"Mariana Zoya, aku jatuhkan talak atas kamu, detik ini juga dihadapan keluargamu. Mulai saat ini, kau bukan lagi istriku!" Kata-kata itu keluar dari mulut Andika dengan lantang. Rasa marah dan sakit hati karena dikhianati, bercampur jadi satu.
"Mas ...." Kedua mata Mariana membulat. Merasa tak percaya dengan apa yang ia dengar saat ini.
Andika, pria yang menikahinya kurang dari satu jam yang lalu itu menjatuhkan talak di depan seluruh keluarga besar dan tamu undangan yang saat ini sedang berkumpul menghadiri pernikahan mereka.
Kedua orang tua Mariana dan kedua orang tua Andika merasa terkejut mendengar ucapan pria itu. Baru saja mereka melakukan akad nikah, tiba-tiba Andika langsung menceraikan perempuan yang bahkan belum satu jam sah menjadi istrinya.
Bukan hanya mereka. Para tamu undangan pun merasa terkejut. Mereka merasa penasaran dengan apa yang terjadi. Alunan musik yang tadinya memekakkan telinga seketika terhenti. Semua orang yang merasa terkejut mendengar teriakan Andika. Sang mempelai pengantin pria yang baru beberapa menit yang lalu mengucapkan ijab kabul.
Sementara itu, Zian tersenyum tipis. Merasa telah berhasil menggagalkan pernikahan Mariana, perempuan yang sangat dicintainya. Akibat perbuatannya, pernikahan Mariana dengan Andika kandas dalam waktu kurang dari satu jam. Pria itu memang sengaja datang ke pernikahan Mariana karena dia merasa tidak rela kekasihnya menikah dengan orang lain.
"Apa-apaan kamu Andika? Apa yang kamu katakan?" Pak Ruslan, ayah Andika berteriak marah. Merasa tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh putranya.
"Pa, perempuan ini telah mengkhianatiku. Aku baru saja menyaksikan perempuan itu bercumbu dengan pria lain!"
"Apa?"
Semua orang yang mendengar ucapan Andika berteriak kaget. Mereka tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Andika. Namun, saat melihat lelaki yang berada di dekat Mariana, mereka semua langsung mengerti apa maksud dari perkataan Andika.
Apalagi, saat mereka melihat baju pengantin Mariana yang terlihat terbuka saat Andika menyeret perempuan itu dan juga pria disampingnya ke depan mereka.
"Apa benar apa yang dikatakan oleh Andika, Mariana?" Pak Ruslan menatap Mariana yang terlihat gugup sambil membenarkan bajunya yang terbuka.
Reslething bajunya terbuka, hingga menampilkan punggung mulusnya. Zian yang menyadari itu langsung berinisiatif membantu perempuan itu. Sudut bibirnya tertarik saat melihat tanda bekas cumbuannya di bahu Mariana. Kalau saja Andika tidak datang memergokinya, mungkin saat ini Mariana sudah berada dalam kungkungannya. Menikmati malam pertama yang seharusnya menjadi milik Andika.
"Jawab, Mariana!" Suara Pak Ruslan meninggi. Apalagi saat ia melihat perlakuan Zian yang membantu membenarkan baju pengantin Mariana.
Sementara Andika mengepalkan tangannya. Darahnya mendidih seketika. Pria itu benar-benar tidak menyangka kalau perempuan yang selama ini dicintainya juga sangat ia jaga kehormatannya ternyata melakukan perbuatan memalukan seperti itu.
Andika berusaha menahan emosinya. Jantungnya serasa diremas-remas, sementara hatinya serasa ditusuk ribuan jarum. Di belakang mereka, seluruh tamu undangan sudah mulai berbisik-bisik.
"Apa benar apa yang dikatakan Andika, Mariana? Jawab!" Suara Pak Ruslan kembali naik saat melihat perempuan cantik yang baberapa menit yang lalu baru saja menjadi mantan menantunya.
"A-a-aku-"
"Jawab, Mariana!"
"Aku dan Mariana saling mencintai. Aku tidak rela jika Mariana menikah dengan dia!" Zian angkat bicara, membuat Mariana terkejut.
