Beranda / Romansa / Terjerat Cinta CEO Dingin / Bab 146: Jadi Pandai Menggombal

Share

Bab 146: Jadi Pandai Menggombal

Penulis: Salwa Maulidya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-28 22:26:38

Mark membuka matanya, merasakan kedamaian yang jarang ia dapatkan dalam tidurnya akhir-akhir ini. Tumpukan mimpi buruk, kekhawatiran, dan rasa bersalah seakan terkikis dalam delapan jam tidur lelapnya.

Udara pagi meresap perlahan ke dalam paru-parunya saat ia menarik napas dalam, menghidupkan kembali semangat yang sempat padam. Lalu, ia menoleh ke arah kiri—tempat yang seharusnya ditempati oleh istrinya.

Namun, di sana kosong.

“Hm! Ke mana kau, pagi-pagi sudah tidak ada di kamar?” gumamnya dengan suara serak khas bangun tidur, diiringi senyum kecil yang muncul tanpa ia sadari.

Sambil memandang langit-langit kamar, Mark berbisik pada dirinya sendiri, seolah-olah mencoba merangkum perjalanan panjang emosional yang telah ia lalui.

“Aku benar-benar telah kembali,” katanya, kali ini dengan suara penuh kepastian, seakan ia ingin meyakinkan dirinya bahwa semua ini nyata.

Jemarinya bergerak perlahan, mengusap wajahnya dengan gerakan lembut, seakan ingin menghapus sisa-sisa kebingungan yang se
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (13)
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
tapi waktunya membereskan masalah diperusahaan mark jangan keasikan di rumah haha
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
jangankan berteman dan ngobrol isi otak mark aja hanya berisi dania dania dan dania
goodnovel comment avatar
wieanton
Setelah badai ada pelangi, setelah berpisah bisa bersatu kembali. mark tambah sayang ke Dania cinta sejatinya, begitu jg dania. kekuatan cinta mereka meruntuhkan kearoganan, keegoisan, kemarahan, kekecewaan, kesedihan, udah cukup skrg biar kebahagiaan menyapa.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 147: Dania harus Menjadi Milikku lagi

    “Argh! Mark sialan!”Kevin menghempaskan tubuhnya ke kursi dengan kasar, tangannya gemetar, kemarahan terpancar dari matanya. Seolah-olah dunia telah menentangnya dengan membiarkan Mark bebas dari tuduhan.Meja yang berantakan dengan dokumen berserakan di lantai adalah bukti ledakan amarah yang baru saja terjadi.Ia menatap ke arah Alex yang duduk di seberang, menyilangkan kakinya dengan wajah datar namun terlihat lelah, jemarinya memijat kening yang terasa berat.“Ini tidak masuk akal! Jelas-jelas Mark bersalah, tapi hakim malah memutuskan untuk membebaskannya!” Kevin berteriak penuh frustrasi.Suaranya menggema di ruangan, namun Alex hanya menghela napas panjang, seakan-akan kebisingan itu tidak mampu mengusik ketenangannya.Alex menggeleng perlahan, sejenak membiarkan keheningan menggantung di udara sebelum berbicara dengan nada pelan, hampir tanpa emosi.“Angel akan dilaporkan balik atas pencemaran nama baik. Dan aku yakin, wanita itu akan membawa namaku dalam kasus ini.” Ia menga

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 148: Mulai Membersihkan Nama Baik

    Mark berdiri di ambang pintu rumahnya, menatap Dania dengan pandangan penuh kasih yang tak pernah pudar meskipun badai sudah berlalu dan bahaya masih mengintai.Dua hari setelah kebebasannya, dan kini ia akan menghadapi kenyataan yang telah menantinya di kantor, beban pekerjaan yang selama ini tertunda karena jeruji besi yang memisahkannya dari dunia luar."Sayang," ucapnya lembut seraya menggenggam kedua tangan Dania. "Kalau ada sesuatu, segera hubungi aku. Ingat, semuanya belum selesai. Aku memang bebas, tapi bahaya di luar sana masih mengintai. Mereka bisa datang kapan saja." Tatapannya serius, bibirnya mengulas senyum tipis, namun matanya memancarkan kekhawatiran.Dania mengangguk, mencoba menenangkan suaminya. "Jangan khawatir, Mark. Aku baik-baik saja. Selama kau di penjara, aku selalu ditemani pengawal dan para pelayan di rumah ini. Tidak akan ada yang berani datang ke sini," balasnya, nada suaranya mantap meski jauh di dalam hatinya ada sedikit kekhawatiran. Ia tahu, dunia Mar

