Home / Romansa / Terjerat Cinta CEO Dingin / Bab 103: Tidak Percaya lagi

Share

Bab 103: Tidak Percaya lagi

last update Last Updated: 2024-10-10 10:37:50

Kata-katanya menusuk, menghancurkan atmosfer yang sebelumnya penuh dengan ketegangan. Sarah menatap suaminya dengan tatapan nanar, seluruh tubuhnya bergetar karena amarah dan kekecewaan.

“Alex!” pekik Sarah, suaranya gemetar namun dipenuhi oleh luka yang dalam.

“Apa?” Alex menatapnya dengan tatapan dingin, tidak menunjukkan sedikit pun rasa bersalah.

“Kau sendiri yang menggodaku dan membuatmu hamil. Mark tidak pernah aku harapkan lahir ke dunia ini, Sarah. Gara-gara kau, aku harus kehilangan wanita yang kucintai!”

Sarah tersentak. Kata-kata Alex menamparnya keras. Rasa sakit itu seperti racun yang mengalir dalam darahnya, menghancurkan setiap serpihan harapan yang pernah ia miliki.

“Jadi... itu alasanmu membencinya? Hanya karena aku?” suaranya hampir tak terdengar, seolah sisa kekuatannya terserap oleh rasa bersalah yang tiba-tiba menghantam dirinya.

“Seharusnya kau paham, kenapa aku memisahkan dia dengan Dania,” lanjut Alex tanpa belas kasihan. “Karena Mark harus merasakan apa yang a
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (9)
goodnovel comment avatar
wieanton
oh kan ternyata emang ada alasan lain di balik sikap kerasnya alex...tp siapa perempuan yg di cintai Alex? jgn bilang itu famela ibunya Dania lho ,? lucu jg sm alasan Alex, ktnya biar Mark merasakan apa yg dia rasa dlu, balas dendam kok ke anak ...
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Mark gak salah hlo lex, kenapa dia yg harus menanggung kekesalan mu kepada sarah
goodnovel comment avatar
Voni Oktavia93
Alex khi gila temen haruse la dia benci sama Sarah yowes bencine d Sarah ae gk usah dilampiaskan d Mark ancene bapak gila km alex
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 104: Mencintaimu sejak Lama

    Mark membuka matanya perlahan, tatapannya masih terselubung sisa-sisa mimpi yang mengguncang jiwanya. Namun, begitu ia menoleh, pandangannya tertuju pada sosok yang begitu ia cintai—Dania. Ia menatapnya dengan senyum tipis di bibir yang selalu membuat hatinya tenang, meski badai amarah dan kekecewaan kerap berkecamuk di dalam dirinya.“Kau bermimpi buruk lagi?” bisik Dania dengan suara lembut, seakan tak ingin memecah kesunyian yang menyelimuti mereka.Mark tersenyum, namun senyum itu lebih mirip garis tipis kesedihan yang tak sepenuhnya bisa ia sembunyikan. “Hanya kembali ke masa lalu setelah kita berpisah,” jawabnya pelan, nadanya penuh dengan kegetiran. “Setiap kali ibuku menemuiku, bayangan itu selalu datang. Seakan-akan semua yang sudah kukubur dalam-dalam kembali menghantui.”Dania menatapnya dengan penuh kasih, matanya menyiratkan kekhawatiran yang dalam. Ia meraih tangan Mark, mengusap punggung tangannya yang terasa dingin, seperti baru saja keluar dari lemari pendingin. “A

    Last Updated : 2024-10-10
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 105: Jiwanya Masih Terguncang

