Beranda / Romansa / Terjerat Cinta CEO Dingin / Bab 119: Mark bukan Pembunuh

Share

Bab 119: Mark bukan Pembunuh

Penulis: Salwa Maulidya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-17 22:45:52

Merry berdiri di ambang pintu, wajahnya tampak bimbang namun penuh tekad saat dia menatap Dania yang tengah bersiap. "Nona Dania. Nona mau pergi ke mana?" suaranya terdengar seperti bisikan angin lembut yang mencoba menghentikan badai.

Dania yang tengah memegang tas tangannya, menoleh dengan sorot mata yang tak terbaca. Bibirnya mengulas senyum tipis, namun ada sesuatu di dalam matanya yang seolah hendak berteriak dalam diam.

"Aku harus pergi ke rumah Bibi Angel, Merry. Aku sudah memberitahu Vicky. Tapi, dia sedang berada di kantor polisi. Jadi, aku pergi sendiri saja."

Nada bicara Dania terdengar tegas, tapi tak bisa menyembunyikan kegelisahan yang menggelayut di hatinya.

Merry menggelengkan kepalanya perlahan, bibirnya mengatup rapat sebelum ia kembali berbicara, suaranya rendah dan penuh permohonan, seakan-akan sedang melawan ketakutan yang hanya dirinya yang mengerti.

"Sebaiknya tunggu Tuan Vicky datang dulu, Nona. Saya dilarang membiarkan Anda pergi sendiri. Mohon, Nona, jangan m
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (10)
goodnovel comment avatar
wieanton
siapa sih yg tega lama2 liat suami yg gk bersalah hrs mendekam di penjara, gk ada lah... meskipun suami bersama ttp aja hati istri manapun kan sakit bayangin itu semua. klo Dania gk gerak cpt, dia takut Mark lama lg di dalam sana, sedangkan dia butuh Mark. mau gk mau Dania hrs turun tangan sendiri
goodnovel comment avatar
MAIMAI
kamu harus yakin dania klo mark gak salah. jika nanti ada bukti baru, kamu tau kan itu ulah siapa?
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
semangat dania klo g saling menguatkan bagaimana bisa lalui cobaan yg ada
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 120: Badai sedang Menghantam

    Matahari sore yang menyelinap dari balik jendela rumah Angel tampak redup, seakan tahu betapa suramnya pertemuan yang sedang terjadi di dalam.Dania tidak menunggu lama setelah mobil berhenti di depan rumah. Dengan langkah cepat dan penuh tekad, dia memasuki rumah itu, diikuti oleh Vicky yang tetap setia mendampinginya.Sejak hari pertama ia mengenal Mark, Vicky selalu ada, dan kini pria itu menjadi sandaran yang bisa diandalkan di tengah badai yang menimpa keluarganya.Dania menatap ruangan itu dengan dingin, kenangan masa kecilnya yang pernah bahagia di tempat ini terasa begitu jauh.Semuanya kini berubah menjadi puing-puing perasaan yang tertinggal. Sesosok wanita duduk di sofa ruang tengah, menanti dengan sikap yang penuh ketenangan, seolah sudah tahu badai apa yang akan datang menghampirinya.“Bibi Angel.” Suara Dania terdengar serak, dipenuhi dengan amarah yang sudah lama tertahan. Ia menatap bibinya dengan datar, tidak ada sedikit pun kehangatan dalam tatapan itu.Angel mengang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 120: Hanya ingin Memeluk Dania

