Share

Baru Permulaan

Penulis: Anita
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-10 13:52:30

“Akira, datang ke ruangan saya sekarang juga,” titah Albert melalui telepon. Akira segera bangkit dan keluar dari ruangannya untuk memenuhi panggilan sang atasan. Entah apa yang akan Albert tugaskan lagi kali ini. Padahal setumpuk berkas yang dia berikan beberapa hari yang lalu juga belum selesai.

“Ada apa bapak memanggil saya ke mari?” tanya Akira setelah tiba di ruangan Albert.

“Tolong buatkan saya kopi,” perintah laki-laki itu dengan santainya bahkan tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop.

“Bapak menyuruh saya membuat kopi?” tanya Akira merasa heran. Dia berpikir pekerjaan itu bukanlah tugasnya. Lagi pula Albert bisa memanggil OB atau OG untuk hal itu.

“Apa perintah saya kurang jelas? Apa kamu tidak bisa membuat secangkir kopi?” ujar Albert tak bersahabat membuat Akira mengurungkan niat untuk berkomentar. Protesnya hanya ia simpan dalam hati.

“Bisa, Pak. Saya akan membuatnya sekarang juga,” jawab Akira singkat dan langsung berlalu menuju dapur.

Sembari menyeduh kopi, Akira memikirkan tentang sikap Albert yang menyebalkan. Atasannya itu seperti sengaja memberinya banyak beban pekerjaan. Meski begitu Akira tidak bisa membantah karena masih membutuhkan pekerjaan itu. Setelah kopi siap, Akira mengantarnya ke ruangan Albert.

“Rasanya tidak begitu buruk. Masih bisa diminum,” komentar Albert tentang rasa kopi buatan Akira. Akira hanya mengumpat dalam hati. Menyebut Albert sebagai laki-laki tidak tahu terima kasih.

Saat hendak keluar dari ruangan, Albert kembali mencegah Akira. Dia meminta Akira untuk pergi ke tempat foto copy dan menggandakan beberapa berkas. Laki-laki itu mengatakan bahwa mesin foto copy di kantor sedang rusak sehingga Akira harus pergi keluar. Padahal sebenarnya Albert sudah berniat untuk mengerjai Akira.

Akira pergi mencari tempat foto copy terdekat dengan beberapa berkas di tangan. Dia bahkan masih harus mengantre di sana. Namun dia merasa Albert memang tidak bisa menghargai usaha orang lain. Setelah menyerahkan berkas hasil foto copy itu kembali, Albert justru mengatakan dia salah memberikan berkas yang harus digandakan. Akibatnya Akira harus kembali ke tempat foto copy.

Begitu sampai hati Albert membuat Akira harus bolak-balik sebanyak tiga kali ke tempat foto copy. Bahkan Akira harus naik turun lantai sepuluh tempat ruangan Albert berada. Setelah gadis itu tampak kelelahan dengan napas yang tidak teratur, barulah Albert menyuruh Akira kembali ke ruangannya.

“Ini baru permulaan, Akira. Aku akan terus membuatmu merasa tersiksa,” gumam Albert setelah gadis itu pergi.

Sementara Akira kembali ke ruangannya dengan napas terengah. Butiran keringat juga menitik di dahinya. Levin melongo memperhatikan penampilan Akira yang sedikit berantakan. Akira bahkan melepaskan sepatu hak tinggi yang ia kenakan. Kakinya terasa pegal setelah berjalan ke sana ke mari menggunakan sepatu yang ujungnya lancip itu.

“Apa yang terjadi padamu, Akira?” tanya Levin.

“Pak Albert memerintahkan aku untuk menggandakan beberapa berkas ke tempat foto copy. Aku harus bolak-balik ke sana dengan berjalan kaki,” ungkap Akira meratapi perintah sang atasan.

“Kenapa tidak menggunakan mesin foto copy di kantor saja?”

