Setelah berpikir cukup lama, Mariana akhirnya menceritakan semuanya pada Zian tentang hubungannya dengan Andika.
Awalnya Zian sangat marah dan kecewa mendengar kejujuran Mariana. Namun, akhirnya Zian kembali luluh saat dia mendengar pengakuan Mariana kalau perempuan itu juga sangat mencintainya.
Mereka berdua lalu mencari cara agar pernikahan itu tidak sampai terjadi. Mariana dan Zian memberanikan diri menceritakan hubungan mereka pada keluarga besar perempuan itu. Mereka siap menghadapi resiko apa pun, termasuk menghadapi kemarahan keluarganya.
Mendengar pengakuan putrinya,
Ayah dan ibu Mariana marah besar. Apalagi saat mereka mendengar kalau Mariana sudah berpacaran dengan Zian.
"Apa kamu sudah gila, Mar? Kamu ingin membatalkan pernikahanmu dengan Andika? Kamu mau mempermalukan Mama dan seluruh keluarga kita?" Rani marah besar saat mendengar ucapan Mariana dan Zian.
"Tapi kami saling mencintai, Bu." Zian dengan tegas mengungkapkan perasaannya pada Rani.
"Tapi Mariana itu sudah bertunangan dan sebentar lagi akan menikah dengan Andika!" Rani menatap tajam ke arah Zian. Pria itu menundukkan kepalanya saat mendengar teriakan Rani, ibu dari perempuan yang sangat dicintainya.
Rani juga menatap Mariana dengan tajam. Perempuan itu benar-benar marah saat mengetahui Mariana berselingkuh di belakang Andika, sementara pernikahan mereka sebentar lagi akan digelar dan tidak akan mungkin bisa dibatalkan.
Kedua keluarga besar itu bahkan sudah mempersiapkan segalanya. Meskipun mereka tidak merayakan pernikahan itu di gedung atau pun di hotel seperti orang kaya yang suka mereka tonton di televisi, tetapi tetap saja mereka sudah mempersiapkan semuanya. Mereka sudah mengeluarkan uang banyak untuk membayar semua perlengkapan pernikahan Mariana dan Andika.
Undangan pernikahan, dekorasi pengantin sampai tukang rias pengantin juga penyanyi orkes dangdut pun sudah mereka sewa. Jadi tidak mungkin pihak keluarga Mariana membatalkan pernikahan itu begitu saja.
Keluarga Mariana tidak mau menanggung malu kalau sampai pernikahan itu batal. Apalagi, Andika adalah keluarga terpandang. Kehidupan Mariana pasti akan terjamin saat menikah dengan lelaki itu.
"Putuskan hubungan kalian berdua, biar bagaimanapun, kamu harus menikah dengan Andika, Mariana!"
"Tapi, Pa-"
"Kamu sendiri yang ingin menikah dengan Andika, jadi kamu harus bertanggung jawab dan memenuhi janjimu pada Andika dan keluarganya!" Harun, sang ayah tercintanya kembali berteriak. Lelaki paruh baya itu benar-benar marah dan merasa tidak percaya dengan kelakuan putrinya.
"Suka atau tidak, kamu harus tetap menikah dengan Andika, karena pernikahan ini tidak bisa dibatalkan!"
"Mama ...." Mariana menatap Rani dengan kedua mata berkaca-kaca. Gadis itu menangis karena tidak berhasil membujuk kedua orang tuanya untuk membatalkan pernikahannya dengan Andika.
***
Meskipun mendapatkan penolakan dari keluarganya, Mariana dan Zian tidak menyerah. Setiap hari mereka berdua terus merayu kedua orang tua Mariana agar menggagalkan pernikahan itu. Namun, kedua orang tua Mariana tetap bersikeras menyuruh Mariana menikah dengan Andika.
Akan tetapi, saat melihat kegigihan Zian juga Mariana yang terus berjuang mendapatkan restu, membuat keluarga besar mereka akhirnya luluh.
Apalagi saat mereka tahu kalau Zian pun dari keluarga yang tak kalah berada dari Andika. Jiwa keserakahan keluarga Mariana meronta-ronta.
Namun, meskipun mereka menyetujui hubungan Mariana dengan Zian, pernikahan itu tetap akan berlangsung. Mereka tidak mau menanggung malu karena semua tetangga dan juga semua kerabatnya sudah mengetahui kabar tentang pernikahan Mariana.
