Leonard terbangun dan tak mendapati Eve di sampingnya ia mengerutkan keningnya saat mengingat apa yang terjadi dengan mereka pada semalam. Leon beranjak dan mencari ponselnya berharap ada pesan yang ditinggalkan wanita itu, tetapi nihil karena tampaknya Eve kembali menghilang dari radar."Oh, sial! Jangan bilang dia marah karena aku seakan memanfaatkan keadaan mabuknya semalam." Leon mengusap wajahnya dan bergegas ke kamar mandi berniat mendatangi apartemen Eve untuk menjelaskan apa yang terjadi semalam.Usai membilas diri dan merapikan penampilan, Leonard kembali mencoba melihat ke sekeliling mengingat reka adegan untuk mencerna apa yang membuatnya tak tahan untuk melakukan percintaan dengan Eve."Apa yang salah denganmu, Eve?""Harusnya aku yang bertanya, ada apa dengan kalian para Hugo. Apa kalian sedang mempermainkanku. Kalian bersikap seolah menginginkanku, tetapi kalian selalu menahan setiap cumbuan.""Itu dia!" serunya. "Aku harus bertanya pada Chris apa dia mengenal Eve. Perka
Leonard melajukan mobilnya menuju apartemen Kim. Ia berniat menjelaskan kejadian semalam yang dikiranya membuat Eve mungkin berpikir dirinya dimanfaatkan oleh keadaan, maka dari itu Leon berkeras ingin menjelaskannya secara langsung karena sejak dari hotel tak satu pun panggilannya dijawab apa lagi mendapatkan balasan dari pesan teks beruntunnya.Lalu kini begitu tiba di apartemen tersebut dirinya tak menemukan siapa pun untuk membukakan pintu baginya. Usaha Leon kembali gagal karena di apartemen tersebut masih kosong dan saat ia menghubungi Nick untuk mencari tahu Eve melalui Kim ternyata mereka bahkan belum kembali ke apartemen sejak semalam. Leon akhirnya memutuskan kembali ke apartemennya, tetapi baru saja ia memasuki mobil, panggilan dari Jayden mendadak masuk.Sebelah alis Leon terangkat naik dan dirinya merasa heran jika Jayden menghubunginya itu artinya pria tersebut sudah mengalami jalan buntu atau mungkin Jayden tengah berada di jurang curam dalam karirnya. Leon terkekeh lal
Malam harinya rencana Chloe menginap ke tempat Arabelle nyatanya harus tertunda lantaran begitu sahabat Ara itu tiba di rumahnya. Tampak Arabelle keluar dengan pakaian rapi bergegas pergi dari rumahnya."Ara kau mau kemana, kenapa kau tampak panik?" tanya Chloe yang baru saja keluar dari mobil dirinya juga baru pulang usai menutup toko butik ibunya dan berniat mengajak Ara ke rumahnya untuk makan malam sebelum dirinya menginap di sana."Chloe, maaf sepertinya hari ini kau tak bisa menginap. Kim–""Oh, c'mon apa lagi ulah anak itu?!" tukas Chloe memotong ucapan Ara."Kim pingsan dan masuk rumah sakit. Jay yang membawanya," jawab Arabelle."Oh My God! Kalau begitu cepatlah masuk ke mobil. Aku akan mengantarmu," usul Chloe tak tega membiarkan temannya harus pergi sendiri dan menunggu taksi online akan membutuhkan waktu lebih.Lantas tanpa berlama-lama lagi Arabelle mengangguk dan memutari mobil Chloe lalu masuk di sisi samping kemudi. Sampai setengah jam kemudian akibat hambatan macet pa
Christian melajukan mobil ke tempat Arabelle. Awalnya ia tak ingin memaksakan Arabelle untuk meresponnya terlebih pesan teksnya pun tak dibalas oleh wanita itu bahkan sampai siang dia menjemput Christoph Arabelle malah berusaha menghindari pertemuan dengannya. Hal itulah yang membuatnya harus melakukan sesuatu demi Christopher yang juga masih tak mau bicara padanya bahkan sejak pulang sekolah, Christian sudah meninggalkan pekerjaannya untuk mengajak putranya makan siang lalu pulang karena Christoph tetap melakukan aksi mogok bicara padanya.Sekarang setelah melewati rumah Chloe dirinya memelankan laju kendaraannya karena tak lama ia sudah dekat dengan rumah Arabelle. Akan tetapi, mendadak keningnya mengernyit dan setelah memastikan penglihatannya, Christian buru-buru meminggirkan mobilnya serta keluar untuk menghampiri keramaian yang terjadi di depan rumah bercat putih tersebut."Permisi, Tuan ada apa ini?" tanya Christian menghampiri dua pria yang berdiri bersisian di depan rumah Ara