“Katanya mesin foto copy itu rusak jadi aku harus keluar,” jawab Akira sembari memijat kakinya. “Oh ya, apakah Pak Albert memang sering memberikan tugas yang tidak berhubungan dengan urusan kantor?” tanya Akira.

“Maksudnya?” tanya Levin tak mengerti.

“Iya seperti meminta dibuatkan kopi atau hal lainnya.”

“Akira, kamu itu seorang PA atau Personal Assistant. Tugas seorang PA adalah melakukan berbagai pekerjaan yang bersangkutan dengan urusan atasannya mulai dari yang bersifat pribadi hingga pekerjaan. Jadi sebenarnya tugasmu tidak hanya tentang urusan kantor,” jelas Levin.

“Apa? Termasuk urusan yang bersifat pribadi?” ujar Akira tercengang.

“Iya. Bukankah itu tertera dalam kontrak kerja yang sudah kamu tanda tangani. Aku pikir kamu sudah mengetahuinya.”

“Ceroboh sekali kau, Akira. Bisa-bisanya kamu tidak membaca kontrak itu dengan teliti. Kalau begini cara kerjanya, hanya tinggal menunggu waktu saja maka Pak Albert pasti akan memerintahkan sesuatu lebih aneh lagi,” gumam benak Akira menggerutu.

Meski begitu dia sudah terikat kontrak dan tidak bisa memutuskannya begitu saja. Akira kemudian mengatur napas sejenak untuk relaksasi agar lebih tenang menyikapi kenyataan. Sebelum akhirnya dia kembali berkutat dengan berkas yang harus diselesaikan.

Di balik semua itu, Akira cukup bersyukur karena ditempatkan satu ruangan dengan Levin. Laki-laki itu begitu ramah dan baik. Saat Akira bertanya tentang apa yang tidak dia pahami, maka Levin akan menjelaskannya dengan telaten. Setidaknya kehadiran Levin membuat Akira merasa pekerjaannya lebih mudah dilalui.

Saat mereka berdua sedang  sibuk dengan pekerjaan masing-masing, pintu ruangan tiba-tiba terbuka dan menampilkan sosok Albert. Dia datang untuk menemui Levin dan membicarakan sesuatu perihal bisnis. Akira yang tidak mau terlalu ikut campur lebih memilih fokus pada pekerjaannya sendiri.

“Hei, Akira. Apa yang kau lakukan ini?” ujar Albert tiba-tiba mengagetkan gadis itu. Dia tidak mengerti apa yang Albert maksudkan.

“Ada apa, Pak?” tanyanya.

“Kemarilah dan berdiri di hadapanku,” titah Albert yang langsung dipatuhi. Akira berdiri tak nyaman berhadapan dengan Albert.

“Kau masih bertanya ada apa? Coba perhatikan penampilanmu sendiri,” kata Albert membuat Akira meneliti dirinya dari ujung kaki. Dia memang belum memakai kembali sepatu hak tingginya. Pasti itu yang sedang dipermasalahkan oleh Albert.

“Semua karyawan di kantor ini terikat aturan untuk selalu mengedepankan profesionalisme dalam bekerja. Termasuk dalam hal menjaga penampilan. Kamu memiliki jabatan yang cukup diperhitungkan sebagai asistenku. Coba kamu pikirkan apa yang akan dikatakan orang-orang jika mengetahui asisten CEO perusahaan ini penampilannya berantakan,” kata Albert memberi peringatan.

“Maaf, Pak. Lain kali saya tidak akan mengulanginya,” jawab Akira dengan tertunduk lemah. Albert bahkan memarahinya di depan Levin.

“Ya sudah. Sekarang kamu pergi ke toilet dan benahi penampilanmu itu,” perintah Albert dengan tegas.

Akira pun berlalu dari hadapan Albert dan mengambil sepatu di bawah kursinya. Gadis itu kemudian keluar ruangan untuk melakukan seperti apa yang sudah diperintahkan. Setelah kepergian Akira, Levin justru tertawa menyaksikan sikap yang ditunjukkan Albert.