    Setelah menandatangani beberapa dokumen yang sempat tertunda, Mark memberikan file tersebut kepada Vicky, asisten setianya yang selalu siap melaksanakan perintah dengan cepat dan teliti.Cahaya dari jendela ruang kerjanya memantulkan bayang-bayang lelah di wajah Mark yang tak pernah benar-benar tersenyum lepas, meskipun segalanya tampak berjalan sempurna di hidupnya yang terkesan mewah.“Kosongkan jadwal siang ini,” ucap Mark sembari menghela napas panjang, "karena aku harus menemui Hans jam dua siang nanti."Vicky mengangguk patuh, seperti biasa, penuh kesungguhan dan tanpa banyak pertanyaan. "Baik, Tuan. Akan saya re-schedule kembali pertemuan untuk hari ini."Suaranya datar, namun tersirat perhatian di balik nada resminya. Setelah berpikir sejenak, Vicky memberanikan diri bertanya, meski dengan nada yang lebih pelan, "Apakah Anda ingin saya temani?"Mark menggeleng, sedikit senyum terbit di wajahnya, meski tidak bisa menyembunyikan ketegangan yang tersirat di matanya. "Tidak perlu.

    Last Updated : 2024-10-10
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 106: Jatah Malam ini

    Dania duduk di tepi tempat tidur, menatap layar ponselnya yang seolah menjadi jendela kecil yang membuka pintu komunikasi antara dirinya dan suaminya, Mark.Setiap detik berlalu terasa lambat, seperti alunan waktu yang terhenti di tengah ketidakpastian. Pesan yang ia kirimkan beberapa menit lalu masih terlihat tanpa balasan, membuat perasaannya sedikit gusar."Mark. Hari ini kau akan pulang pukul berapa? Aku ingin memasak sesuatu untukmu. Apakah kau akan makan malam bersama denganku?" tulisnya di pesan singkat yang dikirim dengan penuh harapan.Ia menggigit bibir bawahnya, sebuah kebiasaan yang muncul ketika kegelisahan menghampiri.Jari-jari halusnya menyusuri layar ponsel, berharap ada tanda dari Mark—tanda bahwa ia membaca dan segera membalas. Namun, yang didapatinya hanyalah hening yang tak terjawab."Kenapa lama sekali," gumamnya pelan, suara lembutnya nyaris tersapu oleh suara angin yang datang dari jendela yang sedikit terbuka.Matanya terarah pada pintu kamar, dan seiring wakt

    Last Updated : 2024-10-11
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 107: Jauh lebih Dalam Mencintai Mark

    Dania membuka matanya perlahan, merasakan kehangatan yang merembes dari tubuh sang suami yang masih memeluknya erat.Ruangan remang-remang, hanya diterangi oleh cahaya samar dari lampu tidur, membuat suasana terasa hening dan damai. Di sampingnya, Mark telah terlelap dalam tidur yang lelap, beberapa saat setelah mereka tenggelam dalam keintiman yang begitu menggairahkan.Dania bisa merasakan napas Mark yang teratur, tubuhnya bergerak lembut seirama dengan alunan napas tidur yang damai. Ia terjaga, tidak mampu melepas pandangan dari wajah suaminya yang begitu dekat.Dengan hati-hati, Dania mengusap lembut sisi wajah Mark, jemarinya menelusuri garis rahang yang tegas dan kulit yang terasa hangat di bawah sentuhannya. Mark tetap terlelap, tidak menyadari sentuhan lembut istrinya.Dania tersenyum kecil, bibirnya melengkung dengan kehangatan yang penuh cinta. “Kau pasti sangat lelah, Mark. Raut wajahmu tidak bisa berbohong jika sebenarnya kau sangat letih,” bisiknya pelan, suaranya nyaris

    Last Updated : 2024-10-11
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 108: Bukan Urusanmu!

