Athena mematut diri di cermin. Tubuhnya sudah terbalut dengan gaun berwarna gold dengan model bagian atas tali spaghetti, gaun yang kemarin dia pilih khusus hari ini. Gaun ini memperlihatkan lekuk tubuhnya yang begitu indah. Tidak lupa, dia memoles wajahnya dengan makeup yang sedikit tebal, namun tidak berlebihan. Dia juga memilih lipstik merah, untuk menyempurnakan penampilannya. “Sempurna,” ucap Athena penuh dengan percaya diri saat mematut diri di cermin. Mata hijau dan rambut warna cokelat milik Athena memang mampu menghipnotis orang yang melihatnya. Nyatanya, sejak dulu begitu banyak pria yang menginginkan dirinya. Namun, Athena tidak pernah berniat menjalin sebuah hubungan. Jika saat ini media memberitakan hubungannya dengan Justin, itu hanya karena sebuah keadaan yang membuat dirinya terjebak dalam situasi yang rumit. “Athena, kau sudah siap?” Julia yang berdiri di ambang pintu, dia menatap Athena yang sudah terbalut dengan gaun yang sangat indah. Senyum di bibir Julia teruki
Para wartawan terus memotret Justin dan Athena. Begitu pun dengan Julia yang sejak tadi mengambil video mereka. Wanita itu masih terdiam, dia belum sama sekali menjawab perkataan Justin. Sesaat mereka saling menatap satu sama lain. Terlihat tatapan Justin menuntut Athena agar cepat menjawabnya. Namun, Athena memilih untuk mengulur waktu. Nyatanya hingga detik ini dia masih bungkam. Athena memberikan tatapan lembut pada pria di hadapannya itu. “Justin, kau tahu? Dulu, aku menilaimu sebagai pria yang arrogant dan dingin. Beberapa kali, kau sering membuatku kesal dengan sifatmu. Tapi semua itu terbayarkan karena sikap manismu selama ini padaku. Aku jatuh hati pada sifatmu yang begitu mencintaiku. Sungguh, aku tidak pernah merasakan hal ini pada pria lain. Hanya kau satu-satunya pria yang membuatku jatuh cinta.” Semua orang yang ada di sana tampak begitu menunggu ucapan Athena. Julia yang megambil video, dia terlihat begitu terkejut. Dan Justin? Dialah orang yang paling terkejut mendeng
“Athena!” Suara teriakan Julia begitu kencang saat melihat Athena masuk ke dalam penthouse. Athena hanya melirik Julia sekilas, dia melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar. Julia mendengkus saat Athena mengabaikannya. Dia langsung mengentakkan kakinya, melangkah mengikuti Athena yang menuju kamar. “Athena, katakan padaku, sebenarnya apa rencanamu?” seru Julia kesal. Akibat Athena menerima lamaran Justin, dia mendapatkan banyak sekali telepon dari media yang mengundang Athena di acara talk show. Benar-benar, Athena membuat dirinya sakit kepala. “Bukannya selama ini kau yang memintaku memiliki hubungan dengan seorang pria?” Athena melepas heels-nya, lalu duduk di sofa. “Aku hanya mengikuti saranmu, Julia,” lanjutnya dengan santai seraya menyandarkan punggung di sofa. “Astaga, Athena! Sebenarnya apa yang kau pikirkan?!” seru Julia yang begitu frustrasi. Dia langsung menjatuhkan tubuhnya—duduk tepat di samping Athena. “Aku memang menyarankanmu menjalin hubungan dengan pria, tapi t