    Ruang investigasi itu terasa dingin, sepi, dan menekan. Hanya deru napas Mark yang terdengar di tengah ketegangan yang menggantung di udara.Sean duduk di hadapan keponakannya, menatapnya dengan ekspresi datar namun penuh kehati-hatian, seolah ia sedang menimbang-nimbang kata-kata yang harus ia ucapkan."Apakah semua ini ada hubungannya dengan ayahmu?" Sean memulai, suaranya terdengar pelan namun langsung menusuk inti permasalahan. "Apakah dia belum bisa menerima kenyataan?"Mark mengangkat kepalanya, menatap pamannya dengan mata yang penuh kemarahan yang terpendam. "Kumpulkan saja bukti-bukti validnya, Sean," jawabnya tanpa basa-basi. "Agar kau tahu apa yang diinginkan Ayah dengan memenjarakanku."Sean menyandarkan tubuhnya ke kursi, tatapannya masih tertuju pada Mark, mencoba membaca ekspresi yang tersirat di wajahnya."Bukti yang Alex layangkan ke polisi benar-benar palsu, kan, Mark?" tanyanya, meskipun jauh di dalam hatinya ia sudah tahu jawabannya.Mark mengangguk perlahan, kelel

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 121: Aku memang Bodoh

    Rumah besar itu berdiri megah, namun sepi dan dingin seperti benteng yang tak lagi dihuni oleh kehangatan. Sean melangkah masuk, derap langkahnya terdengar tegas di sepanjang lantai marmer yang memantulkan bayangannya.Amarah yang menggelegak di dalam dadanya membuat setiap gerakannya tampak tajam dan penuh emosi yang ditekan. Tatapannya menusuk ketika ia memasuki ruang tamu, di mana adiknya, Sarah, menunggunya.Sarah berdiri di sudut ruangan, tampak ragu namun berusaha menyembunyikan kegelisahannya. Wajahnya pucat, seolah ia sudah tahu apa yang akan datang.Matanya bertemu dengan mata Sean yang penuh dengan kemarahan yang hanya ia kenal terlalu baik. Sebelum Sean sempat bicara, Sarah mencoba untuk menenangkan suasana dengan suara lembutnya.“Aku baru saja hendak menjenguk Mark di kantor polisi,” ucapnya pelan, hampir seperti bisikan.Sean berhenti di depannya, tatapannya dingin, dan suaranya keluar dengan kegetiran yang tidak bisa ditahan lagi. “Dan ini, yang kau inginkan?” tanya Sea

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 122: Jangan Ikut Campur

    Kevin duduk di kursi kulit mewahnya, tubuhnya bersandar santai, tetapi senyum licik yang menghiasi wajahnya menyiratkan kemenangan besar yang baru saja ia raih.Layar komputer di hadapannya menampilkan berita utama yang menghantam nama Mark tanpa henti—bulir-bulir penghinaan, tuduhan, dan skandal bertebaran di media, membuat Mark seolah-olah sudah divonis sebagai penjahat meski persidangan belum dimulai.Suasana ruang kerja Kevin yang biasanya tenang kini dipenuhi dengan aura kemenangan yang mendidih, seolah menegaskan bahwa momen yang ia tunggu selama ini akhirnya tiba.“Kau sengaja bermain-main denganku, Mark,” gumam Kevin pelan namun penuh kebencian, matanya memicing tajam menatap nama Mark yang terpampang di layar. “Maka akan kubuat dirimu hancur ... hancur sehancur-hancurnya karena telah membuatku malu!”Ucapan itu disertai tawa kecil yang getir, bibirnya menyunggingkan senyum licik. Dalam pikirannya, Mark bukan hanya musuh biasa—dia adalah penghalang besar dalam hidupnya, orang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 123: Akan Selalu Melindungi Dania