Keluarga besar Mariana hanya menyuruh Zian untuk bersabar menunggu Mariana. Setelah pernikahan Mariana digelar dan perempuan itu resmi menjadi istri Andika, mereka baru akan mencari cara agar Mariana bisa segera bercerai dengan Andika.
Sungguh pemikiran yang konyol sebenarnya, tetapi demi kebahagiaan putri kesayangannya, kedua orang tua Mariana rela melakukan apa pun. Mereka tidak berpikir, kalau rencana yang mereka susun itu nantinya akan menyakiti pihak keluarga Andika.
Mendengar rencana keluarga besar Mariana, Zian sedikit merasa lega. Demi cintanya pada sang pujaan hati, pria itu rela menunggu Mariana, walaupun nantinya perempuan itu sudah dimiliki oleh orang lain. Zian akan tetap menunggunya.
"Aku tunggu jandamu," canda Zian saat mereka membicarakan tentang rencana keluarga Mariana.
Mariana dan keluarganya tertawa mendengar ucapan Zian.
Kedua orang tua Mariana sebenarnya sangat kasihan melihat pasangan sejoli itu. Mereka saling mencintai, tetapi mereka tidak bisa bersatu karena keadaan.
Akan tetapi, kesalahan sebenarnya terletak pada putrinya. Seharusnya, Mariana tidak tergoda dengan pria manapun karena dia sudah bertunangan dan sebentar lagi akan menikah.
Mereka sangat tahu bagaimana kelakuan putrinya selama ini. Kedua orang tua Mariana tahu, kalau anak gadisnya itu selama ini sering gonta-ganti pasangan.
Mariana berpacaran dengan banyak pria, padahal status gadis itu adalah tunangan dan calon istri orang. Namun, setiap kali sang ibu memeringatkan, Mariana selalu menjawab, kalau pria-pria itu hanya sekedar teman biasa, tidak lebih.
Kekhawatiran mereka akhirnya terbukti setelah anak gadisnya itu bertemu dengan Zian Pradipta. Lelaki yang usianya lima tahun lebih tua dari Mariana.
Wajah tampan Zian, kebaikannya juga cintanya yang begitu besar terhadap Mariana, akhirnya mampu menggoyahkan hati perempuan itu.
Pria itu berhasil merebut hati Mariana yang awalnya hanya berlabuh pada Andika. Kini, setelah hadirnya Zian, Mariana tidak lagi merasakan perasaan apa pun pada Andika, pria berlesung pipi yang pernah membuatnya jatuh cinta.
***
Sebulan kemudian, pernikahan Mariana dan Andika digelar. Pesta pernikahan itu sangat meriah meskipun hanya digelar di halaman rumah Mariana.
Dua keluarga besar berkumpul, begitupun para tamu undangan. Mereka ingin menyaksikan proses ijab kabul yang sebentar lagi akan segera dilaksanakan.
Mariana terlihat sangat cantik dengan baju pengantin. Kecantikan perempuan itu semakin terpancar saat tukang rias pengantin merias wajahnya dengan sempurna.
Semua mata menatap Mariana dengan penuh kekaguman. Mereka terpesona melihat kecantikan perempuan itu. Termasuk, lelaki yang saat ini sedang menatap Mariana dengan tajam dan kedua tangan terkepal.
Zian menatap wanita pujaannya dengan rasa sakit yang menghujam jantungnya, apalagi, saat melihat pria yang saat ini dengan lantang mengucapkan kalimat ijab kabul dengan menyebut nama Mariana sebagai pengantin perempuannya.
Darah Zian mendidih. Amarahnya memuncak. Namun, sebisa mungkin pria itu menahannya.
Meskipun dari awal dia sudah tahu kalau pernikahan ini hanya pura-pura, tetapi tetap saja, Zian merasakan sakit di hatinya. Dia tidak rela melihat Mariana bersama pria lain selain dirinya.
Dia cemburu. Rasa cintanya yang begitu besar pada Mariana membuat Zian tidak rela melepas Mariana, walaupun itu hanya sementara.
Proses ijab kabul telah selesai, Zian melangkah membelah kerumunan tamu undangan. Pria itu diam-diam masuk ke dalam rumah. Sebelum masuk ke dalam kamar di sebelah kamar pengantin Mariana, Zian terlebih dahulu menyuruh seseorang untuk memberikan sesuatu pada Mariana.