Sementara Pak Ruslan menatap Mariana tak percaya saat mendengar ucapan pria di samping Mariana. Tanpa diduga, Andika langsung maju dan menarik kerah baju Zian. Andika dengan penuh emosi memukul wajah pria itu.
"Brengsek! Bajingan!"
Andika memukul wajah tampan Zian. Pria itu tersungkur. Sudut bibirnya berdarah akibat pukulan Andika.
"Hentikan, Mas, hentikan!" Mariana berteriak saat Andika kembali meraih kerah baju Zian kemudian memukulinya. Pria yang dicintainya itu tak bisa melawan karena Andika terus memukulinya.
Mariana terus berteriak. Begitupun semua tamu undangan yang sedari tadi memperhatikan mereka. Namun, tidak ada seorang pun yang berani melerai Andika. Mereka menganggap, apa yang dilakukan Andika adalah bentuk kemarahan lelaki itu atas pengkhianatan Mariana.
Sedangkan kedua orang tua Mariana beserta seluruh keluarganya menatap marah pada Zian dan Mariana. Mereka pun tidak mencoba menghentikan Andika yang masih memukuli Zian. Bahkan teriakan Mariana yang menyuruh Andika untuk berhenti malah justru membuat Andika semakin bersemangat meluapkan amarahnya pada Zian.
Keluarga Mariana memang sudah mengetahui hubungan Mariana dan Zian, tetapi mereka tidak bisa membatalkan pernikahan Andika dan Mariana begitu saja karena kedua keluarga telah sepakat untuk menggelar pernikahan mereka berdua.
Kesalahan memang terletak pada Mariana yang tidak bisa setia menjaga cintanya pada Andika. Perempuan itu menjalin hubungan dengan Zian di saat dirinya sudah bertunangan dengan Andika.
Keluarga Mariana menginginkan pernikahan itu tetap digelar demi menjaga nama baik keluarganya. Keluarga mereka tidak ingin menanggung malu. Akan tetapi, kelakuan mereka berdua malah semakin mencoreng nama baik keluarga Mariana.
"Hentikan, Andika!" Teriakan Santi, ibu dari Andika menghentikan pria itu.
Nafas Andika terengah, sementara Zian tergeletak dengan darah yang mengalir di sudut bibirnya. Wajah tampannya meringis kesakitan akibat pukulan Andika. Mariana berteriak sambil menangis mendekati pria itu. Perempuan itu meraih tubuh Zian, kemudian memeluknya. Tubuh Zian melemah, pria itu tidak sadarkan diri di pelukan Mariana.
"Zian!"
"Zian!"
Mariana menepuk wajah pria yang sangat dicintainya itu. Namun, pria itu tidak bergerak, membuat Mariana seketika merasa panik.
"Dasar perempuan tidak malu! Di hari pernikahanmu kau justru berselingkuh dengan pria lain?" Santi menatap Mariana dengan penuh amarah. Dia tidak memedulikan wajah panik Mariana yang ketakutan karena melihat kekasihnya tidak sadarkan diri.
"Perempuan murahan!"
Tangan perempuan baya itu melayang ke wajah mulus Mariana. Wanita cantik itu tersungkur karena tidak siap dengan apa yang dilakukan oleh Santi. Mariana sungguh terkejut, tidak menyangka kalau perempuan yang beberapa saat lalu menjadi ibu mertuanya itu tiba-tiba menampar wajahnya.
Pelukannya pada Zian terlepas. Perempuan cantik itu memegangi pipinya. Kedua orang tua Marni sangat terkejut melihat Santi menampar putri mereka. Mereka berdua bergegas mendekati Mariana. Sementara itu, beberapa orang laki-laki yang ada di tempat itu mendekati Zian. Mereka mengangkat tubuh Zian yang masih tidak sadarkan diri.
"Kalian semua benar-benar keterlaluan!" Santi yang masih dikuasai emosi kembali berteriak.
Dia sungguh tidak terima dengan apa yang sudah dilakukan oleh Mariana. Perempuan itu bukan hanya sudah menyakiti Andika, tetapi dia juga sudah mencoreng nama baik keluarganya. Santi melirik ke arah keluarga besarnya yang masih duduk di kursi tamu. Wajah-wajah mereka terlihat marah dengan apa yang terjadi.