Mendadak rasa berkecamuk di hatinya begitu pekat menyiksanya sampai ke tulang sehingga dalam hitungan detik lututnya tampak lemas lalu tanpa tendeng alih apa pun tubuhnya terhuyung hampir tersungkur jika saja Christian tak sigap menangkap ringkihnya tubuh tersebut."Arabelle!" pekik Christian memapah wanita itu dalam rangkulannya.Wanita itu menoleh dengan mimik tercengang bertanya walau bibir itu bergetar hebat. "Christian apa kau sudah melihat ini?" tanyanya.Christian mengangguk pelan dengan alis mengkerut ia menjawab, "Aku datang tepat saat mereka sedang memasangnya. Maaf aku tak memiliki hak untuk mencegah mereka. Namun, aku akan membantumu jika .... Arabelle!" pekik lagi Christian saat wanita dalam rengkuhannya itu terkulai pingsan."Ara!" seru Chloe dan Kim bersamaan."Chloe, aku akan membawanya ke rumah sakit. Kau ingin ikut atau ....""Kami ikut!" seru Kim memotong."Kim, tidak! Kondisimu juga masih lemah kau akan kutitipkan pada ibuku.""Tapi, Chloe. Dia kakakku dan aku sala
Arabelle memasuki rumahnya yang kini telah terpampang tulisan rumah telah disita. Jangan tanyakan bagaimana ia masuk saat ini karena pintu depannya sudah dikunci menggunakan rantai dan gembok. Namun, Ara dan Kim dulu memiliki cara lain untuk masuk melalui jalan rahasia ia mampu menyelinap masuk dan nyatanya cara tersebut masih berguna untuknya melewati pohon berdaun lebat di halaman samping antara rumahnya dengan tetangga yang menembus mencapai pintu ruang kayu tua di belakang rumah. Pintu tersebut adalah ruang mencuci bawah tanah. Setelah berusaha membuka pintu dengan gagang berkarat itu, dirinya memasuki dan menyusuri ruang mencuci. Keadaan di dalam tampak rapi dan bersih karena ia selalu merawatnya lalu dari ruang bawah tanah itu ia kembali menaiki tangga sebagai akses masuk ke rumah."Wow!" seru Christian berdecak kagum. Pria itu memaksa ikut untuk menemani Arabelle. Christian jugalah yang membantu wanita tersebut menarik pintu bawah tanah tadi yang dalam posisi di bawah pijakan k
"Hei aku hanya bergurau. Sungguh ini cukup menghiburku disaat aku harusnya merasa pusing memikirkan semua masalahku, tapi tenang saja aku tetap percaya Christoph memang putramu. Terlihat jelas dari warna mata kalian," tutur Arabelle berusaha menjelaskan.Namun, bukan itu yang membuat Christian merasa garing dengan gurauan Arabelle. "Hm, bukan itu yang membuatku tak tertawa sepertimu. Akan tetapi, aku merasa ucapanmu tadi seolah kau lebih mengenal Leon dibandingkan aku. Kau tak begitu banyak berinteraksi dengan adikku sepanjang yang aku tahu. Jadi aku merasa—""Oh, itu mungkin karena Christoph sering bercerita melakukan banyak hal dengan Leon," sela Arabelle berharap Christian mengganti kerutan di keningnya yang tampak tengah menyelidik. "Jadi kurasa sama halnya denganmu. Bukankah saat awal ketika kita baru bertemu kau merasa sudah sejak lama mengenalku. Mungkin karena Christoph sering menceritakan banyak hal saat kegiatannya di sekolah denganku." Arabelle telah belajar banyak untuk me
Tatapan tulus Christian selalu saja sama begitu menenangkan sekaligus meneduhkan dan sanggup membuatku merasa nyaman, batin Arabelle mengusap air bening di pipinya lalu meraih tangan Christian yang berada di sana tengah menangkup sambil mengusap menggunakan ibu jarinya."Be strong, Arabelle. I know you can do it," bisik Christian mendekatkan wajahnya dan mengecup kening Arabelle."Terima kasih mau menemani dan menguatkanku," bisik Arabelle membalas."Anything for you," ujarnya dalam masih dengan wajah berhadap-hadapan Christian mendekatkan bibirnya menemui bibir Arabelle.Mengecup saat menerima sambutan lalu menyelipkan jemarinya ketika pagutannya mendapat balasan, Christian menekan tengkuk Arabelle merapatkan tubuh mereka dengan tangan kosong yang kini melingkari pinggang wanita tersebut. Arabelle terangkat naik ke pangkuan berkat dorongan dari Christian yang kini sepenuhnya memeluk tubuhnya juga tangan Arabelle pun mulai melingkari leher Christian menyambut tiap gerakan untuk semaki