Arabelle terdiam dalam kalutnya pemikiran setelah terkuaknya identitas Eve oleh Christian. Bukannya merasa takut pada Christian, tetapi ia malah diberikan kesempatan dan pilihan yang semakin sulit akan ketentuan dari Christian padanya.Bagaimana bisa Arabelle menentukannya sekarang? Memikirkan siapa yang berada di hatinya rasanya sudah tak lagi penting. Dia harus memikirkan perasaan Leon jika ingin bersama pria itu dengan mengatakan siapa dirinya yang sebenarnya. Kalaupun, Leon menerima bagaimana dengan perasaan Christian. Bukan hanya pria itu melainkan hati kecil Christopher pun akan mengalami kekecewaan mendalam saat harapannya melihat sang ayah memiliki pendamping baru yang ia sukai.Lantas bagaimana jika Leon menolak? Sanggupkah ia menepis hubungan yang pernah ada jika Christian tetap mempertahankannya untuk bersama. Mampukah Leon mengalami keadaan yang sama seperti di masa itu atau kejadian ini mungkin akan memperparah trauma Leonard terhadap wanita.Kekalutan itu membuatnya pus
Christian terduduk diam di kursi ruang kerjanya merenung sambil menatap pigura di meja kerjanya terdapat foto mendiang sang istri bersama Christopher saat masih bayi berada dalam gendongan Lilian dan dirinya menatap haru buah cinta mereka. Ia sempat mengira dengan kehadiran Christopher, maka wanita yang dicintainya itu bisa menghapuskan Leon dalam hatinya. Akan tetapi, semua itu hanyalah angan Christian. Karena seiring dengan pertumbuhan Christopher dan kedekatan putranya dengan sang adik malah semakin membuat rasa iri Christian kian membesar.Kehadiran Christopher malah seakan mendekatkan kembali Leonard dengan Lilian terlebih saat itu memang dirinya sedang berada di puncak karir memperluas bisnis keluar kota hingga keluar negeri. Membuatnya banyak kehilangan momen di masa pertumbuhan Christopher yang tak terasa bayi kecilnya sudah begitu besar dan memahami siapa yang lebih banyak memiliki waktu bermain dengannya. Sampai pada masa Christian geram dengan keadaan ia tak bisa melupakan
Bunyi lift terbuka pada penthouse tersebut sukses menyelamatkan Arabelle dari pertanyaan Christopher pada ayahnya. Tak lama suara seseorang mencairkan suasana yang sempat canggung karena Christian dan Arabelle hanya menatap lalu menghindari tatapan keduanya."Morning," sapanya merasa tak mendengar suara dan mulai berbelok menuju ruang tamu. "What's wrong? kenapa kalian terdiam saat aku tiba. Jangan bilang kalian sedang membicarakanku?" Dengan nada bergurau Leonard memicingkan matanya menatap ke empatnya heran."Paman Leon!" seru Christoph berhambur pada Leonard."Hei, Jagoan!" serunya."Paman jadi mengantarku hari ini?" tanya Christoph sembari melerai pelukannya."Kau meminta Leon mengantarmu?" tanya Christian menghentikan Leon yang hendak menjawab.Christopher menoleh pada sang ayah dengan anggukan antusias. "Kukira Dad dan Miss Stewart tak akan pulang ke sini. Jadi pagi-pagi sekali aku menelpon paman memintanya datang ke sini untuk menjemput.""Kau tak menghubungi Dad dan menanyakan
[Eve][“Aku akan terlambat, Leon. Kalian pesan saja dulu tak perlu menungguku. C u in there😉”]Pesan tersebut dikirimkan oleh Eve pada Leon yang sudah mencoba menghubungi wanita itu berulang kali dan tak mendapatkan jawaban, meski siang tadi ia sudah bicara dengan Eve melalui panggilan telepon perihal rencana makan malam yang sudah disetujui oleh wanita itu.Namun, Leon tetap gusar terlebih saat melihat mobil Christian sudah tiba di samping mobilnya. Dia sengaja memesan bagian rooftop di restoran tersebut agar terasa lebih private dengan konsep mengambil ruangan terbuka dan hanya ada tiga meja di sana lalu sisa pengunjung di lantai tersebut berada di dalam ruangan yang dibatasi dinding kaca.Leonard melihat kehadiran Christian yang menggandeng tangan Arabelle. Ia menatap penuh ke arah Arabelle, wanita itu tampak sedikit berbeda meski masih menggunakan kacamata berbingkai tebal andalannya. Akan tetapi, semakin dekat merek menghampirinya, Leonard merasa familiar dengan tampilan Arabell