    Ruang rapat V-One Group terasa sunyi, meski diisi oleh beberapa orang penting. Aura ketegangan menggantung di udara, menekan setiap individu yang hadir.Semua mata tertuju pada Sean, yang duduk di ujung meja besar dengan sikap tenang namun tegas. Kegentingan situasi sudah cukup jelas, bahkan sebelum pertemuan ini dimulai.Mark, sang CEO, keponakan kesayangan Sean, kini sedang dipenjara, dan desakan dari berbagai pihak agar perusahaan mengganti direksi semakin tak terbendung.Sean menghela napas pelan, menyatukan jemarinya di atas meja. Ia memahami kekhawatiran yang melanda para investor, kolega, dan rekan bisnis lainnya. Namun, Sean tidak akan membiarkan kepercayaan terhadap Mark hancur begitu saja hanya karena satu tuduhan keji.“Aku sudah mendengar permintaan dari investor, customer, dan kolega lainnya mengenai masalah ini,” Sean memulai dengan suara tenang namun mantap.Matanya menyapu wajah-wajah di depannya, satu per satu. “Dan tujuh puluh persen dari mereka tidak percaya jika Ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 124: Diary Milik Mark

    Dania membuka pintu perpustakaan besar di rumah megah suaminya, Mark. Langkahnya terhenti sejenak, mengamati ruangan yang asing baginya, meskipun ia telah tinggal di rumah itu hampir setengah tahun.Rak-rak tinggi berisi deretan buku tebal tentang bisnis dan investasi, buku-buku yang selama ini menjadi dunia Mark. Namun baginya, semua itu hanya tumpukan kata-kata yang tidak ia pahami.“Hampir setengah tahun aku tinggal di sini, tapi baru kali ini aku menginjakkan kaki di perpustakaan ini,” gumamnya, lalu menghela napas panjang. Ruangan ini begitu sunyi, menciptakan atmosfer yang mendalam dan penuh kenangan.Dania melangkah ke meja di tengah ruangan, penuh dengan buku dan catatan yang tampak baru saja disentuh.Tangannya terulur, mengusap pelan lembaran-lembaran tulisan tangan Mark, seolah ingin merasakan kehadiran suaminya melalui coretan tinta itu. Perasaannya campur aduk; kerinduan yang mendalam dan kekosongan yang tak bisa ia isi tanpa kehadiran Mark.Sebuah buku kecil di antara tu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 125: Aku bukan Pembunuh!

    Waktu sudah menunjuk pukul tujuh malam, malam yang terasa lebih mencekam dari biasanya. Di balik tembok-tembok penjara yang dingin dan suram, Alex datang menghampiri Mark seorang diri, tanpa penjaga atau pengawal yang biasanya mengiringinya.Wajahnya menampilkan senyum licik, seolah ia telah memenangkan permainan yang selama ini ia ciptakan dengan cermat. Di hadapan Mark, ia duduk dengan santai, memancarkan aura superioritas yang memuakkan.Mark, duduk di sisi lain, tak sedikit pun menoleh pada ayahnya. Ia menatap kosong ke dinding di depannya, memandang kebebasan yang kian jauh dari jangkauannya. Sementara itu, Alex menatap putranya dengan penuh rasa bangga palsu.“Sangat mudah untuk keluar dari sini, Mark,” ucap Alex perlahan, nadanya penuh tipu daya. “Tinggal patuh saja padaku, maka semuanya akan kembali seperti semula. Namamu akan bersih, seolah ini hanyalah mimpi buruk yang akan segera berakhir.”Sebuah senyum sinis terlukis di wajah Mark. Ia mendengar tawaran itu, tetapi baginya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 127: Penyebab Kematian Famela

    Mark duduk di sudut gelap selnya, tangannya terkulai di atas lutut, sementara tatapannya kosong, menembus dinding yang dingin dan lembab.Kata-kata Alex masih terngiang di kepalanya, seperti belati yang berulang kali menghujam. Kebenaran itu datang menghancurkan dunianya—bukan CCTV palsu yang disodorkan Alex kepada polisi, tetapi kenyataan pahit yang selama ini tersembunyi dari ingatannya.Kenyataan bahwa dialah yang menyebabkan kematian Famela, ibu mertuanya sendiri.Malam yang panjang dan sunyi berlalu tanpa tidur. Mata Mark sembab, dipenuhi air mata yang tak henti-hentinya mengalir sepanjang malam. Hatinya diliputi rasa bersalah yang membara, menghantamnya tanpa ampun."Ini benar-benar di luar kendaliku," gumam Mark dengan suara parau, hampir tanpa tenaga. Tatapannya tetap kosong, seolah mencari jawaban di antara bayangan-bayangan malam."Aku tidak pernah menyangka bahwa kecelakaan itu akan membawa Dania padaku... hanya saja, aku malah men