Pria itu mengeluarkan dua lembar uang berwarna merah pada seseorang yang ia suruh. Kemudian lelaki tampan yang sedang dikuasai amarah itu masuk ke dalam kamar. Kamar itu adalah kamar tamu. Zian pernah menginap di rumah Mariana, saat itu kedua orang tua Mariana menyuruhnya tidur di kamar itu.
Perempuan berbaju pengantin itu membaca secarik kertas yang diberikan keponakannya. Netranya melirik ke arah Andika yang tersenyum menyambut kedatangannya para tamu yang mengucapkan selamat atas pernikahannya.
Mariana berpamitan pada Andika setelah membaca tulisan itu. Perempuan itu mengatakan kalau dirinya ingin ke toilet. Andika yang saat itu sedang sibuk menyalami tamu undangan, membiarkan Mariana pergi tanpa menyuruh seseorang untuk mengantar perempuan yang baru beberapa menit yang lalu sah menjadi istrinya itu.
Mariana dengan susah payah melangkah menuju kamar. Perempuan cantik itu mengangkat baju pengantinnya yang sedikit panjang menjuntai menutupi kakinya.
Perempuan itu masuk ke kamar tamu yang terletak di samping kamar pengantinnya. Saat Mariana baru saja membuka pintu, Zian langsung menyerangnya dengan ciuman.
Zian sengaja memberikan pesan pada Mariana agar perempuan itu datang ke kamar itu. Pria tampan yang sedang dipenuhi amarah dan kecemburuan itu ingin menemui Mariana. Mempelai pengantin perempuan yang sangat dicintainya.
Namun, saat mereka sedang asyik bercumbu meluapkan api asmara di hati mereka, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Di depan pintu, terlihat wajah pria yang beberapa menit yang lalu mengucapkan ijab kabul di depan Mariana.
Wajah tampannya memerah karena amarah yang seketika naik saat melihat sang istri yang belum genap satu jam dinikahinya itu kini sedang berbaring pasrah di bawah kungkungan seorang pria.
Seminggu setelah pesta pernikahan Mariana yang mencoreng nama baik keluarga besarnya, perempuan itu kembali beraktivitas seperti biasa. Meskipun banyak orang yang menggunjing di belakangnya, Mariana mencoba untuk tidak peduli.Perempuan itu tetap bersikap seperti gadis lugu yang tidak mengerti apa-apa. Mariana juga kembali bekerja setelah beberapa hari cuti.Bukan hanya di lingkungan rumah saja, tetapi di tempat kerjanya juga semua orang heboh membicarakan Mariana dan Zian.Namun, lagi-lagi Mariana tetap cuek. Perempuan itu tidak terpengaruh sama sekali dengan ucapan semua orang. Begitupun dengan Zian. Mereka berdua memang sepakat untuk menutup telinga. Tidak mau mendengarkan orang-orang yang tidak mengerti tentang cinta mereka.Seiring gosip yang semakin santer terdengar, kedua pasangan itu justru semakin mesra. Mereka seolah ingin menunjukkan pada semua orang kalau mereka berdua saling mencintai. Tidak peduli apa pun tanggapan orang.