“Kenapa kamu tertawa?” tanya Albert heran.

“Kamu memberinya peringatan tentang profesionalisme bekerja. Tapi kau sendiri mempekerjakan dia di kantor ini karena alasan pribadi. Itu sesuatu yang sangat bertolak belakang, kawan” komentar Levin sedang tidak memposisikan dirinya sebagai sekretaris melainkan sebagai seorang teman.

“Memangnya kenapa? Sebagai pimpinan perusahaan apa aku tidak bisa melakukan hal itu? Semua keputusan berada di tanganku bukan? Lagi pula aku hanya melakukannya sekali ini,” bela Albert.

“Ya aku tahu. Tapi wibawamu akan hancur jika sampai orang lain tahu.”

“Dan jika sampai ada orang lain yang tahu, itu berarti kamu saja yang tidak bisa menjaga bicaramu. Hanya kita berdua yang mengetahui tentang semua ini,” sindir Albert.

“Tenang saja, Pak Bos. Kamu tidak perlu meragukan kesetiaanku baik sebagai seorang teman maupun sekretaris,” jawab Levin sembari mengangkat sebelah alis. Albert tidak pernah meragukan kepercayaannya pada Levin.

“Tapi ngomong-ngomong, apa menurutmu Akira itu cantik? Aku penasaran apa yang ada di pikiranmu ketika berhadapan dengannya kembali setelah kejadian malam itu. Kamu pasti masih mengingat segalanya bukan?” imbuh Levin sembari terkekeh menggoda dengan sengaja.

“Diam kau!” ujar Albert yang kemudian keluar dari ruangan Levin.

Bab terkait

  • Terjebak Skandal CEO   Jatuh Pingsan

    Bekerja sebagai personal assistant bagi seorang Albert Kenzi ternyata cukup membuat Akira harus menyediakan kesabaran berlapis-lapis. Tak jarang sikap atasannya itu terasa sangat menyebalkan. Terkadang Akira curiga bahwa Albert sengaja memerintahkan hal-hal aneh untuk mengerjai dirinya.Hari itu Albert memerintahkan Akira ikut bersamanya untuk meninjau pembangunan proyek. Mereka hanya pergi berdua tanpa Levin. Albert memerintahkan Levin tetap di kantor untuk mengerjakan tugas lain. Dia hanya mengajak serta seorang sopir.Tak butuh waktu lama untuk sampai di lokasi itu. Sebelum benar-benar memasuki area pembangunan, Albert dan Akira mengenakan pakaian khusus untuk keselamatan kerja. Akira menemani Albert berkeliling melihat proses pembangunan gedung. Perempuan itu bahkan juga membuntuti dan menjadi pendengar setia ketika Albert asik berbicara dengan sang arsitek.Cuaca hari itu cukup terik. Akira merasa kepanasan. Apalagi di sebuah tanah lapang dengan bangunan yang belum beratap membua

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • Terjebak Skandal CEO   Benih dalam Rahim

    Rasanya ingin berteriak sekeras mungkin. Bagaimana Akira tak terpukul dengan fakta kehamilan itu sedangkan dirinya bahkan tidak tahu siapa ayah dari anak yang sedang dikandungnya. Dia merasa begitu bodoh karena tidak mengetahui laki-laki mana yang sudah merenggut hal paling berharga dari dirinya.Akira merasa tak berdaya dan hanya menangis sebagai pelampiasan perasaannya. Dia tidak peduli lagi sekalipun masih ada Albert di hadapannya. Akira tidak peduli jika Albert memperhatikan kondisinya sekarang.Tidak ada seorang pun yang bisa mengerti apa yang sedang dia rasakan dalam hati. Amarah dan kebencian yang justru tertuju pada diri sendiri. Dia merasa gagal menjaga diri.Sekarang Akira merasa tak punya gambaran masa depan. Hidupnya sudah benar-benar hancur. Impiannya sudah rata dengan tanah. Dia tidak tahu bagaimana akan melanjutkan hidup.Mungkinkah takdir menginginkannya menjadi seorang ibu dari anak tanpa ayah, menanggung kehamilan tanpa suami dan membesarkan anaknya sebagai seorang s