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Cemas yang Berlebih

    Clara merapatkan mantelnya ketika angin malam menyelinap melalui serat kainnya. Ia baru saja keluar dari perpustakaan kampus setelah menyelesaikan tugas yang tertunda.Tatapan itu. Perasaan diawasi kembali lagi. Bahkan kali ini orang itu mengikutinya.Awalnya, ia mengira hanya kebetulan. Mungkin efek dari kurang tidur, atau mungkin hanya pikirannya yang terlalu waspada sejak Stevan memperingatkannya soal Mike.Tapi semakin hari, semakin sering ia merasakan kehadiran tak kasat mata yang seolah mengikuti setiap gerakannya.Ia menoleh ke belakang.Jalanan kampus hampir sepi. Hanya ada beberapa mahasiswa yang berjalan jauh di depannya.Lampu jalan menerangi trotoar dengan temaram, menciptakan bayangan panjang yang bergerak setiap kali angin menggoyangkan dahan pepohonan.Tidak ada siapa pun di sana.Clara meneguk ludah, mencoba menenangkan dirinya.“Hanya perasaanmu saja,” gumamnya pelan.Namun, saat ia kembali melangkah, bulu kuduknya meremang. Ada suara langkah kaki di belakangnya—terde

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Tidak Bisa Pergi Begitu saja

    Apartemen Emma, malam itu.Mike duduk di sofa, menatap Emma yang sedang menuangkan sampanye ke dalam gelas kristal.Wanita itu tampak seperti seseorang yang baru saja memenangkan perang.Ia melangkah ringan, gaunnya berayun mengikuti gerak tubuhnya. Rambutnya disanggul dengan elegan, dan matanya berkilat dengan sesuatu yang hampir menyerupai kegilaan.“Kau tahu, Mike?” katanya sambil mengangkat gelasnya.“Stevan mengira dia bisa hidup tanpa aku. Dia mengira Clara adalah satu-satunya perempuan yang dia butuhkan. Tapi aku akan membuatnya sadar.”Emma meneguk sampanye itu dalam satu tarikan napas, lalu meletakkan gelasnya dengan keras di meja.“Kita harus pastikan Clara benar-benar pergi ..., oh maaf. Kau mencintai Clara, kan? maksudku tentu saja menjauh dari Stevan. Negara lain pasti menerima Sepasang kekasih yang memulai hidup baru dengan bisnis yang prospektif.”Mike menegang. "Aah itu rencanamu? Iya ... aku rasa itu bukan usul yang buruk."Emma menatapnya, bibirnya melengkung dalam s

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Emma Wanita yang Berbahaya

    Mike tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap Stevan, lalu melirik ke arah Clara, seolah menimbang-nimbang apa yang harus ia katakan.Clara, yang merasa ketegangan meningkat di antara mereka, buru-buru berbicara. “Stevan, jangan salah paham. Kami hanya mengobrol.”Tapi Stevan tidak bisa mengabaikan fakta bahwa Clara membela Mike.Ia menatap perempuan itu, matanya mencari jawaban. “Mengobrol tentang apa?”Mike akhirnya buka suara, suaranya terdengar lebih tenang daripada yang Stevan harapkan. “Aku hanya ingin berterima kasih pada Clara. Dia membantuku waktu itu.”Stevan menyipitkan mata. “Membantu? Waktu itu?”Mike menoleh pada Clara seolah meminta izin, dan Clara hanya mengangguk.Mike menghela napas sebelum berkata, “Clara menyelamatkanku malam itu di jembatan.”Stevan terdiam sejenak. Lalu sesuatu dalam dirinya runtuh. Clara belum pernah mengatakan ini padanya.Ia tahu Mike mengalami masa sulit, tapi ia tidak tahu bahwa Clara—Clara-nya—sudah sejauh itu dalam membantu laki-laki ini.