"Sayang, kamu kenapa? Dari tadi diam saja?" Zian meraih tangan perempuan itu pujaannya itu kemudian menciumnya.Mariana menatap Zian dengan gelisah."Ada apa?" ulang Zian."Keluarga Andika meminta ganti rugi biaya pernikahan.""Apa?" Zian menatap Mariana dengan wajah terkejut."Kalau keluargaku tidak membayar ganti rugi, mereka akan mempersulit perceraianku secara hukum.""Sialan!" umpat Zian saat mendengar cerita Mariana."Sepertinya mereka masih marah sama kita, makanya mereka mempersulit kita," ucap Mariana. Pria itu menatap Zian yang terlihat kesal."Berapa uang ganti ruginya?""Lima puluh juta.""Apa?" Zian kembali terkejut."Kenapa ganti ruginya banyak sekali?""Mereka bilang, uang yang mereka keluarkan untuk biaya pernikahan kemarin bahkan lebih dari itu," jawab Mariana sambil menatap pria pujaannya itu.Tangan mereka saling bertaut."Aku tidak mau menikah denganmu secara siri. Aku ingin pernikahan kita diakui agama juga negara," Mariana menatap wajah tampan di depannya."Tentu
Setelah mendapatkan restu dari keluarganya, keluarga Pradipta datang melamar Mariana. Kedatangan mereka disambut dengan baik oleh keluarga Mariana. Mereka sepakat kalau pernikahan Mariana dan Zian akan diadakan setelah beberapa bulan ke depan.Mariana dan keluarganya sangat senang karena mereka mendapatkan calon besan yang tidak kalah kaya dengan Andika.Surti sangat antusias karena Mariana akan kembali menikah. Apalagi, calon suaminya adalah keluarga yang sangat terpandang."Kau sangat pintar, Mariana. Lepas dari Andika, kamu mendapatkan orang yang lebih dari dia." Surti menatap putrinya yang terlihat sangat cantik setelah selesai berdandan."Kau mau pergi kemana?" tanya Surti penasaran."Mas Zian mengajakku belanja, sambil melihat perlengkapan buat pernikahan kita nanti, Ma," jawab Mariana. Gadis itu kembali memoleskan lipstik di bibirnya."Jangan lupa, Mama beliin sesuatu ya, Mar.""Tenang saja, nanti aku minta Mas Zian
"Aku menyuruhmu mandi, tapi kamu malah menatapku. Aku jadi tidak sabar ingin memakanmu." Zian mencium seluruh wajah cantik Mariana, perempuan yang kini sah menjadi istrinya."Aku masih tidak percaya kalau akhirnya kita menikah juga.""Begitupun aku. Aku masih tidak percaya kalau sekarang aku sudah menjadi istrimu." Mariana tersenyum cantik.Zian memindai wajah cantik di depannya."Ayo kita mandi, abis itu kita siap-siap melakukan ritual malam pertama," bisik Zian, membuat Mariana langsung berubah gugup. Wajah Mariana bahkan terlihat merona.Melihat wajah sang istri yang terlihat merona, membuat Zian langsung menyambar bibir Mariana karena gemas."Aku sudah lama menahannya, kali ini aku tidak ingin menahannya lagi."Zian menggendong tubuh istrinya menuju kamar mandi."Kita mandi bersama." Bibir Zian mengecup lembut telinga Mariana yang memerah karena ucapan Zian.Perempuan itu seringkali bermain dengan pria lain tanpa sepengetahuan Zian. Akan tetapi, setiap kali Mariana bersama pria lai
Kehamilan Mariana membuat semua anggota keluarga besar Mariana dan Zian sangat bahagia. Mereka sangat senang dan bersyukur karena sebentar lagi mereka akan menimang cucu.Tak jauh berbeda dengan keluarganya, Mariana dan Zian pun begitu bahagia karena sebentar lagi mereka akan mempunyai anak, buah cinta mereka.Zian mengikuti saran dokter untuk menjaga sang istri dengan baik di masa-masa kehamilannya. Pria itu sangat menjaga mood Mariana agar perempuan itu tidak merasa stres menghadapi kehamilannya. Apalagi ini adalah pengalaman pertama buat sang istri.Bukan hanya menjaga mood saja, tetapi pria itu juga ekstra sabar menghadapi masa mengidam sang istri yang sering aneh-aneh dan tidak masuk akal.Contohnya sekarang, sang istri terlihat menangis hanya gara-gara dia melihat tetangga sedang makan, tetapi dirinya tidak ditawari makan. Sungguh ngidam yang paling aneh!Zian dengan susah payah menenangkan sang istri. Sementara itu, tetangga yang m