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • Terjebak Skandal CEO   Kebencian

    Akira berjalan dengan langkah gontai memasuki rumah. Dia masih begitu terpukul dengan kenyataan bahwa dirinya kini sedang mengandung. Seandainya dia tahu siapa yang telah menghamilinya, mungkin dia masih bisa berusaha meminta pertanggung jawaban. Tapi hal itu adalah pilihan yang tidak pernah dia miliki.Kedatangan Akira tak lepas dari pengetahuan Sofia. Ibu itu merasa penasaran karena putrinya kembali ke rumah saat masih jam kerja.“Kamu sudah pulang, Sayang?” tanya Sofia sontak mengalihkan perhatian Akira. Dia tampak gelagapan harus menghadapi ibunya dalam kondisi seperti itu.“Iya, Ma. Akira pulang lebih cepat,” jawabnya singkat. Berharap sang ibu tidak menaruh kecurigaan apa pun. Dia harus berbohong dan mencari alasan karena tidak siap untuk memberitahu ibunya tentang apa yang sebenarnya ia alami.“Tapi kenapa? Kamu sakit?” tanya Sofia sembari memegangi kedua pipi putrinya. Meneliti wajah Akira yang terlihat kusut.“Hanya sedikit tidak enak badan, Ma. Tidak perlu khawatir. Atasanku

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • Terjebak Skandal CEO   Menunjukkan Perhatian

    Akira mendapatkan jatah libur dan beristirahat di rumah selama tiga hari. Tapi nyatanya selama itu pula ia merasa tubuhnya semakin tidak nyaman saja. Gejala-gejala yang biasa terjadi pada ibu hamil muda semakin terasa.Akira sering mual dan pusing di pagi hari. Ia juga merasa tubuhnya mudah lelah jika melakukan banyak aktivitas. Sofia pun ikut merasa heran saat beberapa kali mendapati Akira sedang mual-mual. Ibu itu menjadi khawatir dengan kesehatan putrinya.“Apa tidak sebaiknya kita ke dokter saja, Sayang?” ujar Sofia pada suatu ketika sontak membuat Akira terlonjak kaget.“Buat apa, Ma? Itu tidak perlu,” tolak Akira dengan halus.“Tentu saja untuk memeriksakan kondisi kesehatanmu. Kamu bahkan sudah libur bekerja dan beristirahat di rumah tapi sepertinya justru semakin parah. Kamu juga sering mual akhir-akhir ini. Mungkin asam lambungnya naik.”“Tidak, Ma. Akira tidak mau ke dokter. Akira baik-baik saja. Besok aku akan kembali bekerja,” ujar Akira meyakinkan ibunya.Akira sengaja me

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • Terjebak Skandal CEO   Kecurigaan

    “Ingat apa yang dikatakan dokter tadi. Kamu harus lebih hati-hati dalam menjaga kesehatanmu. Jaga pola makan dan istirahat yang cukup,” ujar Albert saat mereka sudah keluar dari ruangan Dokter Mega. Dia memberikan wejangan dengan mengulang penjelasan dokter. Akira hanya menanggapinya dengan diam.Mereka kemudian berjalan menuju mobil. Albert mengemudikan sendiri mobil itu dan menyuruh Akira untuk duduk di kursi depan bersebelahan dengannya. Mobil melaju dan membelah jalanan menuju arah kantor.Di tengah perjalanan, Albert tiba-tiba menghentikan mobilnya. Akira kebingungan saat Albert mengajaknya turun di depan sebuah toko sepatu. Tak menunggu waktu lama, Albert langsung menarik Akira untuk masuk ke dalam.Albert berkeliling melihat deretan sepatu wanita. Sementara Akira masih tak mengerti apa-apa. Laki-laki itu kemudian memilih sebuah flat shoes dan meminta Akira mencobanya.“Bapak ingin membeli sepatu untuk siapa?” tanya Akira sudah tak dapat menahan rasa ingin tahunya.“Memangnya ak