    Alex melangkah ke dapur dengan langkah yang berat, pandangannya terpaku pada punggung istrinya, Sarah, yang tengah sibuk menyiapkan makanan di meja.Ada tumpukan makanan di depan Sarah, yang terlihat berlebihan untuk sekadar makan malam sederhana. Rasa curiga mulai merayapi benak Alex, membuat amarah yang sudah lama ia tahan kembali mencuat.Ia menyipitkan matanya, memperhatikan setiap gerakan Sarah, dan akhirnya mengajukan pertanyaan dengan nada dingin, yang mencerminkan ketidakpuasan yang telah lama ia pendam."Kau mau pergi ke mana? Kenapa membawa makanan sebanyak ini?" tanyanya, suaranya terdengar lebih seperti tuduhan daripada pertanyaan.Sarah, yang masih memunggungi Alex, tidak menoleh sedikit pun. Dia tetap fokus pada pekerjaannya, memasukkan makanan ke dalam keranjang.Wajahnya tenang, seolah-olah kehadiran Alex di dapur tidak mempengaruhinya sama sekali.Dengan nada yang dingin namun tajam, ia menjawab, "Mau pergi ke mana pun bukan urusanmu, Alex. Lagi pula, sejak kapan kau

    Last Updated : 2024-10-12
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 109: Empat Lawan Satu

    Sarah melangkah dengan riang menuju kediaman anaknya, Mark, dan menantunya, Dania. Udara sore yang hangat menemani setiap langkahnya, membawa aroma segar masakan yang ia bawa dalam keranjang.Di depan pintu rumah, ia berhenti sejenak, merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena angin. Ia tersenyum lembut, membayangkan betapa bahagianya bisa menghabiskan waktu bersama Dania dan Mark, terutama dengan kehadiran cucunya yang masih dalam kandungan.Pintu terbuka, dan senyum sumringah segera menyambutnya. Dania berdiri di sana, matanya membulat terkejut saat melihat keranjang penuh makanan di tangan mertuanya."Oh, Ibu. Kenapa harus repot-repot membawa banyak makanan seperti ini?" tanya Dania, nada suaranya terdengar lembut namun penuh kekaguman.Sarah terkekeh kecil, matanya menyiratkan kebahagiaan. "Mark mengirim pesan padaku, katanya istri tercintanya ini ingin menyantap masakan mertuanya. Ya sudah, aku segera belanja dan memasak untukmu," jawab Sarah, menyembunyikan senyum geli y

    Last Updated : 2024-10-12
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 110: Makan Malam Bersama

    Waktu telah menunjuk angka tujuh malam. Suasana di meja makan kediaman Mark dan Dania terasa hangat, meskipun di balik keheningan yang melingkupi mereka, ada sesuatu yang tersimpan.Ketiganya—Mark, Dania, dan Sarah—tampak sibuk menyantap hidangan yang telah dimasak dengan penuh kasih oleh Sarah. Aroma makanan memenuhi ruangan, membalut mereka dalam kehangatan yang sulit didapat dalam hari-hari yang penuh ketegangan.Sarah menatap piring di depannya, memandangi masakan yang telah ia buat dengan cermat. Ia tahu, tentu saja, bahwa Mark lah yang sebenarnya menginginkan masakan dari tangannya. Bukan Dania.Namun, dia memilih diam dan menikmati kebersamaan yang langka ini, seolah tak ada badai yang tengah mendekat dalam hidup mereka.Dania mengangkat wajah dari piringnya, lalu tersenyum manis ke arah mertuanya. "Ibu, masakanmu sangat enak. Terima kasih sudah membuatkannya untukku," katanya dengan tulus, memecah kesunyian yang ada di antara mereka.Senyum lebar muncul di bibir Sarah, senyum

    Last Updated : 2024-10-13
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 111: Salah Satu Senjata Menghancurkan Kevin

    Dania merasakan jantungnya berhenti sejenak, udara serasa lenyap dari paru-parunya saat nama Kevin disebut. Wajahnya memucat, seolah darah dalam tubuhnya mengalir lambat.Bayangan-bayangan kabur dari masa lalu berkelebat di benaknya, samar namun menyakitkan, meninggalkan sensasi ketakutan yang menggigil di tulang punggungnya."Jadi... Kevin dan ayah Mark..." suaranya serak, terhenti di tenggorokan. Kalimat itu seolah tercekik sebelum benar-benar keluar.Sarah menatap menantunya dengan ekspresi penuh empati, mengangguk pelan, seolah menyampaikan beban yang sama beratnya. “Iya,” jawabnya dengan suara lemah, hampir seperti bisikan yang ditelan keheningan malam.“Mereka bekerja sama. Aku tidak tahu detailnya, tapi ada sesuatu yang besar sedang mereka rencanakan.”Dania menunduk, bibir bawahnya tergigit pelan, seolah menahan gelombang perasaan yang mulai merangsek masuk. Jantungnya berdetak tak beraturan, seperti mencoba meresapi kenyataan pahit yang tak pernah ia bayangkan akan muncul di

    Last Updated : 2024-10-13

Latest chapter

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 238: Kau ingin Menghilangkan Keperjakaanku?