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 149: Memeriksa CCTV

    Linda menganggukkan kepala, mencatat instruksi tersebut. Ruangan kembali hening, semua mata tertuju pada Mark yang kini membuka folder berisi berbagai laporan keuangan dan data investor. Setelah sejenak mempelajarinya, ia menghela napas panjang.“Selanjutnya, kita perlu memulihkan kepercayaan para investor,” lanjut Mark, suaranya kini terdengar sedikit lebih lembut, namun tetap berwibawa.“Saham perusahaan telah turun drastis karena adanya keraguan dari pihak eksternal, tapi kita akan mulai dengan proyek pengembangan yang telah tertunda. Saya ingin laporan tentang seluruh aset yang bisa segera kita manfaatkan.”Salah seorang direktur keuangan, Jonathan, angkat bicara, mencoba memberikan analisis yang lebih rinci. “Tuan Mark, kita memiliki beberapa proyek yang berpotensi memberikan keuntungan besar, terutama yang sedang berjalan di sektor properti.“Jika kita bisa menambah modal dari penjualan sebagian saham yang masih kita miliki, itu akan menjadi langkah awal yang baik untuk memulihk

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 150: Betapa Pentingnya Dania bagi Mark

    Wajah Vicky menegang, pandangannya menunduk. Ia tahu bahwa menjawab dengan alasan apa pun bukanlah pilihan yang bijak, namun ia harus jujur. “Saya… saya tidak ingin mengganggu Anda dengan kabar yang mungkin akan membebani pikiran Anda, Tuan. Nona Dania sendiri juga meminta agar saya tidak mengatakannya. Dia khawatir jika Anda tahu, Anda akan semakin terbebani di tempat ini.”Mark terdiam, kembali menatap layar laptopnya dengan tatapan kosong. Di satu sisi, ia memahami niat baik Vicky dan Dania yang ingin melindunginya. Namun, di sisi lain, perasaan bersalah yang mulai menyusup di hatinya membuatnya marah pada dirinya sendiri. Ia merasa tak berdaya, terkurung dalam ruangan ini sementara wanita yang ia cintai harus menanggung beban sendirian.“Dania…” gumamnya dengan nada pelan, hampir tak terdengar. Tatapannya tetap tertuju pada layar, memperhatikan momen-momen ketika Dania berusaha keras menghadapi masa-masa sulit itu sendirian. Betapa ia ingin berada di sana, memeluk Dania dan mema

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 151: Jangan Ragukan Perasaan Mark

    Tiga puluh menit telah berlalu sejak panggilan itu, dan kini Sean telah tiba di kantor Mark. Mark duduk di kursi kebesarannya, tampak khusyuk mengutak-atik laptopnya dengan pandangan tajam yang tak ingin lepas dari layar.Di hadapannya, video CCTV rumahnya terputar, memperlihatkan kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh Dania selama ia berada di penjara.“Mark?” Sean membuka suara setelah menempatkan dirinya di kursi di depan meja Mark. Ia memerhatikan keponakannya yang begitu serius dengan layar laptopnya. “Kau sedang sibuk?”Mark menoleh sebentar ke arah Sean, lalu pandangannya kembali tertuju ke layar. “Aku hanya sedang memastikan kalau Kevin tidak sempat masuk ke rumahku selama aku dipenjara kemarin,” jawabnya dengan nada datar, namun jelas mengandung ketidakpercayaan yang masih membara.Sean mendengar itu dengan seulas senyum yang sinis. Ia mengangkat tangan, menggaruk alisnya, dan kemudian tertawa kecil. “Tentu saja tidak, Mark. Dia tidak akan berani datang mengganggu Dania. Ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 152: Sebelum Bertemu denganmu

    Sembilan bulan yang lalu…Mark duduk di tepi tempat tidur kamar hotelnya, menutup matanya sejenak sambil mencoba meredakan kelelahan yang terasa menjalar ke seluruh tubuh.Pertemuan bisnis yang berlangsung sepanjang hari itu baru saja selesai, dan ia terlalu letih untuk merayakan apa pun—bahkan ulang tahun perusahaannya yang jatuh tepat malam itu. Ia mendesah, menatap kosong ke arah bayangan dirinya di cermin besar di sisi kamar.Ketukan pelan di pintu membuyarkan lamunannya. Vicky, asisten setianya, muncul di ambang pintu dengan sedikit ragu.“Selamat siang, Tuan,” ucap Vicky. “Aula hotel ini sudah dipakai untuk acara pertunangan. Jika Anda ingin, saya bisa mencarikan tempat lain untuk merayakan ulang tahun perusahaan Anda.”Mark menggeleng pelan, nadanya nyaris tak terdengar. “Tidak perlu, Vicky. Aku tidak ingin membuat pesta ulang tahun perusahaanku lagi,” jawabnya, suaranya berbisik diiringi keletihan yang mendalam.Vicky mengangguk kaku, menyembunyikan kekhawatirannya. “Baik, Tua