Justin melonggarkan dasi yang melingkar di leher kemejanya. Pikirannya kini tidak bisa berpikir jernih. Terlebih melihat berita pagi ini, di mana berita dirinya melamar Athena. Banyak media yang hingga detik ini masih menginginkan dirinya memberikan keterangan.Semua rencananya berantakan karena Athena Morris yang telah mengacaukan apa yang telah dia rencanakan sejak awal. Sungguh, detik ini Justin ingin sekali segera menemukan seseorang yang memasukkan obat ke minumannya. Jika saja dia menemukan orang itu, sudah pasti dia akan melenyapkannya dengan tangannya sendiri. Suara dering ponsel terdengar, Justin mengalihkan padangannya. Dia melirik sesaat layar ponselnya yang tertera nomor telepon Marinka. Sejak kemarin Justin menghindari telepon dari Marinka. Bukan tidak ingin menjawab, hanya saja dia tahu kekasihnya itu akan mencercanya dengan ribuan pertanyaan karena pemberitaan di media. Dering ponsel kembali terdengar, Justin membuang napas kasar. Dengan terpaksa dia mengambil ponselny
Justin menyandarkan punggungnya di kursi, mengetuk pelan mejanya dengan jemari tangannya. Pria tampan itu tak mengira adiknya akan datang ke New York, tanpa sama sekali memberi tahunya.Nathan Afford—adik kedua Justin—yang cukup lama tinggal di Madrid, sekarang berada di hadapannya. Nathan sudah cukup lama meninggalkan New York dan menetap di Madrid mengurus salah satu perusahaan milik Lucero Group yang ada di sana. Sebelumnya, Justin sudah menduga, salah satu alasan Nathan kembali ke New York tentu bukan seratus persen ingin belajar tentang perusahaan perfilman yang dia pegang, melainkan karena permintaan Bianca—ibu mereka.“Kenapa kau memutuskan kembali? Terakhir kau mengatakan padaku ingin tinggal lama di Madrid.” Justin menatap sang adik. Nathan menggerak-gerakkan gelas di tangannya. “Aku ingin belajar tentang perusahaan perfilman yang kau pegang. Selain itu, Mommy memintaku segera kembali ke sini.” “Sekarang apa yang ingin kau pelajari tentang perusahaan perfilman?”“Sebelum a
Athena merenggangkan lehernya, dia melangkah masuk ke dalam ruang istirahat. Setelah hampir lima jam menyelesaikan syuting, tubuhnya begitu lelah. Julia yang melihat Athena baru saja menyelesaikan scene terakhirnya, dia mengantarkan orange juice pada Athena. “Athena, besok syuting libur. Apa kau memiliki rencana?” tanya Julia sambil menatap Athena yang berada di hadapannya.“Aku ingin bertemu Justin.” Athena menyesap perlahan orange juice yang baru saja diantarkan Julia. Lantas, dia duduk di sofa dengan menyandarkan punggungnya di sofa empuk yang ada di ruang istirahat.“Kau ingin bertemu Justin?” Kening Julia berkerut, dia menjatuhkan tubuhnya duduk di samping Athena. “Untuk apa kau bertemu Justin?” “Membicarakan pernikahan,” jawab Athena datar. Dia meletakkan gelas yang dia pegang itu ke atas meja. “Banyak hal yang harus aku bicarakan pada pria sialan itu. Jika boleh memilih, aku juga tidak ingin bertemu dengannya. Aku berharap dia lenyap dari muka bumi ini.” Julia mendengkus. “K
“Ada apa kau datang ke sini?” Athena melangkah masuk ke dalam ruang tamu. Dia menatap Justin yang berdiri di hadapannya. Sesaat mereka saling menatap dingin satu sama lain.“Setelah kau membuat kekacauan dengan menerima lamaran sialan itu, sekarang kau masih bertanya kenapa aku datang menemuimu?” seru Justin sarkas. Tatapannya menghunus tajam pada Athena. “Aku rasa, kau bisa menggunakan dengan baik otakmu itu. Untuk apa aku ke sini kalau bukan untuk membicarakan kekacauan yang kau buat!” Athena mengedikkan bahunya acuh, dia memilih duduk di sofa yang tidak jauh darinya seraya menyilangkan kaki dengan anggun. “Rencananya besok aku akan menemuimu, tapi kau sudah lebih dulu datang ke rumahku. Itu jauh lebih baik. Sekarang mulailah bicara, rencana apa yang akan kau sarankan menyelesaikan kekacauan ini? Jika kau masih memintaku meninggalkan kota ini, lebih baik kau angkat kaki dari rumahku. Kau membuang waktumu, karena kau sudah tahu jawabannya.” Justin tersenyum sinis, dia duduk tepat d