Kehadiran bayi kecil Alma membawa kebahagiaan buat Mariana, Zian dan seluruh keluarga besar mereka.Kedua pasangan muda itu merasa bersyukur, karena sudah diberi kepercayaan oleh Tuhan dengan hadirnya Alma.Alma Zoya Pradipta tumbuh dengan baik. Mereka semua sangat menyayanginya. Setelah berapa tahun berlalu, bayi cantik itu berubah menjadi sosok anak kecil yang sangat menggemaskan.Alma tumbuh menjadi gadis kecil yang sangat cantik. Perpaduan dari kecantikan milik Mariana dan ketampanan milik Zian.Rambut cokelat bergelombang, bulu mata lentik. Bahkan di usianya yang baru menginjak lima tahun, gadis kecil putri Mariana ini sudah terlihat sangat cantik.Mariana tersenyum sambil mengusap kepala putrinya. Perempuan itu juga masih terlihat sangat cantik. Saat ini usia Mariana sudah menginjak dua puluh lima tahun.Perempuan itu sangat mencintai Zian. Dia sangat bahagia bisa menikah dengan pria sebaik Zian. Pria itu adalah suami idam
Mariana terpaku, senyumnya memudar saat melihat seorang pria yang keluar dari mobil dan sekarang berdiri tepat di hadapannya.Mariana tersenyum canggung ketika laki-laki itu tersenyum padanya."Kebetulan banget, Mar, suamiku pulang." Anggita mendekati suaminya yang baru keluar dari mobil dan berdiri di depan Mariana."Kenalin, ini Mas Reno, suamiku." Mariana mengulurkan tangannya yang langsung disambut oleh Reno."Mariana.""Reno," ucap Reno sambil tersenyum.Mariana melepaskan jabatan tangannya."Aku pulang dulu ya, Nggi, takut suamiku pulang." Anggita mengangguk sambil tersenyum."Terima kasih ya, sudah mau main. Besok main lagi, ya?"Mariana mengangguk, kemudian melihat ke arah Reno. Pria itu tersenyum sambil mengangguk.Sementara Mariana bergegas pulang menuju ke rumahnya. Wajah cantiknya tak berhenti tersenyum.Ternyata suaminya Anggita ganteng banget. Udah ganteng, dokter pula. B
Reno tersenyum sambil memegangi ponselnya. Saat ini dia sedang berada di sebuah restoran yang lumayan jauh dari tempat tinggalnya.Restoran itu terletak tidak begitu jauh dari rumah sakit tempatnya bekerja.Pria itu kembali menatap ke arah ponselnya. Senyuman manis mengembang saat terlihat pesan yang sedari tadi ditunggunya."Mas Reno, aku mau berangkat ke sana sekarang.""Hati-hati ya, Mbak, jangan ngebut!""Iya.""Aku sudah tidak sabar ingin bertemu.""Aku juga.""Sudah ya, sampai ketemu di sana."Reno tersenyum saat melihat pesan terakhir yang dikirim Mariana. Perempuan itu mengirimkan emoji cium.'Aku jadi maki penasaran ingin segera bertemu dengan kamu.'Pria itu kembali mengingat pertemuan pertama dengan Mariana di depan rumahnya.Saat itu, Reno begitu terpesona melihat perempuan itu. Mariana terlihat begitu cantik meskipun tanpa riasan yang mencolok di wajahnya.
Zian meninggalkan Mariana yang masih menangis. Bukan hanya Mariana yang menangis, Devan pun ikut menangis karena kaget saat mendengar suara bunyi yang cukup keras. Zian membanting ponsel Mariana, hingga ponsel itu jatuh berkeping-keping, sesaat setelah dia memaki Reno yang ternyata kembali menelepon.Pria itu sudah menunggu Mariana di tempat yang sudah mereka sepakati bersama. Zian sangat marah, laki-laki itu pergi dari rumah tanpa mengatakan sepatah kata pun. Zian pergi untuk menenangkan diri. Awalnya, ia ingin sekali pergi menemui Reno dan menghajar pria itu habis-habisan karena sudah berani menggoda istrinya. Namun, setelah dipikir-pikir, percuma saja ia menghabiskan tenaga untuk menghajar Reno. Toh! Bukan hanya pria itu saja yang salah. Mariana pun salah. Seandainya perempuan itu bisa menjaga diri sebagai seorang wanita yang sudah mempunyai suami, Zian yakin, Reno pun tidak akan memaksa Mariana untuk berhubungan dengan dia.Namun, karena Mariana mudah tergoda dan langsung jatuh k
"Mas, maafkan aku. Aku bisa jelasin semuanya." Mariana menangis melihat kemarahan Zian.Dalam hati, perempuan itu merutuki diri sendiri yang tidak hati-hati saat menyimpan ponsel pemberian Reno itu. Kekasih gelapnya itu memang sengaja membelikan ponsel untuknya agar mereka gampang jika ingin saling menghubungi.Reno sering mengingatkan Mariana agar dia berhati-hati menyimpan ponsel itu agar tidak sampai ketahuan oleh Zian. Namun, gara-gara keteledorannya, pria itu kini menemukan ponselnya dan mengetahui rahasia yang selama bertahun-tahun ini di sembunyikan olehnya juga Reno."Aku benar-benar tidak menyangka kalau kamu tega melakukan ini padaku, Mar. Aku pikir, kamu sudah berubah setelah menikah denganku, tapi ternyata ...." Zian menatap Mariana dengan kedua mata berkaca-kaca. Jantungnya serasa diremas-remas."Mas Zian-""Aku benar-benar kecewa sama kamu, Mar." Zian memegangi dadanya yang terasa sesak. "Maafkan aku, Mas, aku khilaf! Aku janji, aku tidak akan berhubungan dengan dia l