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 153: Maka tidak dengan yang Lain

    Mark menatap layar ponselnya begitu tiba di dalam mobil, jemarinya menari di atas keyboard, mengetik pesan kepada Vicky.“Vicky, siapkan dokumen pernikahan yang pernah kubuat dulu. Tinggal kau ganti tanggalnya dan daftarkan segera ke catatan sipil,” tulisnya tegas. Ia menatap layar ponselnya, menunggu konfirmasi dari Vicky.Hanya butuh beberapa detik sebelum notifikasi masuk.Vicky: “Baik, Tuan. Akan segera saya siapkan.”Mark menghela napas lega, merasakan beban yang selama ini menggantung di hatinya sedikit demi sedikit mulai terangkat.Setelah bertahun-tahun mencari, setelah semua usaha tanpa hasil yang ia jalani, wanita yang selama ini ia rindukan dan ia cari mati-matian ternyata benar-benar ada di hadapannya.Namun, ada satu hal yang masih mengganjal di benaknya—kenapa hanya dia yang mengingat segalanya? Kenapa Dania tidak mengenalinya sama sekali?Kebingungannya tak sempat ia telaah lebih dalam, karena suara lantang Dania memecah keheningan.“Tuan… apa sebenarnya yang kau ingink

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 154: Makan Malam penuh dengan Kehangatan

    Waktu sudah menunjuk angka tujuh malam, menyelimuti dunia dengan kilau temaram yang lembut, seakan alam sengaja memperlambat denyutnya untuk menyambut pulangnya sang suami yang tercinta.Langkah Mark berat namun tegas, melawan lelah yang menggurat dalam, setelah seharian bertarung dengan tuntutan pekerjaan yang membentang layaknya samudra tanpa tepi, dipenuhi ombak pertemuan dan arus deras panggilan dari para wajah-wajah penting.Namun, begitu membuka pintu rumah, semua kepenatan seakan sirna, tertelan senyum dan tatapan hangat dari wanita yang menantinya."Sayang?" panggil Mark, suaranya bagaikan angin lembut yang menerpa pelan, saat ia menarik Dania ke dalam pelukannya, menyentuh kelembutan yang hanya bisa ditemukan pada kekasih sejati. Dalam sekejap, lelahnya terasa bagai embun yang memudar di bawah sinar mentari.Dania menyambut pelukan itu dengan senyum penuh ketenangan yang menjalar sampai ke matanya. "Hari ini terlihat sangat lelah," ujarnya lembut, jemarinya menelusuri lembut

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Konferensi Pers Randy

    Tidak membutuhkan waktu lama. Persis dua jam kemudian. Konferensi pers di gelar mendadak.Kilatan lampu kamera menyilaukan, memenuhi ruangan konferensi pers yang penuh sesak.Wartawan dari berbagai media berebut posisi terbaik, mikrofon teracung ke depan, siap menangkap setiap kata yang keluar dari mulut Randy. Ketika langkah Rendy menuju meja konferensi."Pak Randy, apa benar Anda mengakui telah mencuri desain Stevan?" seru seorang reporter, suaranya nyaring menembus hiruk-pikuk saat Randy melangkah tergesa menuju meja utama konferensi pers."Apakah ini berarti semua tuduhan terhadap Stevan tidak benar?" tanya yang lain, matanya berbinar, mencium aroma skandal besar.Randy menelan ludah. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Ia mencoba membuka mulut, tetapi suara gemuruh kamera dan bisik-bisik wartawan membuat dadanya semakin sesak.Ia bukan lagi penguasa ruangan. Sekarang ia hanya seorang pria yang terpojok di bawah sorotan lampu.Randy berdiri di depan puluhan mic dari berbagai m