Leon tercengang akan tindakan Eve yang begitu mendadak. Ia mengerjap beberapa kali saat wanita itu melepas pagutan kilatnya dan tersenyum padanya."Sekarang kau percaya aku benar-benar di sini?" tanya Eve mengembalikan kewarasan Leon yang sempat hilang beberapa detik lalu."A-apa?" Leon tersadar dan tersenyum sambil mendekati wajah Eve untuk berbisik, "Sesungguhnya aku percaya tanpa kau harus melakukan itu," bisiknya mengedipkan sebelah matanya.Eve tersenyum dan membalas bisikan Leon. "Jadi kau tak ingin aku melakukannya?" tanyanya enggan menjauhkan wajahnya dari hadapan Leon.Keduanya tampak intens menatap dalam jarak yang amat dekat dengan tangan Leon yang masih melingkari pinggangnya. "Bukan begitu, tapi—""Eherm! Mau sampai kapan kalian hanya berbisik?" sela Christian sarkas karena tak tahan melihat kedekatan keduanya sampai membuatnya berdiri dari duduknya dan menatap Eve dengan sorot tajam seolah berkata, How could you, Arabelle! Tentunya hanya di dalam hatinya.Christian tak i
Setelah perdebatan antara Christian bersama Eve di toilet berakhir. Pria itu memilih pulang dengan alasan Arabelle mendadak sakit. Leon memercayai ucapan Eve dan tetap melanjutkan makan malamnya bersama wanita pujaannya.Hingga jam makan malam pun berakhir dan obrolan mereka di sana sudah cukup banyak. Leon pun mengantarkan Eve pulang ke apartemen masih dengan gejolak asmara di hatinya. Tanpa sedikit pun merasa Eve menutupi sesuatu darinya."Terima kasih untuk makan malamnya, Leon.""Sama-sama," jawab pria itu menatap Eve lekat sebelum wanita itu keluar dari mobilnya."Baiklah sampai bertemu di pemotretan selanjutnya," ujar Eve meraih pintu dan hendak membukanya, tetapi masih terkunci.Wanita itu menoleh pada Leon dan terkejut saat pria itu menarik wajahnya untuk menyatukan pagutan lengkap dengan lumatan lembut lalu dilepaskannya sejenak tanpa memisahkan jarak wajahnya, Leonard menatap bibir dan mata Eve bergantian.Pria itu lalu berbisik, "Bolehkah aku mampir?" tanyanya terdengar ser
Usai percintaan panas Leon dan Eve berakhir kini keduanya mengenakan pakaiannya kembali."Maaf tak bisa bermalam, Eve. Panggilan Christopher adalah emergency. Aku tak ingin dia merajuk.""Tak masalah," ujar Eve tersenyum sembari bersandar pada pintu kamar mandi yang di dalamnya terdapat Leon baru selesai merapikan dirinya kembali. "Apa kau pernah mengabaikan permintaannya?"Dirinya sudah berganti pakaian dengan mengenakan kaos putih kebesaran yang mungkin milik Nick selama menginap di sana lalu dipadukan dengan celana pendek berenda milik Kim. Karena ia sama sekali tak menyiapkan pakaian yang menggambarkan sosok Eve di apartemen, semua baju santainya hanya akan mencerminkan sosok Arabelle."Ya, sempat satu dua kali dan berakhir dia tak ingin bicara denganku. Sebenarnya salahku yang sudah berjanji, tapi tidak menepatinya. Lain hal jika aku sedang bekerja dia akan lebih mengerti dan karena besok hari terakhir aku memiliki waktu jadi dia memintaku datang untuk menemaninya seharian," jela
Christian duduk di sofa sambil melamun dan memikirkan ulang tindakannya saat ini. Apakah dia harus berhenti atau terus berpura-pura tak tahu sampai Arabelle mengakuinya sendiri. Ada rasa tak terima di sudut hati kecilnya. Dirinya terdidik untuk selalu memenangkan sesuatu baik dalam pekerjaan atau pun wanita di dalam hidupnya.Christian tak pernah mengalah atau pun dikalahkan secara terang-terangan seperti ini. Dia hanya pernah mengalami kemenangan palsu saat mengetahui Lily ternyata mencintai Leonard. Meski saat itu posisi Lily sudah terlambat untuk berpaling kepada Leon.Tidak, aku tak bisa menerima ini. Kau mencurangiku, Arabelle! Tadi kau baru mengatakan belum bisa menentukan lalu kini kau terlihat sudah menentukan. Christian bergelut dalam batin sampai tak terasa kedua tangannya mengepal kuat pada pegangan sofa hingga tak menyadari sosok wanita yang sedang dipikirkannya sudah kembali."Christian?" panggil Arabelle mengerutkan keningnya.Pria itu menatap ke arah pintu di mana Arabe