya perjalanan ini, Lisa mengikuti langkah Stevan memasuki rumah sederhana yang telah disiapkan untuknya.“Ini rumahmu selama di sini,” ucap Stevan singkat, suaranya datar, tetapi ada sekilas kelembutan yang sulit disembunyikan.Lisa melangkah perlahan, matanya mengamati setiap sudut rumah dengan sorot yang sarat makna.Dinding putih bersih, perabotan minimalis, dan suasana hangat rumah itu memberi rasa nyaman yang sudah lama ia rindukan. Sebuah senyum kecil menghiasi wajahnya, seolah menghapus jejak beban dari masa lalunya.“Terima kasih, Nak. Aku tidak akan merepotkanmu selama di sini,” ucapnya lembut, namun suaranya mengandung getar haru.Stevan hanya mengangguk tipis, wajahnya sulit dibaca. Hatinya terbelah&

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 248: Ancaman Mengerikan Randy

    Ketika pintu apartemen terbuka dengan suara berderit yang berat, Randy berdiri di ambang pintu, tatapan matanya seperti kilatan petir yang menyambar langit malam.Udara di dalam ruangan mendadak terasa dingin, menciptakan suasana tegang yang mengancam meledak kapan saja.“Kau,” desis Randy dengan suara serak yang dipenuhi kemarahan, langkahnya mendekati Stevan dengan berat seperti membawa dendam yang membara. “Kau yang telah menghasut ibumu untuk bercerai denganku, huh?”Stevan berdiri tegak di sisi ruangan, wajahnya tenang namun matanya menyala dengan amarah terpendam.“Memangnya kau masih mengharapkan ibuku?” tanyanya, suaranya tegas seperti pisau yang menusuk ke dalam.“Selama ini kau hanya memanfaatkan ibuku agar mau membujukku untuk membangun perusahaanmu, Tuan Randy yang terhormat.”Randy menggeram, tangannya mengepal hingga buku-bukunya memutih. “Kurang ajar!” ia men

I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status