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Kecemburuan

    Mike tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah seburuk ini. Jika beberapa bulan lalu seseorang mengatakan bahwa ia akan menjadi alat dalam permainan kotor seorang wanita obsesif, ia pasti akan menertawakan mereka.Tapi sekarang? Sekarang ia berdiri di depan cermin dengan wajah pucat, napas tersengal, dan tangan bergetar, memikirkan bagaimana cara melepaskan diri dari jebakan yang ia buat sendiri.Clara.Nama itu terus berputar di kepalanya, menghantui tiap sudut pikirannya.Clara, yang begitu tulus, yang berusaha menyelamatkannya, yang menjadi temannya mengatasi segala hal agar ia gak terpuruk.Bahkan Clara membuat alur bisnis bidang lain yang mungkin bisa di gelutinya. Bukankah Clara selalu terbaik?Clara seharusnya tak pantas terseret dalam kekacauan ini. Ia seharusnya tidak peduli. Ia seharusnya melanjutkan rencana seperti yang diperintahkan Emma.Tapi semakin ia mencoba membenarkan perbuatannya, semakin besar rasa bersalah itu menghancurkannya dari dalam.Clara wanita yang baik

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Hayalan Gila Emma

    Clara berjalan sendirian di trotoar kampus setelah keluar dari perpustakaan.Ia baru saja menyelesaikan tugas kelompok dan merasa butuh udara segar sebelum kembali ke apartemen. Angin musim gugur berhembus pelan, membuatnya merapatkan jaketnya.Langkahnya hampir mencapai gerbang utama ketika pandangannya menangkap sosok yang berdiri di tepi jembatan kecil dekat danau yang ia lewati.Danau itu cukup luas dan dalam. "Apa maksud Mike berdiri di sana dengan tatapan kosong?" gumam hati Clara panik. Tubuh pria itu sedikit goyah, tangannya mencengkeram pagar pembatas."Mikeee, hentikan!"Clara menahan napas. Sudah lama ia tidak bertemu dengan Mike sejak kasus plagiarisme yang mencoreng namanya.Mereka bukan sahabat dekat, tapi cukup mengenal satu sama lain karena berada di lingkaran pertemanan yang sama.Namun, melihat Mike dalam kondisi seperti ini membuatnya merasa ada sesuatu yang salah.Tanpa berpikir panjang, Clara berjalan cepat mendekati Mike. Ia semakin mempercepat langkah saat Mike

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Hanya Seorang Pria yang Gagal

    Di sebuah apartemen mewah dengan jendela kaca besar menghadap cakrawala, Emma berdiri dengan tangan terlipat di dada, rahangnya mengatup keras.Di belakangnya, Mike menghempaskan tubuh ke sofa, kepalanya terbenam di kedua telapak tangan."Hanya kau yang bisa menolongku, Mike?" Suara Emma lembut, memohon. Ia sengaja memilih bersikap selembut kapas agar Mike akhirnya luluh.Mike menggeleng. "Tidak. Sekali tidak tetap tidak. Silakan pergi. Kau tahu di mana letak pintunya, bukan?"Mike meninggikan suara dan menunjuk pintu apartemennya"Mike, apa kau sebodoh itu? Semua belum hancur, Mike!" Emma menatap Mike dengan tajam, mencoba meyakinkannya.Tangannya menggenggam lengan pria itu, seolah ingin menyalurkan keberanian.Mike mendongak, matanya berkilat marah. "Aku tidak punya pilihan! Nama keluargaku hancur. Daddy telah membuat aku tidak dipercaya lagi di dunia bisnis.“Perusahaan kami sekarat, dan kau ingin aku mengejar perempuan yang bahkan tak peduli padaku? Kau egois, Emma!"Emma mendeca