    Clara melangkah keluar dari gerbang kampus dengan semangat yang terpancar di wajahnya.Matanya berbinar saat melihat Stevan berdiri bersandar di mobil hitamnya, mengenakan kemeja putih yang digulung hingga siku, terlihat santai namun tetap menawan.Ia tersenyum manis, melambaikan tangan, dan sedikit berlari menghampirinya. Tanpa ragu, ia memeluk pria itu erat.“Tumben sekali menjemputku? Bukankah kau sedang sibuk?” tanya Clara setelah melepas pelukan dan langsung masuk ke dalam mobil. Ia menyandarkan tubuhnya dengan nyaman, sementara Stevan mengitari mobil untuk duduk di kursi pengemudi.Stevan memasang sabuk pengamannya dengan tenang sebelum menoleh ke arah Clara. “Karena Samuel tidak bisa menjemputmu, dan kau juga malas membawa mobil sendiri. Daripada diantar pria lain, sebaiknya aku menyempatkan waktu untuk menjemputmu.”Clara terkekeh mendengar jawaban yang disampaikan dengan nada datar namun penuh sindiran itu. “Kau sangat lucu, Uncle—““Clara.” Stevan memotong dengan cepat, tata

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 237: Jangan Sakiti Anak Perempuanku

    Pukul sembilan pagi, suasana di ruangan kerja Stevan terasa hangat dengan cahaya matahari yang masuk melalui jendela besar di belakang meja kerjanya. Ia baru saja duduk dan membuka laptop ketika suara pintu diketuk ringan. Mark masuk dengan langkah santai, menyapa adik iparnya.“Selamat pagi, Stevan,” ucap Mark sambil menarik kursi di depan meja kerja.Stevan menoleh dan tersenyum. “Selamat pagi, Kak. Padahal aku yang berencana datang menemuimu. Ternyata aku kalah start,” balasnya sambil tertawa kecil. Tangannya langsung menekan interkom, memanggil asistennya. “Tolong buatkan dua cangkir kopi, ya,” pintanya singkat.Mark mengeluarkan iPad miliknya, meletakkannya di meja, lalu membuka salah satu file. “Aku sudah memutuskan desain yang akan aku gunakan untuk produk terbaru V-One,” katanya sambil menunjukkan layar iPad itu kepada Stevan.Stevan memandangi desain yang dipilih Mark, dan senyumnya merekah lebar. “Aku senang kau mau memakai desain yang aku buat, Kak,” ucapnya dengan tulus.“

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 236: Usiamu sudah Tua

    Malam itu suasana rumah terasa hangat, tetapi sedikit riuh dengan suara percakapan yang mengisi ruang tengah.Clara masih berdiri di tempatnya, tangan terlipat di dada dengan ekspresi serius yang belum juga memudar.Di depannya, Mark hanya bisa menghela napas, mencoba memahami sikap putrinya yang tampaknya tak mau mundur.“Tidak! Biarkan Mommy saja yang peduli padamu,” ujar Clara dengan nada tegas, matanya menatap tajam ke arah ayahnya. “Untuk saat ini, aku sedang ingin memarahimu.”Mark mengerucutkan bibirnya, berpura-pura kesal sambil mengembungkan pipinya seperti anak kecil. Namun, di dalam hatinya, ia tidak benar-benar marah.Ia tahu Clara sedang meluapkan emosinya, dan sebagai seorang ayah, ia memilih untuk bersabar. Toh, ia pun pernah berada di posisi Clara—jatuh cinta dan begitu peduli pada seseorang.Mark pun hanya menghela napas dan mengangkat tangan seolah menyerah. “Baiklah, Tuan Putri. Daddy akan menerima semua kemarahanmu dengan lapang dada,” ujarnya dengan nada bercanda,

