“Athena!” Suara teriakan Julia begitu kencang saat melihat Athena masuk ke dalam penthouse. Athena hanya melirik Julia sekilas, dia melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar. Julia mendengkus saat Athena mengabaikannya. Dia langsung mengentakkan kakinya, melangkah mengikuti Athena yang menuju kamar. “Athena, katakan padaku, sebenarnya apa rencanamu?” seru Julia kesal. Akibat Athena menerima lamaran Justin, dia mendapatkan banyak sekali telepon dari media yang mengundang Athena di acara talk show. Benar-benar, Athena membuat dirinya sakit kepala. “Bukannya selama ini kau yang memintaku memiliki hubungan dengan seorang pria?” Athena melepas heels-nya, lalu duduk di sofa. “Aku hanya mengikuti saranmu, Julia,” lanjutnya dengan santai seraya menyandarkan punggung di sofa. “Astaga, Athena! Sebenarnya apa yang kau pikirkan?!” seru Julia yang begitu frustrasi. Dia langsung menjatuhkan tubuhnya—duduk tepat di samping Athena. “Aku memang menyarankanmu menjalin hubungan dengan pria, tapi t
Justin melonggarkan dasi yang melingkar di leher kemejanya. Pikirannya kini tidak bisa berpikir jernih. Terlebih melihat berita pagi ini, di mana berita dirinya melamar Athena. Banyak media yang hingga detik ini masih menginginkan dirinya memberikan keterangan.Semua rencananya berantakan karena Athena Morris yang telah mengacaukan apa yang telah dia rencanakan sejak awal. Sungguh, detik ini Justin ingin sekali segera menemukan seseorang yang memasukkan obat ke minumannya. Jika saja dia menemukan orang itu, sudah pasti dia akan melenyapkannya dengan tangannya sendiri. Suara dering ponsel terdengar, Justin mengalihkan padangannya. Dia melirik sesaat layar ponselnya yang tertera nomor telepon Marinka. Sejak kemarin Justin menghindari telepon dari Marinka. Bukan tidak ingin menjawab, hanya saja dia tahu kekasihnya itu akan mencercanya dengan ribuan pertanyaan karena pemberitaan di media. Dering ponsel kembali terdengar, Justin membuang napas kasar. Dengan terpaksa dia mengambil ponselny
Justin menyandarkan punggungnya di kursi, mengetuk pelan mejanya dengan jemari tangannya. Pria tampan itu tak mengira adiknya akan datang ke New York, tanpa sama sekali memberi tahunya.Nathan Afford—adik kedua Justin—yang cukup lama tinggal di Madrid, sekarang berada di hadapannya. Nathan sudah cukup lama meninggalkan New York dan menetap di Madrid mengurus salah satu perusahaan milik Lucero Group yang ada di sana. Sebelumnya, Justin sudah menduga, salah satu alasan Nathan kembali ke New York tentu bukan seratus persen ingin belajar tentang perusahaan perfilman yang dia pegang, melainkan karena permintaan Bianca—ibu mereka.“Kenapa kau memutuskan kembali? Terakhir kau mengatakan padaku ingin tinggal lama di Madrid.” Justin menatap sang adik. Nathan menggerak-gerakkan gelas di tangannya. “Aku ingin belajar tentang perusahaan perfilman yang kau pegang. Selain itu, Mommy memintaku segera kembali ke sini.” “Sekarang apa yang ingin kau pelajari tentang perusahaan perfilman?”“Sebelum a
Athena merenggangkan lehernya, dia melangkah masuk ke dalam ruang istirahat. Setelah hampir lima jam menyelesaikan syuting, tubuhnya begitu lelah. Julia yang melihat Athena baru saja menyelesaikan scene terakhirnya, dia mengantarkan orange juice pada Athena. “Athena, besok syuting libur. Apa kau memiliki rencana?” tanya Julia sambil menatap Athena yang berada di hadapannya.“Aku ingin bertemu Justin.” Athena menyesap perlahan orange juice yang baru saja diantarkan Julia. Lantas, dia duduk di sofa dengan menyandarkan punggungnya di sofa empuk yang ada di ruang istirahat.“Kau ingin bertemu Justin?” Kening Julia berkerut, dia menjatuhkan tubuhnya duduk di samping Athena. “Untuk apa kau bertemu Justin?” “Membicarakan pernikahan,” jawab Athena datar. Dia meletakkan gelas yang dia pegang itu ke atas meja. “Banyak hal yang harus aku bicarakan pada pria sialan itu. Jika boleh memilih, aku juga tidak ingin bertemu dengannya. Aku berharap dia lenyap dari muka bumi ini.” Julia mendengkus. “K