Justin duduk di kursi kebesarannya seraya menyandarkan punggungnya di kursi. Dia memejamkan mata sesaat. Berita pernikahannya sudah terdengar. Hampir seluruh media memberitakan tentang dirinya dan Athena. Lebih tepatnya, bukan hanya hampir, melainkan seluruh media memberitakan tentang dirinya dan juga Athena Morris. Akibat lamaran sialan itu, dirinya terjebak dalam pemberitaan media. Sejak dulu, Justin tidak pernah menyukai kehidupannya disorot oleh media. Itu kenapa tujuh tahun dia menjalin hubungan dengan Marinka, media tidak mengetahuinya. Biasanya, Justin tidak akan pernah angkat bicara jika di sebuah acara, media bertemu dengan dirinya bersama dengan Marinka. Sekarang, semua berubah—setelah dia terjebak masalah rumit dengan Athena, hingga membuat dirinya harus berurusan dengan media. Suara dering ponsel terdengar membuat lamunan Justin terhenti. Dia mengalihkan pandangannya pada ponsel yang terletak di atas mejanya. Dia mengambil ponsel dan menatap ke layar. Justin membuang nap
Central Park, Manhattan, New York. “Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold, Alaric jangan berlari seperti itu. Nanti kalian terjatuh. Astaga…” Suara Athena berseru kala melihat kelima anak-anaknya itu berlari saling mengejar satu sama lainnya.Ya, kini Athena bersama dengan Justin dan kelima anak-anaknya tengah menikmati sore di Central Park. Salah satu taman di Manhattan yang sangat indah jika dikunjungi di sore hari, terlebih saat musim semi. Musim terbaik di mana banyak bunga-bunga bertumbuhan. Dan cuaca yang sejuk, mendukung para pengunjung bersantai di taman yang berlokasikan di Manhattan.“Sayang, biarkan saja. Ada pengasuh dan juga pengawal yang selalu menjaga mereka.” Justin merengkuh bahu sang istri. “Lebih baik kita duduk di sana,” tunjuknya pada kursi yang ada di taman.Athena mendesah pelan. Kemudian dia mengangguk dan melangkah mengikuti sang suami yang mengajaknya duduk di kursi taman itu.“Justin,” panggil Athena seraya menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami.“Ya?” J
Matahari sudah tinggi. Suara kicauan burung bersahutan menandakan pagi telah menyapa. Selama lima tahun terakhir, Athena sudah terbiasa bangun pagi. Seperti saat ini, kala suami dan anak-anaknya masih tertidur lelap, Athena sudah lebih dulu terbangun. Bagaimana tidak? Athena yang selama ini mengurus suami dan anak-anaknya. Meski Athena memiliki pengasuh untuk kelima anaknya, tetap saja Athena turut andil dalam segala hal yang dibutuhkan oleh kelima anaknya. Athena tidak ingin kelima anaknya hanya dekat dengan para pengasuhnya saja. Dia pun ingin menemani tumbuh kembang kelima anak-anaknya.“Mommy… Good morning.” Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold dan Alaric kini sudah bangun, dan sudah selesai mandi. Mereka melangkah mendekat ke arah Athena yang tengah duduk bersantai di ruang keluarga.“Anak-anak kesayangan Mommy sudah bangun?” Athena merentangkan kedua tangannya, menyambut kelima anaknya yang mengamburkan tubuh mereka ke pelukannya.“Sudah, Mommy. Kami sudah bangun. Mommy. Di mana Daddy