"Kalau kamu memang mencintai laki-laki lain, seharusnya kamu mengatakannya dari awal. Kalau kamu jujur, kami juga tidak akan memaksamu untuk tetap menikah dengan Andika!" Santi menatap wajah Mariana dengan penuh kebencian.
"Kamu bukan hanya menyakiti hati Andika, tetapi kamu juga sudah menyakiti hati kami! Kamu dan keluargamu sudah mempermalukan kami semua, Mariana!" Santi mengepalkan tangannya. Rasanya, ia ingin kembali mendaratkan tangannya pada wajah lugu Mariana.
Wajah lugu, tetapi kelakuan tidak tahu malu. Dia benar-benar tidak menyangka, gadis kampung yang terlihat lugu itu ternyata menyimpan banyak rahasia. Bisa-bisanya dia berselingkuh di saat dirinya sudah bertunangan dengan Andika.
"Kalau dari awal kalian jujur pada kami, pernikahan ini pasti tidak akan pernah terjadi!" Pak Ruslan yang sedari tadi terdiam, kembali angkat bicara.
Sementara itu, kedua orang tua Mariana terdiam sambil memeluk sang putri yang terlihat menangis akibat tamparan Santi.
Sebenarnya dari awal semua anggota keluarga besar Mariana sudah menyuruh putrinya dan Zian untuk bersabar. Mereka meminta Zian untuk bersabar menunggu setelah Mariana menikah dengan Andika.
Setelah Mariana menikah, mereka akan mencari cara agar Mariana bercerai dari Andika. Setelah bercerai dengan Andika, baru Zian menikah dengan Mariana. Sungguh sebuah rencana yang sangat bagus awalnya, tetapi, Zian dan Mariana merusaknya begitu saja.
Kini, Mariana Zoya resmi menjadi janda. Perempuan itu berubah status menjadi janda dalam waktu kurang dari satu jam setelah pernikahannya.
Mariana menjadi janda sebelum sang suami menyentuhnya. Janda tapi masih perawan.
Setelah Andika menceraikan Mariana, pria itu beserta keluarganya meninggalkan rumah Mariana dengan hati kecewa. Mereka sangat marah karena merasa dipermalukan oleh keluarga Mariana. Perempuan cantik bermata cokelat yang sangat dicintainya itu mengakui kalau selama ini dia sudah menjalin asmara dengan Zian di belakang Andika. Mariana juga mengakui kalau dia dan lelaki itu saling mencintai.Bukan hanya itu, Mariana juga dengan tegas mengatakan, kalau dia sudah tidak mencintai Andika dan juga tidak ingin menikah dengan pria itu, tetapi semua anggota keluarga besarnya memaksa Mariana. Kata-kata yang keluar dari mulut Mariana, bagaikan ribuan jarum yang menusuk-nusuk jantung Andika.Pria itu benar-benar tidak menyangka, kalau gadis yang selama ini dicintainya ternyata memberikan luka yang begitu dalam di hatinya.Keluarga besar Mariana tetap memaksa Mariana menikah
Sebelum menikah dengan Andika ....Mariana tersenyum malu-malu saat pria di depannya mengajaknya berkencan. Dia adalah Radith, teman kerjanya. Mereka berdua baru resmi pacaran kemarin siang.Radith adalah pria yang tampan dan baik hati. Setelah putus dari Bisma, belum genap satu bulan gadis itu memutuskan untuk berpacaran dengan Radith."Kita makan di sini saja, ya?" Radith menghentikan motornya di depan rumah makan cepat saji.Mariana menganggukkan kepalanya. Perempuan itu melepaskan lingkaran tangannya pada pinggang Radith kemudian turun dari atas motor.Mereka berdua kemudian bergandengan tangan menuju ke dalam rumah makan. Radith dengan begitu bangga menggandeng tangan sang kekasih.Mariana gadis yang sangat cantik. Dia adalah bunga desa di kampungnya. Bukan hanya di kampung, di tempat kerjanya Mariana juga menjadi incaran banyak pria.