Zian menatap wajah cantik Mariana dengan rasa sakit di hatinya.Pria itu sadar, istrinya itu memang masih terlihat cantik. Mariana juga pandai merawat tubuhnya, hingga meskipun dia sudah mempunyai anak dua, bentuk tubuhnya juga wajahnya tidak kalah dengan gadis muda yang belum menikah.Zian juga seringkali cemburu jika melihat teman-teman prianya seringkali menatap istrinya penuh minat. Namun, Mariana selalu bisa membujuknya dengan mengatakan kalau dia hanya mencintainya dan tidak akan pernah mengkhianatinya.Namun, sekarang Mariana justru mengingkari janjinya. Mengingkari janji untuk setia sampai kapanpun terhadapnya."Kenapa, Mariana? Memangnya apa kesalahanku sampai kau tega berbuat seperti ini padaku?""Ma-Mas ...." Mariana menatap Zian dengan kedua mata berkaca-kaca. Ia sungguh tidak mengira kalau Zian akan mengetahui perselingkuhannya dengan Reno."Kenapa, Mar? Kenapa harus dia? Apa kau tidak sadar kalau Reno itu adalah suami dari sahabatmu sendiri?""Aku tidak menyangka kalau k
"Anak kita?" gumam Zian lirih. Pria itu masih belum sadar sepenuhnya. Buru-buru Zian membaringkan tubuh mungil Devan yang tertidur ke atas ranjang. Kemudian, dengan serius Zian mendengarkan suara Reno di ujung telepon."Halo, Sayang, Kenapa kamu diam saja? Aku tunggu kamu di tempat biasa, jangan lupa bawa anak kita. Aku jemput kamu di tengah jalan, ya, biar Zian nggak curiga. Suami kamu lagi di rumah kan?" Tangan Zian yang memegang ponsel bergetar mendengar suara laki-laki di seberang sana."Aku kangen sama kamu, Mar, sampai ketemu di penginapan ya?" Zian hampir saja menjatuhkan ponselnya. Kata-kata yang diucapkan oleh pria itu bak palu yang menghantam dadanya.Rasa sakit mengalir ke ruang hatinya. Zian benar-benar tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari mulut pria itu. Pria yang selama ini sudah ia anggap sebagai sahabat baiknya.'Reno ....'Zian memegangi dadanya, yang terasa sesak.'Tidak mungkin ... aku pasti salah dengar. Tidak mungkin Mariana dan Reno ....'"Sayang ... ada
Reno baru saja turun dari mobilnya. Pria itu berhenti sejenak saat seorang perempuan cantik dengan perut buncit lewat di depannya.Wajahnya menyunggingkan senyuman tatkala melihat perempuan itu tersenyum malu-malu melihatnya.Rasanya, Reno ingin sekali langsung mendekap perempuan itu saking gemasnya.Semenjak hamil, wajah Mariana terlihat bertambah memikat. Entah mengapa, perempuan itu terlihat lebih cantik dari biasanya.Reno mengambil ponsel dari saku bajunya.'Sayang, kamu mau kemana cantik banget?'Mariana melihat ke arah ponselnya yang ia pegang sedari tadi. Bibirnya tersenyum saat melihat siapa yang menghubungkannya.'Aku ingin ketemu kamu. Makanya sengaja lewat depan rumah kamu.''Sepertinya dia ingin ibunya melihat kamu." Mariana mengusap perutnya yang sudah terlihat membuncit di usia kehamilannya yang ke enam bulan.Semenjak dia tahu kalau Reno saat itu mengidam, Mariana semakin yakin kalau ana
'Aku hamil.'Sebuah chat dari perempuan yang dicintainya membuat kening Reno berkerut.'Apa kau sedang membuat aku cemburu dengan mengatakan kehamilanmu?'Reno membalas pesan itu dengan perasaan kesal.'Bukan begitu. Aku hanya penasaran, kenapa setelah sekian lama aku tiba-tiba hamil?''Apa maksudmu?'Reno kembali membalas pesan Mariana.'Sudah bertahun-tahun aku tidak hamil. Tapi setelah beberapa kali berhubungan dengan kamu, aku tiba-tiba hamil.''Jadi maksud kamu, kamu curiga kalau anak itu adalah anak kita? Darah dagingku?''Entahlah! Kau seorang dokter, harusnya kau lebih tahu bukan?''Baiklah! Kita akan tes DNA saat anak itu lahir.''Seandainya benar itu adalah anakku, aku pasti sangat bahagia sekali.'Tulis Reno lagi.'Aku juga sangat bahagia, seandainya itu benar anak kita.''Aku bahagia karena aku mempunyai anak dari orang yang aku cintai.'