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Randy yang Menantang Maut

    "Siapa yang mengizinkanmu memasuki ruanganku, Mark?" pekik Randy, suaranya melengking, dipenuhi keterkejutan yang tak mampu ia sembunyikan.Matanya membulat, seperti seekor tikus yang baru saja menemukan dirinya terperangkap dalam sarang ular."Kenapa?" Mark menjawab dengan nada sedingin es yang menetes perlahan-lahan, menusuk hingga ke tulang."Bukankah kau selalu menantangku di media? Kenapa setelah aku datang, kau malah terkejut seperti itu?" Matanya menatap Randy tajam, bagaikan elang yang mengintai mangsanya dari ketinggian, siap untuk menerkam tanpa ampun.Tatapan itu membuat Randy tersentak. Nyali yang sebelumnya membara di layar media kini menciut, redup seperti lilin di tengah badai.Kata-kata penuh keberanian yang biasa ia lontarkan berubah menjadi gumaman yang kehilangan arah."Bukan kau yang aku singgung, tapi Stevan!" ujar Randy, suaranya masih mencoba terdengar tegas, meski jelas ada getaran kecil yang mencemari nada itu."Baik aku maupun Stevan, sama saja," ujar Mark, s

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Mulai Mengganggu

    "Argh! Sial!" seru Emma, suaranya melengking di tengah gemuruh musik yang menghentak.Cahaya neon ungu dan merah berkedip-kedip, membelah bayangan tubuhnya yang bergetar oleh frustrasi. Wajahnya yang memerah oleh amarah terlihat kontras dengan lipstik merah tua yang menghiasi bibirnya.Ia mencengkeram gelas koktail di tangannya hingga jari-jarinya memutih, seolah ingin menyalurkan kemarahan ke dalam benda mati itu.Sudah hampir dua bulan di New York, namun sosok Stevan yang diinginkannya masih saja tak tersentuh, bagai bayang-bayang yang terus menghindar dari cahaya."Sudahlah, Emma," ujar Rose lembut namun tajam, sambil menyandarkan tubuh rampingnya ke sofa empuk."Stevan tidak akan mau padamu. Jika dia menyukaimu, dia pasti sudah menyatakan cinta sejak kalian kuliah. Tapi itu tidak pernah terjadi, bukan?" Rose mengangkat alis, bibirnya melengkung membentuk senyuman kecil yang terasa seperti belati.Emma mendengus kasar, matanya menyipit dengan amarah yang membara. "Itu karena dia su

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Tidak Seharusnya Meragukannya

    Stevan mengerutkan keningnya, sorot matanya tertuju pada Clara yang sedari tadi hanya memutar-mutar spaghettinya tanpa minat.Piring di depannya terlihat seperti kanvas yang hanya dilukis separuh hati, gerakan garpu yang berulang menciptakan pola tanpa arah, mencerminkan pikiran yang penuh gejolak.Mereka kini duduk di sebuah restoran kecil nan hangat, dindingnya dihiasi lukisan klasik yang seolah ingin membawa pengunjung ke era lampau.Di luar, matahari siang mengintip malu-malu dari balik awan kelabu, sinarnya yang redup memantul lembut di permukaan meja kayu tempat mereka duduk.“Honey?” panggil Stevan, suaranya penuh perhatian, seperti alunan nada piano yang lembut di tengah hening.“Are you okay?” tanyanya dengan nada sedikit cemas, matanya menatap Clara dengan intensitas yang sulit diabaikan.Clara mendongakkan kepala, memandang Stevan dengan mata yang tampak berkilau namun terselubung bayangan kegelisahan. “Ya. I’m okay,” ucapnya lirih, bibirnya yang pucat membentuk senyum tipi

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Percakapan Random Keluarga Evander

    "Clara? Apa kau tidak merasakan sesuatu?"Suara Mark memecah keheningan dengan nada yang tenang namun penuh teka-teki, seperti bisikan angin malam yang membawa rahasia gelap dari kejauhan.Tatapan matanya mengunci Clara, seolah mencari jawaban yang tak pernah terucap."Apa maksudmu, Dad? Aku tidak mengerti sedikit pun," jawab Clara dengan alis yang berkerut.Ia melanjutkan kunyahannya pada cokelat batang yang mulai meleleh di sudut bibirnya, sementara matanya terpaku pada lembaran buku yang baru saja dibelinya.Mark menghela napas panjang, mengangkat kepalanya perlahan seolah mencari kata-kata yang tepat di langit-langit ruang tamu yang redup. “Sudah berapa lama kau dan Stevan menjalin hubungan?”Pertanyaan itu melayang di udara seperti percikan api kecil di tengah kabut, membakar rasa penasaran dalam dada Clara.Clara melirik ke arah ayahnya dengan pandangan setengah penasaran, setengah jengkel. Jarinya mengetuk meja, menghitung pelan.“Sepertinya sudah mau lima bulan. Kenapa, Dad? A

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 251: Makan Malam Keluarga Besar