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • Terjebak Skandal CEO   Gosip

    Stevia benar-benar melakukan aksinya. Diam-diam dia mulai sering memperhatikan Akira. Setelah artikel kehamilan, hal yang menguatkan dugaan Stevia adalah saat dia menyadari Akira selalu memakai flat shoes setiap kali masuk kerja. Padahal di awal-awal dulu, ia sempat melihat gadis itu memakai sepatu hak tinggi. Lagi pula Albert sendiri memang memberlakukan aturan bahwa setiap karyawan harus selalu menjaga penampilan.Tidak hanya itu, Stevia beberapa kali juga mendapati Akira sedang mual-mual dan muntah di toilet. Stevia tidak bisa menahan diri lagi. Akhirnya pada suatu ketika dia menceritakan hal itu pada teman karyawannya yang bernama Kania.“Kamu tahu Akira bukan?” ujar Stevia.“Akira yang menjadi asisten Pak Albert itu?” tanya Kania memastikan. Saat itu mereka berdua sedang berjalan di lorong kantor.“Iya. Akira yang itu.”“Aku pernah melihatnya beberapa kali. Memangnya kenapa?”“Sebenarnya aku mencurigai sesuatu tentang dia,” gumam Stevia.“Curiga bagaimana?” tanya Kania mulai ikut

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-05
  • Terjebak Skandal CEO   Bermuka Dua

    Beberapa hari terakhir suasana kantor terasa cukup memanas. Para karyawan sudah berkerumun dan mulai berbincang-bincang tentang kabar yang sedang terendus. Isu yang disebarkan oleh Stevia sudah menarik banyak perhatian dari karyawan baik laki-laki maupun perempuan.Sudah beberapa hari belakangan itu Akira mendapatkan tatapan aneh dan bisikan-bisikan tidak nyaman tentang dirinya. Akira belum tahu pasti bahwa orang-orang itu sedang membicarakan tentang kehamilannya. Hanya saja tatapan-tatapan mengintimidasi itu cukup membuatnya salah tingkah.Pagi itu Akira justru dihadapkan pada permasalahan yang lebih besar. Stevia mulai berulah dan melancarkan aksinya. Akira datang lebih siang dari biasanya karena dirinya masih mengalami morning sickness yang cukup parah.Saat Akira menginjakkan kaki di pintu utama kantor, Stevia langsung menghadangnya. Akira yang terkejut tak sempat bertanya apa pun karena Stevia langsung menarik tangan gadis itu agar ikut bersamanya. Stevia menempatkan Akira di dep

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-05
  • Terjebak Skandal CEO   Mempertanyakan Sang Atasan

    “Maaf, Pak. Tapi harga diri saya akan semakin habis jika saya masih melanjutkan pekerjaan ini. Saya permisi,” ujar Akira menolak ajakan Albert. Gadis itu langsung berlari keluar dari kantor.“Tunggu, Akira,” panggil Albert yang tak dihiraukan oleh Akira.Akira terus berjalan membawanya lukanya seorang diri. Tak peduli meski Albert terus memanggilnya beberapa kali. Dia tidak bisa berada lebih lama di tempat itu. Apa yang terjadi padanya hari itu sungguh memalukan.Dia merutuki nasibnya yang begitu buruk. Deretan peristiwa itu pun terbayang satu persatu. Kesuciannya direnggut secara paksa, hubungan percintaannya yang berakhir dengan Daffa, mengandung janin tanpa tahu siapa ayahnya, dan kini juga dipermalukan di tempatnya bekerja.Akira sadar suatu saat kejadian itu pasti dia alami. Sekuat apa pun dia berusaha menyimpan aib itu pasti akan terbuka juga. Kenyataannya pun begitu. Kebohongannya sudah terkuak tanpa menunggu perutnya membesar dulu.Akira menangis. Sekarang gadis itu merasa sen