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Goes to Swiss

    Kabut tipis menggantung di puncak-puncak pegunungan yang menjulang tinggi di depan mereka.Suara angin yang lembut berdesir melalui pepohonan, membawa aroma tanah basah dan dedaunan segar.Di kejauhan, suara lonceng sapi terdengar pelan, menyatu dengan kedamaian pedesaan Swiss.Stevan dan Clara berdiri di depan sebuah rumah kayu kecil, dikelilingi ladang hijau yang terbentang luas, tak terganggu oleh hiruk-pikuk dunia luar.Liburan semester ini Stevan membawa Clara liburan di Swiss menikmati udara pedesaan yang asri.Clara menyeka ujung hidungnya dengan jaket tebal yang ia kenakan, matanya berbinar menatap panorama yang terbentang.“Stevan ... ini begitu indah,” katanya dengan nada lembut, suaranya hampir tenggelam dalam kesunyian alam.Stevan tersenyum, menatap Clara dengan penuh perhatian. “Aku tahu kau akan suka di sini. Swiss selalu punya cara untuk membuat hati terasa tenang,” jawabnya, sambil meletakkan tangan di bahu Clara, merasakan kedekatan mereka yang begitu kuat.Tak ada k

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Tidak Bisa Menolak Cumbuan Indah itu

    New York, langit biru cerah yang sedikit tercemar oleh kabut tipis menyambut kedatangan Mark di bandara.Ia melangkah keluar dari terminal dengan langkah cepat, meninggalkan keramaian yang masih sibuk mengejar barang-barang mereka.Tak lama, Stevan sudah menunggu di luar, berdiri dengan punggung tegak dan wajah penuh tekad. Begitu mata mereka bertemu, Stevan langsung menghampiri Mark.“Stevan, apa kabarmu?” Suara Mark terdengar berat, tetapi ada ketenangan di sana.“Kabar baik. Aku melihat pemberitaan media bahwa Randy sudah membuat pernyataan.”Mark mengangguk pasti. “Itu berarti semuanya selesai.”“Ya, selesai. Rasanya begitu lega namun masih tak percaya, Mark.” jawab Randy menatap Mark dalam.“Randy sudah mengakui perbuatannya di depan media. Semua yang kita bicarakan kemarin sudah tuntas. Namamu bersih mulai dari sekarang.” Mark meyakinkan lagi.Stevan terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang. “Terima kasih, Dad. Aku ... aku tidak tahu harus berkata apa lagi.” Suaranya terdeng

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Konferensi Pers Randy

    Tidak membutuhkan waktu lama. Persis dua jam kemudian. Konferensi pers di gelar mendadak.Kilatan lampu kamera menyilaukan, memenuhi ruangan konferensi pers yang penuh sesak.Wartawan dari berbagai media berebut posisi terbaik, mikrofon teracung ke depan, siap menangkap setiap kata yang keluar dari mulut Randy. Ketika langkah Rendy menuju meja konferensi."Pak Randy, apa benar Anda mengakui telah mencuri desain Stevan?" seru seorang reporter, suaranya nyaring menembus hiruk-pikuk saat Randy melangkah tergesa menuju meja utama konferensi pers."Apakah ini berarti semua tuduhan terhadap Stevan tidak benar?" tanya yang lain, matanya berbinar, mencium aroma skandal besar.Randy menelan ludah. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Ia mencoba membuka mulut, tetapi suara gemuruh kamera dan bisik-bisik wartawan membuat dadanya semakin sesak.Ia bukan lagi penguasa ruangan. Sekarang ia hanya seorang pria yang terpojok di bawah sorotan lampu.Randy berdiri di depan puluhan mic dari berbagai m

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status