Justin menyandarkan punggungnya seraya memejamkan mata lelah. Pikirannya terus memikirkan masalah yang hadir dalam hidupnya setelah mengenal Athena. Dia tidak pernah menyangka akan terjebak skandal dengan seorang artis di saat dia baru saja melamar Marinka, kekasihnya yang menamaninya sudah tujuh tahun lamanya. Hingga detik ini, Justin masih belum bisa menemukan orang yang memasukkan obat di minumannya, sampai mambuatnya lepas kendali dan berakhir tidur dengan Athena.Andai saja Justin sudah menemukan orang yang menjebaknya, sudah pasti dia akan menghancurkan orang itu dengan tangannya sendiri. Sejak awal, Justin selalu menghindar dekat dengan artis ataupun model. Mengingat dirinya adalah pemegang perusahaan perfilman milik Lucero Group, itu yang membuat Justin selalu berhati-hati. Selama ini, Justin tidak pernah mengkhianati Marink. Ada rasa bersalah dalam diri Justin yang telah melukai hati Marinka. Meski dia tidak sengaja, tapi tetap saja Justin merasa bersalah karena telah melukai
Athena mematut diri di cermin. Tubuhnya sudah terbalut dengan gaun berwarna gold dengan model bagian atas tali spaghetti, gaun yang kemarin dia pilih khusus hari ini. Gaun ini memperlihatkan lekuk tubuhnya yang begitu indah. Tidak lupa, dia memoles wajahnya dengan makeup yang sedikit tebal, namun tidak berlebihan. Dia juga memilih lipstik merah, untuk menyempurnakan penampilannya. “Sempurna,” ucap Athena penuh dengan percaya diri saat mematut diri di cermin. Mata hijau dan rambut warna cokelat milik Athena memang mampu menghipnotis orang yang melihatnya. Nyatanya, sejak dulu begitu banyak pria yang menginginkan dirinya. Namun, Athena tidak pernah berniat menjalin sebuah hubungan. Jika saat ini media memberitakan hubungannya dengan Justin, itu hanya karena sebuah keadaan yang membuat dirinya terjebak dalam situasi yang rumit. “Athena, kau sudah siap?” Julia yang berdiri di ambang pintu, dia menatap Athena yang sudah terbalut dengan gaun yang sangat indah. Senyum di bibir Julia teruki
Para wartawan terus memotret Justin dan Athena. Begitu pun dengan Julia yang sejak tadi mengambil video mereka. Wanita itu masih terdiam, dia belum sama sekali menjawab perkataan Justin. Sesaat mereka saling menatap satu sama lain. Terlihat tatapan Justin menuntut Athena agar cepat menjawabnya. Namun, Athena memilih untuk mengulur waktu. Nyatanya hingga detik ini dia masih bungkam. Athena memberikan tatapan lembut pada pria di hadapannya itu. “Justin, kau tahu? Dulu, aku menilaimu sebagai pria yang arrogant dan dingin. Beberapa kali, kau sering membuatku kesal dengan sifatmu. Tapi semua itu terbayarkan karena sikap manismu selama ini padaku. Aku jatuh hati pada sifatmu yang begitu mencintaiku. Sungguh, aku tidak pernah merasakan hal ini pada pria lain. Hanya kau satu-satunya pria yang membuatku jatuh cinta.” Semua orang yang ada di sana tampak begitu menunggu ucapan Athena. Julia yang megambil video, dia terlihat begitu terkejut. Dan Justin? Dialah orang yang paling terkejut mendeng
“Athena!” Suara teriakan Julia begitu kencang saat melihat Athena masuk ke dalam penthouse. Athena hanya melirik Julia sekilas, dia melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar. Julia mendengkus saat Athena mengabaikannya. Dia langsung mengentakkan kakinya, melangkah mengikuti Athena yang menuju kamar. “Athena, katakan padaku, sebenarnya apa rencanamu?” seru Julia kesal. Akibat Athena menerima lamaran Justin, dia mendapatkan banyak sekali telepon dari media yang mengundang Athena di acara talk show. Benar-benar, Athena membuat dirinya sakit kepala. “Bukannya selama ini kau yang memintaku memiliki hubungan dengan seorang pria?” Athena melepas heels-nya, lalu duduk di sofa. “Aku hanya mengikuti saranmu, Julia,” lanjutnya dengan santai seraya menyandarkan punggung di sofa. “Astaga, Athena! Sebenarnya apa yang kau pikirkan?!” seru Julia yang begitu frustrasi. Dia langsung menjatuhkan tubuhnya—duduk tepat di samping Athena. “Aku memang menyarankanmu menjalin hubungan dengan pria, tapi t