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-05

Bab terbaru

  • Terjebak Skandal CEO   Kecemasan

    “Kenapa kamu melakukan ini, Akira?” tanya Albert tampak berat hati untuk menuruti. Permintaan Akira membuat Albert tidak percaya. “Kamu sudah menjadi seorang ayah. Bagaimana bisa aku membiarkan suamiku tidak merasakan kasih sayang seorang ayah? Aku ingin kita menata hidup kita lagi dengan semua hubungan yang lebih baik. Ayo kita benar-benar mulai semuanya dari awal, Al. Lagi pula aku sudah tidak punya ayah. Kalau kamu mau mengakui Pak Adrian sebagai ayahmu, maka aku akan mendapatkan sosok ayah juga walau hanya ayah mertua,” ungkap Akira dengan mata berkaca-kaca dan menatap Adrian pada kalimat terakhirnya. Adrian terharu mendengar ucapan Akira. Dia bahkan langsung merangkul istri putranya itu dengan erat. Tanpa ragu Adrian mengatakan bahwa dia akan menganggap Akira sebagai putrinya sendiri. Perlahan suasana haru semakin meliputi ruang kerja Adrian. Meski sempat ragu-ragu tapi akhirnya Albert pun mengikuti jejak Akira. Dia meminta maaf pada Adrian atas semua sikapnya yang tidak menyen

  • Terjebak Skandal CEO   Permintaan Akira

    Pagi-pagi sekali Albert sudah bersiap dengan rapi. Akira bahkan turut membantunya dengan senang hati. Perempuan itu memakaikan dasi di leher sang suami. Kini hubungan keduanya jauh lebih membaik.Mereka sepakat untuk memberikan kesempatan pada hubungan mereka. Bahkan mereka mulai menunjukkan perhatian satu sama lain seperti yang dilakukan Akira pagi itu. Sementara Albert hanya terus tersenyum dan memandang lekat wajah istrinya hingga Akira salah tingkah.“Jangan menatapku seperti itu,” tegur Akira tersipu malu.“Apa tidak boleh menatap istri sendiri?” tanya Albert.“Bukan tidak boleh. Aku khawatir saja kalau kamu terus memandangiku bisa berbahaya.”“Memangnya kenapa?” tanya Albert sembari mengerutkan kening. Dia kebingungan dengan maksud perkataan istrinya.“Kalau kamu terus menatapku, kamu bisa terpesona dan tidak jadi pergi ke kantor nanti,” jawab Akira justru menggoda.Albert memutar bola mata malas sementara Akira hanya tertawa melihat ekspresi suaminya. Sesaat kemudian Albert lan

  • Terjebak Skandal CEO   Sebuah Ketulusan

    Kabar kembalinya Akira tidak luput dari pantauan Erna. Seorang ibu yang menyimpan dendam terhadap anak tirinya itu tak mau menunda waktu untuk melakukan pembalasan. Erna sudah bersiap untuk melaporkan Akira ke polisi dan menyerahkan bukti rekaman yang dia miliki.Namun kehendak itu tak sampai terjadi karena rencananya kurang rapi. Albert yang cerdik sudah lebih dulu mengendus niat jahat Erna pada Akira. Selama ini diam-diam Albert memang memata-matai gerak-gerik Erna.Dia sadar ibu itu pasti merasa sakit hati karena Albert menjebloskan putranya ke penjara. Albert selalu waspada untuk mencegah pembalasan dari Erna.“Sialan! Bagaimana bisa Erna mempunyai bukti rekaman tentang perbuatan Akira?” ujar Albert merasa kesal setelah mendapat laporan dari orang suruhannya.“Saya kurang tahu, Bos. Tapi dia berencana untuk melaporkan Nona Akira dengan bukti yang dia miliki. Dia ingin balas dendam pada bos lewat Nona Akira.”“Kurang ajar!” umpat Albert.“Apa mungkin ini ulah Adrian? Mungkin saja A

