Arabelle susah payah menelan salivanya seperti ada sesuatu yang tercekat di tenggorokannya. Terlebih saat tatapan rupawan yang ditujukan Christian sangat mengganggu kewarasannya. Ia tak pernah bisa berhenti mengagumi tatapan biru milik Christian dengan sorot seolah memohon untuk dituruti.Tangan Christian mulai terangkat dan membuka ikatan rambut Arabelle sehingga seketika surai cokelat gelap itu turun berhamburan. Christian juga membuka perlahan kacamata berbingkai tebal milik Arabelle lalu ia melangkah mundur menelisik penampilan Arabelle saat ini.Mungkinkah mirip? batin Christian ternyata memiliki maksud dari perlakuannya. Tidak! Sepertinya aku berpikiran terlalu jauh, ujarnya lagi dalam hati."Chris kenapa kau membuka ikat rambut dan kacamataku lalu melamun?" tanya Arabelle tak mengerti apa yang tengah pria itu lakukan.Christian menoleh dan tersenyum. Lebih baik kutanyakan nanti perihal syal yang mirip dengan wanita yang bersama Leon tempo hari. Niat Christian tak bersuara.Pria
Arabelle menoleh saat suara Christian terdengar di ambang pintu. Bertepatan dengan itu dirinya terkejut saat hendak mengembalikan pigura itu ke dalam rak dan malah menjatuhkannya."Ah! Maaf, Christian. Aku tak sengaja dan terkejut," gelagap Arabelle tak memerhatikan Christian yang menghampiri dan menghentikannya."Hei, it's okay. Biar aku yang bereskan kau minumlah teh ini," ujar Christian menyodorkan tehnya."Tapi, Chris -"Christian meraih tangan Arabelle yang masih berusaha hendak mengambil pecahan kaca dari pigura tersebut lalu menyerahkan secangkir teh ke tangan Arabelle. Wanita itu akhirnya tersenyum tak enak hati sembari menyambut teh yang dibuatkan Christian. "Thanks," ujarnya mendapat senyuman. "Sungguh aku tak sengaja dan tak bermaksud membuat bingkainya pecah, seharusnya aku—""Tidak apa, Arabelle. Mungkin foto ini memang harus diganti denganmu," ujar Christian sambil menatap Arabelle intens melalui sorot teduhnya yang lagi-lagi membuat wanita itu tertegun selama beberapa d
Christian terkekeh melepaskan tangannya dan pipi Arabelle. "Well, alih-alih menjadi sosok penyelamat kau malah mengatakan aku mulai menunjukkan kesombonganku?" balas Christian."Perlukah aku memberitahumu sosok penyelamat yang ada dalam bayanganku?" tanya Arabelle.Kali ini Christian memicing sambil tersenyum. "Please, don't say Captain America atau Iron Man atau yang terparah Spiderman?" terka Christian membuat Arabelle terkekeh sambil menggelengkan kepalanya. "Wait, No! jangan yang itu." Christian menggeleng menerka pikirannya saat ini benar."Yes, si dokter tampan dengan pernyataan cintanya ....""I love you in every universe," sahut keduanya."Oh, ayolah Arabelle aku berniat menggunakan kutipannya kelak. Jika kau mengaguminya membuatku tak terlihat keren karena sungguh Benedict Cumberbatch dia ....""Dia begitu memesona di film terakhirnya itu meski banyak yang kecewa dengan alur film keduanya tersebut." Arabelle menyambungkan."Yess, selama satu minggu saat filmnya tayang pegawai
Arabelle terdiam dalam kalutnya pemikiran setelah terkuaknya identitas Eve oleh Christian. Bukannya merasa takut pada Christian, tetapi ia malah diberikan kesempatan dan pilihan yang semakin sulit akan ketentuan dari Christian padanya.Bagaimana bisa Arabelle menentukannya sekarang? Memikirkan siapa yang berada di hatinya rasanya sudah tak lagi penting. Dia harus memikirkan perasaan Leon jika ingin bersama pria itu dengan mengatakan siapa dirinya yang sebenarnya. Kalaupun, Leon menerima bagaimana dengan perasaan Christian. Bukan hanya pria itu melainkan hati kecil Christopher pun akan mengalami kekecewaan mendalam saat harapannya melihat sang ayah memiliki pendamping baru yang ia sukai.Lantas bagaimana jika Leon menolak? Sanggupkah ia menepis hubungan yang pernah ada jika Christian tetap mempertahankannya untuk bersama. Mampukah Leon mengalami keadaan yang sama seperti di masa itu atau kejadian ini mungkin akan memperparah trauma Leonard terhadap wanita.Kekalutan itu membuatnya pus