Waktu menunjukan pukul tujuh malam. Athena dan dibantu para pelayan menyajikan makanan ke atas meja. Ya, meski Athena memiliki banyak pelayan tapi Athena harus memastikan di atas meja adalah makanan kesukaan anak-anaknya. Karena memang kelima anaknya memiliki selera kesukaan makanan yang berbeda.“Tolong di sana salmon steaknya sajikan dengan kentang goreng,” ucap Athena pada sang pelayan seraya menunjuk kursi meja makan yang biasa diduduki oleh Joana.“Baik, Nyonya,” jawab sang pelayan dengan patuh.Ya, Salmon steak dipadukan dengan kentang goreng adalah kesukaan Joana. Berbeda dengan Jesslyn yang lebih memilih dipadukan dengan mashed potato dan extra keju. Lain halnya dengan Jasper. Makanan kesukaan Jasper adalah Rib Eye Steak, sama seperto makanan yang disukai oleh Justin. Sedangkan Arnold dan Alaric yang menyukai sirloin steak dan tenderloin steak. Itu kenapa banyak sekali jenis makanan yang berbeda yang dihidangkan di atas meja makan. Begitu pun dengan makanan penutup. Setiap ana
Suara keributan membuat Justin dan Athena langsung berlari menghampiri kamar anak-anak mereka dengan cepat. Seketika Athena terbelalak terkejut melihat Arnold dan Alaric memperebutka sebuah robot di tangan mereka.“Arnold, Alaric! Apa-apaan ini! Mommy tidak ingin kalian bertengkar seperti ini!” seru Athena memberikan peringatan pada kedua putraynya itu.Perkataan tegas Athena sukses membuat Arnold dan Alaric tidak lagi membuar keributan. Kedua putranya kini menundukan kepalanya. Ya, seperti bias ajika Arnold dan Alaric bersalah mereka akan menunduan kepala mereka, sebagai ungkapan mereka telah menyesal.“Arnold, Alaric, kenapa kalian bertengkar?” Suara Justin bertanya pada kedua putranya“Daddy, tadi Ka Arnold membuat tangan robotku patah. Dia menariknya robot Ka Arnold,” ucap Alaric dengan suara polosnya.Justin mengembuskan napas kasar. “Arnold, kenapa kau membat tangan robot Alaric patah?”“Maaf, Daddy. Aku sungguh tidak sengaja,” jawab Arnold dengan kepala tertunduk.Athena mendes
Lima tahun kemudian…“Mommy…..” Suara teriakan anak-anak, membuat Athena yang tengah manata makanan di atas meja makan langsung mengalihkan pandangannya pada suara yang memanggilnya.“Hey, anak-anak kesayangan Mommy sudah pulang.” Athena langsung merentangkan kedua tangannya, memeluk Jasper, Joana, dan Jesslyn yang baru saja pulang sekolah.“Mommy kami merindukanmu.” Jasper, Joana, dan Jesslyn berucap dengan suara polosnya.“Mommy juga merindukan kalian.” Athena mengecupi puncak kepala anak-anaknya itu. “Sayang kenapa kalian pulang bertiga? Di mana Arnold dan Alaric?” tanyanya.“Mommy, tadi Arnold dan Alaric sangat lama. Kami pulang duluan. Arnold dan Alaric ada kelas bahasa Jepang,” jawab Joana dengan suara polosnya.Athena mendesah pelan. “Kenapa kalian tidak menunggu Arnold dan Alaric? Kan sopir jadi tidak perlu bolak-balik menjemput Arnold dan Alaric.”“Mommy, tadi Paman Nathan meneleponku, Paman bilang akan menjemput Arnold dan Alaric,” jawab Jesslyn dengan pupil mata hijau yang
Sydney, Australia.Athena berjalan menelusuri bibir pantai bersama dengan Justin. Athena menggendong Jeslyn, putri bungsunya. Sedangkan Justin menggendong Jasper dan Joana. Kini Justin dan Athena tengah berada di Mainly Beach, sebuah pantai yang wajib dikunjungi selama berada di Sydney. Banyak turis datang di pantai ini.Terlebih sekarang adalah musim panas di Sydney, musim di mana banyak pengunjung yang datang. Jika di Sydney saat ini musim panas, berbeda dengan New York yang sekarang adalah musim dingin. Perbedaan musim, yang membuat Athena menyiapkan segala kebutuhan dengan baik untuk suami dan anak-anaknya.Di belakang Justin dan Athena ada tiga pengasuh serta dua orang pengawal yang selalu beriringan dengan mereka. Sesaat tatapan Athena teralih pada beberapa orang diujung sana yang diam-diam mengambil gambar dirinya dan Justin serta ketiga anaknya. Athena pun memilih untuk mengulas senyuman di wajahnya dan membiarkan orang-orang di sana mengambil gambarnya. Jujur saja, Athena tid