    Mark mengundang Stevan, Sean, Amy, dan juga Lisa untuk makan malam di rumahnya. Clara sendiri tidak tahu jika Mark mengadakan makan malam ini, sehingga suasana di meja makan terasa lebih intim, namun ada juga ketegangan yang menggantung di udara.“Terima kasih atas kehadirannya di acara makan malam ini,” ucap Mark dengan suara berat, matanya menyapu ke seluruh wajah yang hadir, memberikan kesan bahwa setiap kata yang keluar dari bibirnya tidak bisa dianggap remeh.Clara menoleh ke arah Samuel, merasakan kegelisahan yang mulai tumbuh di dada. Pria itu hanya mengendikan bahunya, tanda bahwa dia pun tak tahu jika Mark mengundang orang tuanya dan ibu Stevan ke rumah mereka malam ini.“Terima kasih juga sudah mengundangku pada acara ini, Mark,” ucap Lisa dengan nada lembutnya, namun ada nada yang agak dipaksakan dalam suaranya, seperti yang sering terlihat pada orang yang berusaha menyembunyikan perasaan tidak nyaman.Mark tersenyum tip

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 250: Tindakan yang Membuat Mabuk Kepayang

    “Apa yang kau bawa dari London? Aku sudah tidak sabar melihatnya.” Clara, yang sebelumnya bersumpah tidak akan memaafkan Stevan, justru merasa seolah tak bisa menjauh dari pria itu.Pertahanannya luluh, begitu cepat dan begitu tiba-tiba, saat tatapan Stevan menyentuhnya dengan kekuatan yang tak terungkapkan.Ada sesuatu dalam mata pria itu yang begitu memikat, seakan ia menarik Clara ke dalam pusaran perasaan yang sulit ditolak.Stevan menatap wajah Clara dengan intensitas yang dalam, seakan ingin membaca setiap jejak emosi yang bersembunyi di dalamnya.Dengan gerakan yang begitu lembut namun penuh tekad, ia menarik wajah Clara mendekat.Bibir mereka bertemu dalam ciuman yang begitu mendalam, tak terduga, dan penuh gairah. Ciuman itu bukan sekadar pertanda rindu, melainkan sebuah ledakan emosi yang membakar seluruh penahanan mereka.Clara terkejut, hatinya berdebar dengan cepat dan hampir tak teratur. Ciuman itu datang tanpa aba-

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 249: Permintaan Maaf Stevan

    Dua minggu kemudian...Perpisahan Lisa dan Randy akhirnya resmi selesai, menyisakan babak baru yang dimulai dengan rasa lega bercampur keraguan.Di bawah langit kelabu New York yang seolah mengerti beratnya perjalanan ini, Lisa mengikuti langkah Stevan memasuki rumah sederhana yang telah disiapkan untuknya.“Ini rumahmu selama di sini,” ucap Stevan singkat, suaranya datar, tetapi ada sekilas kelembutan yang sulit disembunyikan.Lisa melangkah perlahan, matanya mengamati setiap sudut rumah dengan sorot yang sarat makna.Dinding putih bersih, perabotan minimalis, dan suasana hangat rumah itu memberi rasa nyaman yang sudah lama ia rindukan. Sebuah senyum kecil menghiasi wajahnya, seolah menghapus jejak beban dari masa lalunya.“Terima kasih, Nak. Aku tidak akan merepotkanmu selama di sini,” ucapnya lembut, namun suaranya mengandung getar haru.Stevan hanya mengangguk tipis, wajahnya sulit dibaca. Hatinya terbelah&

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 248: Ancaman Mengerikan Randy

    Ketika pintu apartemen terbuka dengan suara berderit yang berat, Randy berdiri di ambang pintu, tatapan matanya seperti kilatan petir yang menyambar langit malam.Udara di dalam ruangan mendadak terasa dingin, menciptakan suasana tegang yang mengancam meledak kapan saja.“Kau,” desis Randy dengan suara serak yang dipenuhi kemarahan, langkahnya mendekati Stevan dengan berat seperti membawa dendam yang membara. “Kau yang telah menghasut ibumu untuk bercerai denganku, huh?”Stevan berdiri tegak di sisi ruangan, wajahnya tenang namun matanya menyala dengan amarah terpendam.“Memangnya kau masih mengharapkan ibuku?” tanyanya, suaranya tegas seperti pisau yang menusuk ke dalam.“Selama ini kau hanya memanfaatkan ibuku agar mau membujukku untuk membangun perusahaanmu, Tuan Randy yang terhormat.”Randy menggeram, tangannya mengepal hingga buku-bukunya memutih. “Kurang ajar!” ia men

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status