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 235: Memarahi Mark

    “Apa kau belum makan siang?” tanya Clara dengan nada lembut, tetapi ada kekhawatiran yang terselip di sana.Clara duduk berhadapan dengan Stevan, mengamati dengan penuh perhatian bagaimana pria itu begitu lahap menyantap makan siangnya.Wajah Stevan tampak sedikit lelah, tetapi matanya masih bersinar, mencerminkan semangat yang tak pernah luntur.Clara melirik jam di pergelangan tangannya. Jarum pendek sudah menunjuk angka dua, dan ia mengerutkan dahi kecilnya.Stevan, yang tengah sibuk dengan suapan nasi dan lauk di hadapannya, mendongak sejenak. Bibirnya membentuk senyum cengengesan khasnya.“Lebih tepatnya, belum makan sejak pagi tadi,” jawabnya santai. Ia kemudian mengusap mulutnya dengan tisu sebelum melanjutkan.“Aku lupa sarapan karena harus mengikuti meeting dengan ayahmu. Jadi, aku baru sempat mengisi perutku sekarang.”Clara mendesah pelan, matanya menatap Stevan dengan sedikit protes. “Bisa-bisanya kau bekerja dengan perut kosong. Memangnya otakmu bisa konsen?” tanyanya, me

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 234: Kejutan untukmu

    Clara duduk di bangku taman kampus, mengerutkan kening sambil menatap layar ponselnya yang sudah redup sejak tadi. Pesannya ke Stevan tak juga mendapat balasan. Ia melirik jam di sudut layar: pukul satu siang. Waktu sudah mepet, dan dalam satu jam lagi ia harus pulang.“Ke mana Uncle Stevan?” gumam Clara sembari mengetuk-ngetukkan jemarinya ke layar ponsel. Ia menggigit bibir bawahnya, kebiasaan lamanya saat merasa gelisah. “Tumben sekali pesanku belum dia balas.”Ia bersandar di bangku dan memandangi awan yang berarak di langit. Kecurigaan mulai merayap di benaknya.“Sepertinya Daddy mulai membuat Uncle Stevan sibuk. Bisa-bisanya sudah pukul satu dan dia belum juga online,” keluhnya, memicing curiga. Ia tahu betul bagaimana ayahnya selalu menyeret Stevan ke dalam urusan kantor, bahkan di luar jam kerja.“Clara?” Sebuah suara laki-laki yang lembut namun tegas menyapanya, memecah lamunannya.Clara mengangkat kepala, mendapati Matthew berdiri beberapa langkah darinya. Pemuda itu terseny

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 233: Tetap Menjadi si Periang di Mata Stevan

    “Kau serius, akan menikah dengan Uncle Stevan?” tanyanya tiba-tiba, memecah keheningan.Clara menoleh, menatap Samuel dengan alis terangkat. “Kenapa?” tanyanya santai sambil meniup perlahan kukunya agar cepat kering.“Kau takut media mempermasalahkannya? Bukankah mereka sudah tahu yang sebenarnya?”Samuel menghela napas kasar, berjalan masuk dan menjatuhkan tubuhnya di kursi dekat meja rias Clara.“Tidak. Aku tidak mempermasalahkan itu,” ucapnya dengan nada datar. “Justru aku bingung, kenapa Uncle Stevan bisa mencintai wanita aneh sepertimu.”Clara sontak menyunggingkan senyum sinis. Ucapan Samuel selalu punya cara untuk membuat darahnya naik, meskipun ia tahu itu hanya cara Samuel menggoda.“Kau ingin tahu jawabannya, Sam?” Clara meletakkan kuas kuteksnya, menatap Samuel dengan ekspresi penuh tantangan.“Coba menjalin hubungan, biar kau tahu bahwa cinta itu nyata!” sengalnya dengan nada yang sengaja dibuat menusuk.Samuel malah mengangkat bahu, seolah tidak terpengaruh sedikit pun. “