Mariana menatap pria yang kini memeluknya. Detak jantungnya menggila saat berdekatan dengan pria itu. Rasanya sangat berbeda dengan saat ia berdekatan dengan pria-pria lainnya selama ini.Saat bersama Zian, Mariana merasa sangat nyaman. Pria itu sangat mengerti dirinya. Zian juga sangat sabar menghadapi sifat manjanya yang terkadang menjengkelkan.Lelaki dewasa itu tidak pernah marah meskipun Mariana seringkali membuatnya kesal. Saat gadis itu sedang kesal, Zian akan menghadiahi senyuman manis di wajah tampannya.Zian membelai rambut Mariana yang berantakan diterpa angin. Mereka berdua saat ini berada di tepi pantai. Mariana dan Zian, menghabiskan waktu libur mereka dengan pergi ke pantai.Setelah lelah berkejaran di pantai, kedua insan yang sedang dimabuk asmara itu kini duduk berdampingan. Mariana menyandarkan tubuhnya di bahu Zian. Seme
Setelah berpikir cukup lama, Mariana akhirnya menceritakan semuanya pada Zian tentang hubungannya dengan Andika.Awalnya Zian sangat marah dan kecewa mendengar kejujuran Mariana. Namun, akhirnya Zian kembali luluh saat dia mendengar pengakuan Mariana kalau perempuan itu juga sangat mencintainya.Mereka berdua lalu mencari cara agar pernikahan itu tidak sampai terjadi. Mariana dan Zian memberanikan diri menceritakan hubungan mereka pada keluarga besar perempuan itu. Mereka siap menghadapi resiko apa pun, termasuk menghadapi kemarahan keluarganya.Mendengar pengakuan putrinya,Ayah dan ibu Mariana marah besar. Apalagi saat mereka mendengar kalau Mariana sudah berpacaran dengan Zian."Apa kamu sudah gila, Mar? Kamu ingin membatalkan pernikahanmu dengan Andika? Kamu mau mempermalukan Mama dan seluruh keluarga kita?" Rani marah bes
Seminggu setelah pesta pernikahan Mariana yang mencoreng nama baik keluarga besarnya, perempuan itu kembali beraktivitas seperti biasa. Meskipun banyak orang yang menggunjing di belakangnya, Mariana mencoba untuk tidak peduli.Perempuan itu tetap bersikap seperti gadis lugu yang tidak mengerti apa-apa. Mariana juga kembali bekerja setelah beberapa hari cuti.Bukan hanya di lingkungan rumah saja, tetapi di tempat kerjanya juga semua orang heboh membicarakan Mariana dan Zian.Namun, lagi-lagi Mariana tetap cuek. Perempuan itu tidak terpengaruh sama sekali dengan ucapan semua orang. Begitupun dengan Zian. Mereka berdua memang sepakat untuk menutup telinga. Tidak mau mendengarkan orang-orang yang tidak mengerti tentang cinta mereka.Seiring gosip yang semakin santer terdengar, kedua pasangan itu justru semakin mesra. Mereka seolah ingin menunjukkan pada semua orang kalau mereka berdua saling mencintai. Tidak peduli apa pun tanggapan orang.
"Sayang, kamu kenapa? Dari tadi diam saja?" Zian meraih tangan perempuan itu pujaannya itu kemudian menciumnya.Mariana menatap Zian dengan gelisah."Ada apa?" ulang Zian."Keluarga Andika meminta ganti rugi biaya pernikahan.""Apa?" Zian menatap Mariana dengan wajah terkejut."Kalau keluargaku tidak membayar ganti rugi, mereka akan mempersulit perceraianku secara hukum.""Sialan!" umpat Zian saat mendengar cerita Mariana."Sepertinya mereka masih marah sama kita, makanya mereka mempersulit kita," ucap Mariana. Pria itu menatap Zian yang terlihat kesal."Berapa uang ganti ruginya?""Lima puluh juta.""Apa?" Zian kembali terkejut."Kenapa ganti ruginya banyak sekali?""Mereka bilang, uang yang mereka keluarkan untuk biaya pernikahan kemarin bahkan lebih dari itu," jawab Mariana sambil menatap pria pujaannya itu.Tangan mereka saling bertaut."Aku tidak mau menikah denganmu secara siri. Aku ingin pernikahan kita diakui agama juga negara," Mariana menatap wajah tampan di depannya."Tentu