  • Terjebak Skandal CEO   Benci dan Cinta

    “Apa yang kalian lakukan pada istriku hingga dia menjadi seperti ini?” tanya Albert geram. Anak buahnya memang sudah berhasil membawa istri dan anaknya kembali ke rumah. Namun Albert tampak marah karena Akira dibawa dalam keadaan pingsan.“Maaf, Bos. Kami terpaksa membius Nona Akira,” jawab salah seorang anak buahnya.“Dasar bodoh!” umpat Albert. “Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada istriku karena perbuatan kalian?”“Kami tidak punya pilihan lain, Bos. Nona Akira terus memberontak. Apalagi kami harus menempuh perjalanan dari luar negeri. Kalau pun kami memintanya ikut secara baik-baik atas permintaan Tuan Albert, apa nona akan mau ikut bersama kami begitu saja? Jadi kami terpaksa menculiknya,” bela salah seorang lainnya.“Bos juga meminta kami membawanya kembali dengan cara apa pun,” imbuhnya seolah tak mau disalahkan.“Terserah kalian saja. Lebih baik aku segera menghubungi dokter sekarang juga. Silahkan kalian keluar dari sini,” ucap Albert kesal.Dua lelaki berbadan kekar itu pun

  • Terjebak Skandal CEO   Penculikan

    Pagi-pagi sekali Albert sudah berpenampilan rapi. Dia sudah siap untuk mengambil alih posisinya kembali. Ia merasa kondisinya sudah cukup membaik dan bisa mulai bekerja.Pikirannya juga sudah lebih tenang karena sudah mendapatkan kepastikan terkait keberadaan Akira. Dia hanya perlu menunggu hasil kerja anak buahnya. Dia terus memantau dari jauh dan meminta laporan dari mereka.“Kamu yakin sudah bisa masuk kantor, Al?” tanya Sofia saat melihat menantunya keluar dengan pakaian rapi.“Iya, Ma. Aku sudah beristirahat cukup lama. Aku tidak tahu bagaimana kondisi perusahaan sekarang,” jawab Albert. Dia sadar kini dia bahkan tidak punya kaki tangan yang bisa dipercaya dalam urusan pekerjaan seperti Levin dulu. Dia harus mengurus semuanya sendiri.“Baiklah kalau begitu. Tapi jangan terlalu kelelahan ya. Sekarang kamu harus sarapan dulu sebelum berangkat,” pinta Sofia yang mulai menyiapkan porsi makanan untuk menantunya. Albert benar-benar bahagia dilimpahi kasih sayang seperti itu. Rasanya ta

  • Terjebak Skandal CEO   Kabar dari Dannish

    Sebuah pelukan menandai perpisahan. Hari itu Akira mengantar Dannish ke bandara. Dannish akan pulang ke Indonesia.Sesungguhnya laki-laki itu tidak tega meninggalkan Akira hanya berdua dengan Elza di sana. Tapi Akira tetap memaksanya agar pulang demi Maria. Apalagi setelah kejadian pernyataan perasaan yang dilakukan Dannish.Akira merasa sungkan untuk terus melibatkan laki-laki itu lebih jauh dalam masalah kehidupannya. Apalagi Akira juga tidak bisa membalas perasaan yang sama pada Dannish. Akira menolak cinta Dannish.Meski sedikit kecewa, Dannish tetap bersikap bijaksana. Dia mengatakan bahwa pertemanan mereka tidak akan berubah hanya karena hal itu. Dia masih selalu siap menjadi orang terdepan untuk membantu Akira.“Aku ucapkan terima kasih atas semua kebaikanmu. Aku tidak bisa membalasnya. Kamu bahkan meninggalkan pekerjaan dan keluargamu demi mengikuti aku ke sini. Tapi aku dan Elza bisa menjaga diri sendiri. Lebih baik kamu pulang agar Tante Maria tidak sendirian,” kata Akira.“