Julia memuntahkan semua sisi perutnya di wastafel. Kepala Julia memberat. Tubuhnya terasa begitu lemah. Sudah beberapa hari ini, dia selalu memuntahkan makanan yang baru saja masuk ke perutnya. Ya, dia memang begitu tersiksa beberapa hari ini. Ditambah dia masih harus mengurus J.A Modeling School. Meski demikian Athena mulai datang ke J.A Modeling School, membantu dirinya mengurus sekolah modeling itu. Jika tidak entah bagaimana mengurus J.A Modeling School yang kini berkembang begitu pesat.Saat Julia hendak keluar dari kamar mandi, pandangan Julia mulai buram. Kepalanya memberat. Tubuhnya tidak mampu berdiri. Hingga saat semua pandangan Julia menggelap, dan tubuhnya hampir ambruk, Peter yang baru saja keluar dari walk-in closetnya dengan cepat berlari dan menangkap tubuh Julia yang kini sudah jatuh pingsan.“Julia? Julia bangunlah?” Peter menepuk pelan pipi sang istri, tapi Julia tak kunjung membuka matanya. Raut wajah Peter berubah menjadi panik. Dia langsung membopong tubuh Julia
Beberapa bulan kemudian…Suara tangis Jasper dan Joana membuat Athena yang tengah berkemas-kemas langsung menghentikan aktifitasnya. Kini Athena mengambil alih Joana, sedangkan Jasper diambil alih oleh pengasuh. Athena harus lebih dulu menggendong Joana, pasalnya Joana yang sering menangis kencang.Beruntung Jesslyn tidak pernah rewel. Jika saja Jesslyn sama seperti Jasper dan Joana, entah apa yang harus di lakukan Athena. Sungguh, memiliki tiga bayi kembar sekaligus benar-benar membuat Athena kerepotan.Namun, meski demikian tentu saja Athena sangat bahagia. Athena tidak sendiri, Justin menyiapkan tiga pengasuh untuk anak-anak mereka. Hanya saja, Joana yang paling rewel dan sering sekali menangis. Itu kenapa Athena harus menggendong Joana lebih dulu.“Sayang? Kenapa kau menangis? Lihatlah adikmu sangat tenang.” Athena mengecupi pipi gemuk Joana. “Jangan menangis lagi, ya? Mommy sedang bersiap-siap. Hari ini kita akan berlibur ke Sydney.”Ya, sebenarnya tadi Athena tengah berkemas-kem
Hari ini adalah hari yang ditunggu oleh Peter dan Julia. Setelah perjuangan panjang hubungan mereka, akhirnya semuanya berjalan dengan manis. Mereka bisa menikah, ini adalah impian Julia sejak dulu. Jujur Julia masih tidak menyangka bisa menikah dengan pria yang dia cintai. Penantian panjang Julia terbalaskan, kini dia telah berhasil meluluhkan hati Peter. Sosok pria yang sejak awal menarik perhatiannya. Meski Peter belum sepenuhnya mencintai dirinya, tapi Julia yakin Peter akan berusaha untuk membahagiakannya.Di hari pernikahan Peter dan Julia, Athena khusus meminta Brian, ayahnya menjadi pendamping Julia. Mengingat Julia sudah tidak lagi memiliki orang tua. Begitu pun dengan Peter, Justin khusus meminta Arthur, ayahnya sebagai pendamping Peter. Samahalnya dengan Julia, Peter sudah tidak lagi memiliki kedua orang tua. Selama ini Justin dan Athena sudah menganggap Peter dan Julia sebagai keluarga mereka.Kini Julia mematut cermin, tubuhnya sudah terbalut sebuah gaun pengantin rancang