Setelah mendapatkan restu dari keluarganya, keluarga Pradipta datang melamar Mariana. Kedatangan mereka disambut dengan baik oleh keluarga Mariana. Mereka sepakat kalau pernikahan Mariana dan Zian akan diadakan setelah beberapa bulan ke depan.Mariana dan keluarganya sangat senang karena mereka mendapatkan calon besan yang tidak kalah kaya dengan Andika.Surti sangat antusias karena Mariana akan kembali menikah. Apalagi, calon suaminya adalah keluarga yang sangat terpandang."Kau sangat pintar, Mariana. Lepas dari Andika, kamu mendapatkan orang yang lebih dari dia." Surti menatap putrinya yang terlihat sangat cantik setelah selesai berdandan."Kau mau pergi kemana?" tanya Surti penasaran."Mas Zian mengajakku belanja, sambil melihat perlengkapan buat pernikahan kita nanti, Ma," jawab Mariana. Gadis itu kembali memoleskan lipstik di bibirnya."Jangan lupa, Mama beliin sesuatu ya, Mar.""Tenang saja, nanti aku minta Mas Zian
"Aku menyuruhmu mandi, tapi kamu malah menatapku. Aku jadi tidak sabar ingin memakanmu." Zian mencium seluruh wajah cantik Mariana, perempuan yang kini sah menjadi istrinya."Aku masih tidak percaya kalau akhirnya kita menikah juga.""Begitupun aku. Aku masih tidak percaya kalau sekarang aku sudah menjadi istrimu." Mariana tersenyum cantik.Zian memindai wajah cantik di depannya."Ayo kita mandi, abis itu kita siap-siap melakukan ritual malam pertama," bisik Zian, membuat Mariana langsung berubah gugup. Wajah Mariana bahkan terlihat merona.Melihat wajah sang istri yang terlihat merona, membuat Zian langsung menyambar bibir Mariana karena gemas."Aku sudah lama menahannya, kali ini aku tidak ingin menahannya lagi."Zian menggendong tubuh istrinya menuju kamar mandi."Kita mandi bersama." Bibir Zian mengecup lembut telinga Mariana yang memerah karena ucapan Zian.Perempuan itu seringkali bermain dengan pria lain tanpa sepengetahuan Zian. Akan tetapi, setiap kali Mariana bersama pria lai
Zian meninggalkan Mariana yang masih menangis. Bukan hanya Mariana yang menangis, Devan pun ikut menangis karena kaget saat mendengar suara bunyi yang cukup keras. Zian membanting ponsel Mariana, hingga ponsel itu jatuh berkeping-keping, sesaat setelah dia memaki Reno yang ternyata kembali menelepon.Pria itu sudah menunggu Mariana di tempat yang sudah mereka sepakati bersama. Zian sangat marah, laki-laki itu pergi dari rumah tanpa mengatakan sepatah kata pun. Zian pergi untuk menenangkan diri. Awalnya, ia ingin sekali pergi menemui Reno dan menghajar pria itu habis-habisan karena sudah berani menggoda istrinya. Namun, setelah dipikir-pikir, percuma saja ia menghabiskan tenaga untuk menghajar Reno. Toh! Bukan hanya pria itu saja yang salah. Mariana pun salah. Seandainya perempuan itu bisa menjaga diri sebagai seorang wanita yang sudah mempunyai suami, Zian yakin, Reno pun tidak akan memaksa Mariana untuk berhubungan dengan dia.Namun, karena Mariana mudah tergoda dan langsung jatuh k
"Mas, maafkan aku. Aku bisa jelasin semuanya." Mariana menangis melihat kemarahan Zian.Dalam hati, perempuan itu merutuki diri sendiri yang tidak hati-hati saat menyimpan ponsel pemberian Reno itu. Kekasih gelapnya itu memang sengaja membelikan ponsel untuknya agar mereka gampang jika ingin saling menghubungi.Reno sering mengingatkan Mariana agar dia berhati-hati menyimpan ponsel itu agar tidak sampai ketahuan oleh Zian. Namun, gara-gara keteledorannya, pria itu kini menemukan ponselnya dan mengetahui rahasia yang selama bertahun-tahun ini di sembunyikan olehnya juga Reno."Aku benar-benar tidak menyangka kalau kamu tega melakukan ini padaku, Mar. Aku pikir, kamu sudah berubah setelah menikah denganku, tapi ternyata ...." Zian menatap Mariana dengan kedua mata berkaca-kaca. Jantungnya serasa diremas-remas."Mas Zian-""Aku benar-benar kecewa sama kamu, Mar." Zian memegangi dadanya yang terasa sesak. "Maafkan aku, Mas, aku khilaf! Aku janji, aku tidak akan berhubungan dengan dia l