  • Terjebak Skandal CEO   Cinta Yang Tak Padam

    “Mama habis berbicara dengan siapa?” tegur Albert sempat mengejutkan Sofia yang baru saja berbicara dengan Akira di telefon. Hari itu Sofia memang sedang berada di rumah menantunya. Bahkan sejak Albert pulang dari rumah sakit, Sofia memutuskan untuk tinggal di sana dan merawatnya karena Albert masih dalam proses pemulihan dan tidak memiliki keluarga lain.Mendapat pertanyaan dari Albert membuat Sofia gugup. Sofia bingung harus memberitahu Albert tentang Akira yang menghubunginya atau tidak. Dia hanya diam. Tapi tak lama Albert sudah bisa menebak keanehan dari raut wajahnya yang tak biasa.“Kenapa tidak menjawab, Ma? Mama menelepon siapa?” tanya Albert mengulangi.“Sebenarnya tadi Akira menelepon mama,” jawab Sofia akhirnya mengakui.“Apa? Akira?” ujar Albert sedikit terkejut saat nama istrinya disebut.Pasalnya, sudah beberapa hari lamanya Albert mencoba menghubungi nomor Akira tapi tidak tersambung. Bahkan anak buah yang dia sebarkan juga belum mendapatkan banyak informasi mengenai k

  • Terjebak Skandal CEO   Menyatakan Perasaan

    Akira sedang termenung di balkon kamar lantai tiga pada sebuah apartemen. Dia memandangi jalanan yang ramai dipadati kendaraan lalu lalang. Tapi sebenarnya pikiran perempuan itu fokus tertuju pada keluarga dan segala permasalahan yang sudah ia tinggalkan.Akira sudah berada jauh di luar negeri. Dia bahkan sudah mendapatkan apartemen sebagai tempat tinggal. Dannish juga ikut andil dalam memudahkan urusan kepindahannya ke sana.Bahkan Dannish menyertai Akira dan putrinya ke sana. Walau dia mengatakan tidak bisa terus membersamai mereka terlalu lama. Dia harus kembali ke Indonesia karena Maria juga dia tinggalkan seorang diri.Meski sudah jauh meninggalkan kehidupan sebelumnya, nyatanya secara batin Akira tidak bisa benar-benar melepaskan diri dengan mudah dari permasalahan yang sedang ia hadapi. Kini ia merasa hanya menjadi seorang pengecut yang bersembunyi. Niatnya untuk memulai lembaran hidup baru ternyata tak semudah yang diucapkan.Setiap hari ingatan tentang Albert masih selalu mem

  • Terjebak Skandal CEO   Kedatangan Adrian

    Kabar penembakan Albert sangat mengejutkan banyak pihak. Para pekerja di rumah Albert langsung datang ke rumah sakit tempat majikannya dilarikan. Mereka sudah mendengar bahwa Akira lah yang sudah mencelakakan Albert. Sebelum mereka pergi ke rumah sakit, mereka juga sudah tidak menemukan Akira dan Elza di rumah.Kabar itu juga sampai ke telinga Sofia. Dia juga pergi ke rumah sakit dengan terburu-buru. Sofia sangat kecewa saat mendengar kejahatan yang sudah dilakukan oleh putrinya.Sofia merasa bertanggung jawab atas kondisi Albert. Apalagi dia tahu bahwa Albert tidak memiliki anggota keluarga lainnya. Sofia tak menyangka Akira bisa berbuat jahat pada orang lain.Sofia menunjukkan sikap tidak mendukung tindakan Akira dengan tetap menemani di sisi Albert. Dia mengabaikan kepeduliannya pada sang putri yang keberadaannya tidak diketahui. Sofia juga sudah mendengar bahwa Akira melarikan diri setelah peristiwa penembakan terjadi. Meski jujur dia mencemaskan cucunya yang juga dibawa kabur.Lu

DMCA.com Protection Status