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 232: Status Baru

    Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, dan suasana pesta yang digelar untuk menyambut Stevan sebagai CEO baru Kv’s Group semakin meriah.Aula megah itu dipenuhi tamu-tamu berpakaian formal, dengan gelas-gelas anggur yang berkilau di bawah cahaya lampu kristal.Denting piano dari sudut ruangan menciptakan suasana elegan, sementara obrolan dan tawa memenuhi udara.Stevan berdiri di salah satu sisi ruangan, dikelilingi oleh beberapa eksekutif perusahaan yang memberikan ucapan selamat kepadanya. Wajahnya tetap tenang, meski malam itu sebenarnya menguras banyak energi emosinya.“Congrats, Uncle. Kau berhak mendapatkan ini semua,” suara Samuel memecah pikirannya. Pemuda itu menepuk pundaknya dengan senyum percaya diri yang khas.Stevan menoleh dan mengulas senyum kecil. “Terima kasih, Sam. Fokus belajar, kau harus masuk universitas terbaik untuk menggantikan posisi ayahmu suatu hari nanti.”Samuel menyeringai kecil, matanya memancarkan keyakinan. “Mudah bagiku, Uncle. Bahkan saat ini

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 231: Rapat Pimpinan Kv's Group

    “Setelah delapan belas tahun lamanya Kv’s Group berada di bawah naungan Tuan Mark Louis Evander,” ujarnya, menghentikan kalimatnya sejenak untuk memberi waktu pada hadirin yang kembali bertepuk tangan.“Kita semua mengakui dan sangat mengagumi keberhasilan yang telah beliau berikan pada Kv’s Group. Di bawah kepemimpinannya, perusahaan ini tidak hanya bertahan tetapi berkembang menjadi salah satu konglomerasi terbesar di dunia.”Suasana ruang rapat utama Kv’s Group dipenuhi oleh para jajaran eksekutif, investor, dan awak media yang sudah siap dengan kamera dan mikrofon.Sorotan lampu terang menerangi podium yang berdiri megah di tengah ruangan, tempat Mark Louis Evander berdiri dengan karisma khasnya, tersenyum tipis di tengah riuh tepuk tangan yang membahana.Seorang pembawa memulai pidato dengan suara yang lantang dan penuh wibawa.Mark mengangguk pelan sebagai tanda terima kasih, tetapi senyumnya tidak memudar sedikit pun.Pembawa acara melanjutkan, “Karena beliau telah mendapatkan

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 230: I have Something for You

    Stevan berdiri di samping mobilnya, melipat lengan di depan dada sambil mengamati gerbang megah kampus tempat Clara menuntut ilmu.Langit sore mulai memerah, memberikan nuansa hangat yang kontras dengan suasana hatinya yang tengah diliputi beragam pikiran. Langkah cepat Clara yang mendekatinya menariknya kembali ke kenyataan.“Sudah lama, menunggu?” tanya Stevan seraya melirik ke arah wanita muda itu.Clara mendengus kecil, kedua tangannya terlipat di dada, matanya menatapnya tajam. “Ya! Setengah jam lamanya aku menunggumu, Uncle!” protes Clara dengan nada setengah manja, bibirnya mengerucut seperti anak kecil yang sedang merajuk.Stevan hanya terkekeh menanggapi. Dengan lembut, ia mengusap pucuk kepala Clara, membuat rambut panjangnya sedikit berantakan.“Maafkan aku. Jalanan macet,” balasnya dengan nada menggoda.Clara mendengus lagi, tapi kali ini dengan nada menyerah. “Huh, alasanmu selalu macet.”Setelah itu, keduanya masuk ke dalam mobil. Stevan memutar kunci, dan suara mesin ya

DMCA.com Protection Status