Zian menatap wajah cantik Mariana dengan rasa sakit di hatinya.Pria itu sadar, istrinya itu memang masih terlihat cantik. Mariana juga pandai merawat tubuhnya, hingga meskipun dia sudah mempunyai anak dua, bentuk tubuhnya juga wajahnya tidak kalah dengan gadis muda yang belum menikah.Zian juga seringkali cemburu jika melihat teman-teman prianya seringkali menatap istrinya penuh minat. Namun, Mariana selalu bisa membujuknya dengan mengatakan kalau dia hanya mencintainya dan tidak akan pernah mengkhianatinya.Namun, sekarang Mariana justru mengingkari janjinya. Mengingkari janji untuk setia sampai kapanpun terhadapnya."Kenapa, Mariana? Memangnya apa kesalahanku sampai kau tega berbuat seperti ini padaku?""Ma-Mas ...." Mariana menatap Zian dengan kedua mata berkaca-kaca. Ia sungguh tidak mengira kalau Zian akan mengetahui perselingkuhannya dengan Reno."Kenapa, Mar? Kenapa harus dia? Apa kau tidak sadar kalau Reno itu adalah suami dari sahabatmu sendiri?""Aku tidak menyangka kalau k
"Anak kita?" gumam Zian lirih. Pria itu masih belum sadar sepenuhnya. Buru-buru Zian membaringkan tubuh mungil Devan yang tertidur ke atas ranjang. Kemudian, dengan serius Zian mendengarkan suara Reno di ujung telepon."Halo, Sayang, Kenapa kamu diam saja? Aku tunggu kamu di tempat biasa, jangan lupa bawa anak kita. Aku jemput kamu di tengah jalan, ya, biar Zian nggak curiga. Suami kamu lagi di rumah kan?" Tangan Zian yang memegang ponsel bergetar mendengar suara laki-laki di seberang sana."Aku kangen sama kamu, Mar, sampai ketemu di penginapan ya?" Zian hampir saja menjatuhkan ponselnya. Kata-kata yang diucapkan oleh pria itu bak palu yang menghantam dadanya.Rasa sakit mengalir ke ruang hatinya. Zian benar-benar tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari mulut pria itu. Pria yang selama ini sudah ia anggap sebagai sahabat baiknya.'Reno ....'Zian memegangi dadanya, yang terasa sesak.'Tidak mungkin ... aku pasti salah dengar. Tidak mungkin Mariana dan Reno ....'"Sayang ... ada
Reno baru saja turun dari mobilnya. Pria itu berhenti sejenak saat seorang perempuan cantik dengan perut buncit lewat di depannya.Wajahnya menyunggingkan senyuman tatkala melihat perempuan itu tersenyum malu-malu melihatnya.Rasanya, Reno ingin sekali langsung mendekap perempuan itu saking gemasnya.Semenjak hamil, wajah Mariana terlihat bertambah memikat. Entah mengapa, perempuan itu terlihat lebih cantik dari biasanya.Reno mengambil ponsel dari saku bajunya.'Sayang, kamu mau kemana cantik banget?'Mariana melihat ke arah ponselnya yang ia pegang sedari tadi. Bibirnya tersenyum saat melihat siapa yang menghubungkannya.'Aku ingin ketemu kamu. Makanya sengaja lewat depan rumah kamu.''Sepertinya dia ingin ibunya melihat kamu." Mariana mengusap perutnya yang sudah terlihat membuncit di usia kehamilannya yang ke enam bulan.Semenjak dia tahu kalau Reno saat itu mengidam, Mariana semakin yakin kalau ana
'Aku hamil.'Sebuah chat dari perempuan yang dicintainya membuat kening Reno berkerut.'Apa kau sedang membuat aku cemburu dengan mengatakan kehamilanmu?'Reno membalas pesan itu dengan perasaan kesal.'Bukan begitu. Aku hanya penasaran, kenapa setelah sekian lama aku tiba-tiba hamil?''Apa maksudmu?'Reno kembali membalas pesan Mariana.'Sudah bertahun-tahun aku tidak hamil. Tapi setelah beberapa kali berhubungan dengan kamu, aku tiba-tiba hamil.''Jadi maksud kamu, kamu curiga kalau anak itu adalah anak kita? Darah dagingku?''Entahlah! Kau seorang dokter, harusnya kau lebih tahu bukan?''Baiklah! Kita akan tes DNA saat anak itu lahir.''Seandainya benar itu adalah anakku, aku pasti sangat bahagia sekali.'Tulis Reno lagi.'Aku juga sangat bahagia, seandainya itu benar anak kita.''Aku bahagia karena aku mempunyai anak dari orang yang aku cintai.'