Christian terduduk diam di kursi ruang kerjanya merenung sambil menatap pigura di meja kerjanya terdapat foto mendiang sang istri bersama Christopher saat masih bayi berada dalam gendongan Lilian dan dirinya menatap haru buah cinta mereka. Ia sempat mengira dengan kehadiran Christopher, maka wanita yang dicintainya itu bisa menghapuskan Leon dalam hatinya. Akan tetapi, semua itu hanyalah angan Christian. Karena seiring dengan pertumbuhan Christopher dan kedekatan putranya dengan sang adik malah semakin membuat rasa iri Christian kian membesar.Kehadiran Christopher malah seakan mendekatkan kembali Leonard dengan Lilian terlebih saat itu memang dirinya sedang berada di puncak karir memperluas bisnis keluar kota hingga keluar negeri. Membuatnya banyak kehilangan momen di masa pertumbuhan Christopher yang tak terasa bayi kecilnya sudah begitu besar dan memahami siapa yang lebih banyak memiliki waktu bermain dengannya. Sampai pada masa Christian geram dengan keadaan ia tak bisa melupakan
Bunyi lift terbuka pada penthouse tersebut sukses menyelamatkan Arabelle dari pertanyaan Christopher pada ayahnya. Tak lama suara seseorang mencairkan suasana yang sempat canggung karena Christian dan Arabelle hanya menatap lalu menghindari tatapan keduanya."Morning," sapanya merasa tak mendengar suara dan mulai berbelok menuju ruang tamu. "What's wrong? kenapa kalian terdiam saat aku tiba. Jangan bilang kalian sedang membicarakanku?" Dengan nada bergurau Leonard memicingkan matanya menatap ke empatnya heran."Paman Leon!" seru Christoph berhambur pada Leonard."Hei, Jagoan!" serunya."Paman jadi mengantarku hari ini?" tanya Christoph sembari melerai pelukannya."Kau meminta Leon mengantarmu?" tanya Christian menghentikan Leon yang hendak menjawab.Christopher menoleh pada sang ayah dengan anggukan antusias. "Kukira Dad dan Miss Stewart tak akan pulang ke sini. Jadi pagi-pagi sekali aku menelpon paman memintanya datang ke sini untuk menjemput.""Kau tak menghubungi Dad dan menanyakan
[Eve][“Aku akan terlambat, Leon. Kalian pesan saja dulu tak perlu menungguku. C u in there😉”]Pesan tersebut dikirimkan oleh Eve pada Leon yang sudah mencoba menghubungi wanita itu berulang kali dan tak mendapatkan jawaban, meski siang tadi ia sudah bicara dengan Eve melalui panggilan telepon perihal rencana makan malam yang sudah disetujui oleh wanita itu.Namun, Leon tetap gusar terlebih saat melihat mobil Christian sudah tiba di samping mobilnya. Dia sengaja memesan bagian rooftop di restoran tersebut agar terasa lebih private dengan konsep mengambil ruangan terbuka dan hanya ada tiga meja di sana lalu sisa pengunjung di lantai tersebut berada di dalam ruangan yang dibatasi dinding kaca.Leonard melihat kehadiran Christian yang menggandeng tangan Arabelle. Ia menatap penuh ke arah Arabelle, wanita itu tampak sedikit berbeda meski masih menggunakan kacamata berbingkai tebal andalannya. Akan tetapi, semakin dekat merek menghampirinya, Leonard merasa familiar dengan tampilan Arabell
Leon tercengang akan tindakan Eve yang begitu mendadak. Ia mengerjap beberapa kali saat wanita itu melepas pagutan kilatnya dan tersenyum padanya."Sekarang kau percaya aku benar-benar di sini?" tanya Eve mengembalikan kewarasan Leon yang sempat hilang beberapa detik lalu."A-apa?" Leon tersadar dan tersenyum sambil mendekati wajah Eve untuk berbisik, "Sesungguhnya aku percaya tanpa kau harus melakukan itu," bisiknya mengedipkan sebelah matanya.Eve tersenyum dan membalas bisikan Leon. "Jadi kau tak ingin aku melakukannya?" tanyanya enggan menjauhkan wajahnya dari hadapan Leon.Keduanya tampak intens menatap dalam jarak yang amat dekat dengan tangan Leon yang masih melingkari pinggangnya. "Bukan begitu, tapi—""Eherm! Mau sampai kapan kalian hanya berbisik?" sela Christian sarkas karena tak tahan melihat kedekatan keduanya sampai membuatnya berdiri dari duduknya dan menatap Eve dengan sorot tajam seolah berkata, How could you, Arabelle! Tentunya hanya di dalam hatinya.Christian tak i