Anggita mengulas senyum saat permainannya dengan Reno berakhir."Terima kasih, Sayang." Anggita mendaratkan bibirnya pada bibir Reno.Reno tersenyum menyambut bibir sang istri. Dia tidak mau Anggita curiga. Perempuan itu tidak tahu kalau beberapa saat yang lalu dia membayangkan tubuh Mariana yang sedang mendesah di bawah tubuhnya.Mereka berdua mengatur deru napas mereka yang memburu. Kemudian sama-sama terlelap karena kelelahan.***Alma beranjak dari duduknya saat Reno datang dan mencari keberadaan sang ayah. Gadis remaja itu pergi ke dapur, memanggil Zian yang saat itu baru saja selesai makan."Pa, ada Om Reno di depan.""Suruh tunggu sebentar ya, Alma. Papa baru selesai makan," sahut Zian.Alma mengangguk, kemudian kembali keluar menemui Reno."Siapa yang datang, Mas?" Mariana keluar dari kamar mandi dengan wajah segar dan rambut basah."Reno, Sayang ... biasa, ngajakin mancing.""
Mariana pulang dengan senyum mengembang di bibirnya. Kedua tangannya menenteng dua kantong besar berisi barang belanjaan yang dia beli bersama Reno.Andini, teman baik Mariana yang menjemputnya saat main juga membelikan beberapa barang untuk dibawa Mariana pulang.Perempuan itu sengaja membelinya agar Mariana punya alasan pada suaminya kalau dia benar-benar pergi berbelanja.Saat Mariana menemui Reno, Andini menelepon kekasih gelapnya untuk menemaninya di pusat perbelanjaan.Tak jauh berbeda dengan Mariana Andini pun mempunyai sifat yang sama dengan sahabatnya. Ibu dari tiga orang anak itu juga berselingkuh di belakang suaminya.Oleh karena itu, dia juga sangat mendukung hubungan Reno dan Mariana. Apalagi, Reno punya banyak duit. Laki-laki itu bahkan sangat royal saat berbelanja untuk Mariana dan juga dirinya.Reno memintanya untuk tutup mulut, merahasiakan hubungannya dengan Mariana.Andini dengan senang hati menuruti permin
Reno pulang ke rumahnya dengan wajah sumringah. Merasa bahagia karena akhirnya dia bisa mewujudkan mimpinya bersama perempuan yang selama ini selalu menghiasi mimpinya.Reno tahu, apa yang dilakukannya saat ini adalah sebuah kesalahan. Namun, bukankah tidak ada yang salah dalam cinta?Perasaan yang dia rasakan pada Mariana adalah murni cinta. Dia tidak peduli walaupun perempuan itu sudah ada yang memiliki, yang jelas, saat ini Reno sangat bahagia karena dia bisa mengungkapkan semua perasaannya pada Mariana.Dokter tampan itu tidak menyangka kalau ternyata Mariana juga merasakan hal yang sama dengannya.Selama ini sikap Mariana memang sangat perhatian padanya. Perempuan itu juga tidak pernah merasa keberatan saat diajak bertemu.Namun, dia benar-benar tidak menyangka kalau ternyata Mariana pun sudah lama menyimpan perasaan yang sama . Hanya saja, keadaan yang membuat perempuan itu menyimpan semua perasaannya.Wajah tampan pria itu