Anggita mengulas senyum saat permainannya dengan Reno berakhir."Terima kasih, Sayang." Anggita mendaratkan bibirnya pada bibir Reno.Reno tersenyum menyambut bibir sang istri. Dia tidak mau Anggita curiga. Perempuan itu tidak tahu kalau beberapa saat yang lalu dia membayangkan tubuh Mariana yang sedang mendesah di bawah tubuhnya.Mereka berdua mengatur deru napas mereka yang memburu. Kemudian sama-sama terlelap karena kelelahan.***Alma beranjak dari duduknya saat Reno datang dan mencari keberadaan sang ayah. Gadis remaja itu pergi ke dapur, memanggil Zian yang saat itu baru saja selesai makan."Pa, ada Om Reno di depan.""Suruh tunggu sebentar ya, Alma. Papa baru selesai makan," sahut Zian.Alma mengangguk, kemudian kembali keluar menemui Reno."Siapa yang datang, Mas?" Mariana keluar dari kamar mandi dengan wajah segar dan rambut basah."Reno, Sayang ... biasa, ngajakin mancing.""
Mariana pulang dengan senyum mengembang di bibirnya. Kedua tangannya menenteng dua kantong besar berisi barang belanjaan yang dia beli bersama Reno.Andini, teman baik Mariana yang menjemputnya saat main juga membelikan beberapa barang untuk dibawa Mariana pulang.Perempuan itu sengaja membelinya agar Mariana punya alasan pada suaminya kalau dia benar-benar pergi berbelanja.Saat Mariana menemui Reno, Andini menelepon kekasih gelapnya untuk menemaninya di pusat perbelanjaan.Tak jauh berbeda dengan Mariana Andini pun mempunyai sifat yang sama dengan sahabatnya. Ibu dari tiga orang anak itu juga berselingkuh di belakang suaminya.Oleh karena itu, dia juga sangat mendukung hubungan Reno dan Mariana. Apalagi, Reno punya banyak duit. Laki-laki itu bahkan sangat royal saat berbelanja untuk Mariana dan juga dirinya.Reno memintanya untuk tutup mulut, merahasiakan hubungannya dengan Mariana.Andini dengan senang hati menuruti permin
Reno pulang ke rumahnya dengan wajah sumringah. Merasa bahagia karena akhirnya dia bisa mewujudkan mimpinya bersama perempuan yang selama ini selalu menghiasi mimpinya.Reno tahu, apa yang dilakukannya saat ini adalah sebuah kesalahan. Namun, bukankah tidak ada yang salah dalam cinta?Perasaan yang dia rasakan pada Mariana adalah murni cinta. Dia tidak peduli walaupun perempuan itu sudah ada yang memiliki, yang jelas, saat ini Reno sangat bahagia karena dia bisa mengungkapkan semua perasaannya pada Mariana.Dokter tampan itu tidak menyangka kalau ternyata Mariana juga merasakan hal yang sama dengannya.Selama ini sikap Mariana memang sangat perhatian padanya. Perempuan itu juga tidak pernah merasa keberatan saat diajak bertemu.Namun, dia benar-benar tidak menyangka kalau ternyata Mariana pun sudah lama menyimpan perasaan yang sama . Hanya saja, keadaan yang membuat perempuan itu menyimpan semua perasaannya.Wajah tampan pria itu