Justin melonggarkan dasi yang melingkar di leher kemejanya. Pikirannya kini tidak bisa berpikir jernih. Terlebih melihat berita pagi ini, di mana berita dirinya melamar Athena. Banyak media yang hingga detik ini masih menginginkan dirinya memberikan keterangan.Semua rencananya berantakan karena Athena Morris yang telah mengacaukan apa yang telah dia rencanakan sejak awal. Sungguh, detik ini Justin ingin sekali segera menemukan seseorang yang memasukkan obat ke minumannya. Jika saja dia menemukan orang itu, sudah pasti dia akan melenyapkannya dengan tangannya sendiri. Suara dering ponsel terdengar, Justin mengalihkan padangannya. Dia melirik sesaat layar ponselnya yang tertera nomor telepon Marinka. Sejak kemarin Justin menghindari telepon dari Marinka. Bukan tidak ingin menjawab, hanya saja dia tahu kekasihnya itu akan mencercanya dengan ribuan pertanyaan karena pemberitaan di media. Dering ponsel kembali terdengar, Justin membuang napas kasar. Dengan terpaksa dia mengambil ponselny
Justin menyandarkan punggungnya di kursi, mengetuk pelan mejanya dengan jemari tangannya. Pria tampan itu tak mengira adiknya akan datang ke New York, tanpa sama sekali memberi tahunya.Nathan Afford—adik kedua Justin—yang cukup lama tinggal di Madrid, sekarang berada di hadapannya. Nathan sudah cukup lama meninggalkan New York dan menetap di Madrid mengurus salah satu perusahaan milik Lucero Group yang ada di sana. Sebelumnya, Justin sudah menduga, salah satu alasan Nathan kembali ke New York tentu bukan seratus persen ingin belajar tentang perusahaan perfilman yang dia pegang, melainkan karena permintaan Bianca—ibu mereka.“Kenapa kau memutuskan kembali? Terakhir kau mengatakan padaku ingin tinggal lama di Madrid.” Justin menatap sang adik. Nathan menggerak-gerakkan gelas di tangannya. “Aku ingin belajar tentang perusahaan perfilman yang kau pegang. Selain itu, Mommy memintaku segera kembali ke sini.” “Sekarang apa yang ingin kau pelajari tentang perusahaan perfilman?”“Sebelum a
Athena merenggangkan lehernya, dia melangkah masuk ke dalam ruang istirahat. Setelah hampir lima jam menyelesaikan syuting, tubuhnya begitu lelah. Julia yang melihat Athena baru saja menyelesaikan scene terakhirnya, dia mengantarkan orange juice pada Athena. “Athena, besok syuting libur. Apa kau memiliki rencana?” tanya Julia sambil menatap Athena yang berada di hadapannya.“Aku ingin bertemu Justin.” Athena menyesap perlahan orange juice yang baru saja diantarkan Julia. Lantas, dia duduk di sofa dengan menyandarkan punggungnya di sofa empuk yang ada di ruang istirahat.“Kau ingin bertemu Justin?” Kening Julia berkerut, dia menjatuhkan tubuhnya duduk di samping Athena. “Untuk apa kau bertemu Justin?” “Membicarakan pernikahan,” jawab Athena datar. Dia meletakkan gelas yang dia pegang itu ke atas meja. “Banyak hal yang harus aku bicarakan pada pria sialan itu. Jika boleh memilih, aku juga tidak ingin bertemu dengannya. Aku berharap dia lenyap dari muka bumi ini.” Julia mendengkus. “K
“Ada apa kau datang ke sini?” Athena melangkah masuk ke dalam ruang tamu. Dia menatap Justin yang berdiri di hadapannya. Sesaat mereka saling menatap dingin satu sama lain.“Setelah kau membuat kekacauan dengan menerima lamaran sialan itu, sekarang kau masih bertanya kenapa aku datang menemuimu?” seru Justin sarkas. Tatapannya menghunus tajam pada Athena. “Aku rasa, kau bisa menggunakan dengan baik otakmu itu. Untuk apa aku ke sini kalau bukan untuk membicarakan kekacauan yang kau buat!” Athena mengedikkan bahunya acuh, dia memilih duduk di sofa yang tidak jauh darinya seraya menyilangkan kaki dengan anggun. “Rencananya besok aku akan menemuimu, tapi kau sudah lebih dulu datang ke rumahku. Itu jauh lebih baik. Sekarang mulailah bicara, rencana apa yang akan kau sarankan menyelesaikan kekacauan ini? Jika kau masih memintaku meninggalkan kota ini, lebih baik kau angkat kaki dari rumahku. Kau membuang waktumu, karena kau sudah tahu jawabannya.” Justin tersenyum sinis, dia duduk tepat d