“Ada apa kau datang ke sini?” Athena melangkah masuk ke dalam ruang tamu. Dia menatap Justin yang berdiri di hadapannya. Sesaat mereka saling menatap dingin satu sama lain.“Setelah kau membuat kekacauan dengan menerima lamaran sialan itu, sekarang kau masih bertanya kenapa aku datang menemuimu?” seru Justin sarkas. Tatapannya menghunus tajam pada Athena. “Aku rasa, kau bisa menggunakan dengan baik otakmu itu. Untuk apa aku ke sini kalau bukan untuk membicarakan kekacauan yang kau buat!” Athena mengedikkan bahunya acuh, dia memilih duduk di sofa yang tidak jauh darinya seraya menyilangkan kaki dengan anggun. “Rencananya besok aku akan menemuimu, tapi kau sudah lebih dulu datang ke rumahku. Itu jauh lebih baik. Sekarang mulailah bicara, rencana apa yang akan kau sarankan menyelesaikan kekacauan ini? Jika kau masih memintaku meninggalkan kota ini, lebih baik kau angkat kaki dari rumahku. Kau membuang waktumu, karena kau sudah tahu jawabannya.” Justin tersenyum sinis, dia duduk tepat d
Justin duduk di kursi kebesarannya seraya menyandarkan punggungnya di kursi. Dia memejamkan mata sesaat. Berita pernikahannya sudah terdengar. Hampir seluruh media memberitakan tentang dirinya dan Athena. Lebih tepatnya, bukan hanya hampir, melainkan seluruh media memberitakan tentang dirinya dan juga Athena Morris. Akibat lamaran sialan itu, dirinya terjebak dalam pemberitaan media. Sejak dulu, Justin tidak pernah menyukai kehidupannya disorot oleh media. Itu kenapa tujuh tahun dia menjalin hubungan dengan Marinka, media tidak mengetahuinya. Biasanya, Justin tidak akan pernah angkat bicara jika di sebuah acara, media bertemu dengan dirinya bersama dengan Marinka. Sekarang, semua berubah—setelah dia terjebak masalah rumit dengan Athena, hingga membuat dirinya harus berurusan dengan media. Suara dering ponsel terdengar membuat lamunan Justin terhenti. Dia mengalihkan pandangannya pada ponsel yang terletak di atas mejanya. Dia mengambil ponsel dan menatap ke layar. Justin membuang nap
Athena menatap cermin, dia memoles wajahnya dengan riasan tipis. Hari ini adalah hari di mana dia akan fitting gaun pengantin. Tidak pernah terpikir dalam hidup—Athena akan menikah dengan cara seperti ini. Jika saja waktu bisa diputar, dia tentu akan memilih tidak pernah bertemu dengan pria seperti Justin Afford. “Athena,” panggil Julia saat melangkah masuk ke dalam kamar Athena.Athena mengalihkan pandangannya, dia menatap Julia yang melangkah mendekat ke arahnya. “Ada apa, Julia?” “Di bawah sudah ada Justin. Hari ini kau akan fitting gaun pengantin, bukan?” tanya Julia memastikan. Jujur saja, sejak Athena menceritakan padanya tentang kesepakatannya dengan Justin, Julia adalah orang satu-satunya yang selalu mencemaskan Athena. Pasalnya, di dunia ini Athena hanya memiliki Julia, begitu pun Julia yang hanya memiliki Athena. “Dia sudah datang? Aku akan turun ke bawah sebentar lagi.”“Tunggu, Athena!” Julia menyentuh lengan Athena.“Ada apa, Julia?” Athena menautkan alisnya. Julia me
Suara bunyi alarm terdengar, membuat Athena yang tengah tertidur pulas harus terbangun. Wanita itu mendengkus saat bunyi alarm di ponselnya tak kunjung berhenti. Detik itu juga, dia menonaktifkan ponselnya, agar alarm itu berhenti. Namun, saat Athena menonaktifkan ponselnya, dia mendengar suara Julia berteriak memanggil namanya dari luar.“Shit, Julia! Diamlah! Ini bukan hutan!” seru Athena. Dia mengambil bantal, menutup telinganya dengan bantal. Matanya masih mengantuk, enggan untuk terbuka.“Astaga, Athena! Ini sudah jam lima pagi. Kau ada jadwal syuting pengambilan scene dengan Fazio di pagi hari,” Julia mengentakkan kakinya masuk ke dalam kamar Athena. Dia berdecak kala melihat Athena masih tertidur. Dengan cepat, Julia menarik bantal itu, lalu menggoyangkan bahu Athena. “Bangun, Athena! Kau akan mendapatkan masalah jika kau datang terlambat.” Athena mengumpat, dia terpaksa membuka matanya. “Julia, aku sedang malas. Apa tidak bisa kau beralasan aku ini sedang sakit?” “Tidak bisa