Suara bunyi alarm terdengar, membuat Athena yang tengah tertidur pulas harus terbangun. Wanita itu mendengkus saat bunyi alarm di ponselnya tak kunjung berhenti. Detik itu juga, dia menonaktifkan ponselnya, agar alarm itu berhenti. Namun, saat Athena menonaktifkan ponselnya, dia mendengar suara Julia berteriak memanggil namanya dari luar.“Shit, Julia! Diamlah! Ini bukan hutan!” seru Athena. Dia mengambil bantal, menutup telinganya dengan bantal. Matanya masih mengantuk, enggan untuk terbuka.“Astaga, Athena! Ini sudah jam lima pagi. Kau ada jadwal syuting pengambilan scene dengan Fazio di pagi hari,” Julia mengentakkan kakinya masuk ke dalam kamar Athena. Dia berdecak kala melihat Athena masih tertidur. Dengan cepat, Julia menarik bantal itu, lalu menggoyangkan bahu Athena. “Bangun, Athena! Kau akan mendapatkan masalah jika kau datang terlambat.” Athena mengumpat, dia terpaksa membuka matanya. “Julia, aku sedang malas. Apa tidak bisa kau beralasan aku ini sedang sakit?” “Tidak bisa
“Athena, kau tinggal di mana?” Bianca mengambil tenderloin steak yang sudah terhidang di atas meja, lalu memberikannya pada Arthur dan juga Justin. Dia duduk tepat di samping Arthur—tatapannya tak lepas menatap Athena yang tengah menikmati makan malamnya. “Aku memiliki penthouse di One Madison Park,” jawab Athena dengan senyuman hangat di wajahnya. Bianca mengangguk. “One Madison Park, biasanya para artis dan model banyak tinggal di sana. Justin memiliki bibi yang juga pernah tinggal di One Madison Park. Kakak iparku bernama Tasya Lucero, dulunya adalah model dan tinggal di One Madison Park.”“Tasya Lucero? Apa yang dimaksud Ryu Tasya?” tanya Athena memastikan. Bianca tersenyum. “Kau mengenalnya?” Athena mengangguk. “Tentu aku mengenal model senior, Ryu Tasya dulu sangat hebat.” “Aku juga memiliki adik perempuan yang dulunya seorang model, Caroline Evans, tapi sekarang dia tinggal menetap di Los Angeles. Tasya, kakak iparku, menetap tinggal di Madrid. Biasanya beberapa bulan seka
Athena melangkah masuk ke dalam ruang istirahat, dia menjatuhkan pelan tubuhnya duduk di sofa seraya menyandarkan punggungnya. Hari ini dia baru saja menyelesaikan syuting terakhirnya. Tanpa terasa, hanya hitungan hari—dirinya dan Justin akan menikah. Rasanya waktu berjalan begitu cepat, bahkan dia masih belum menyangka akan menikah dengan cara seperti ini. Athena mendongakkan kepalanya, menatap langit-langit dengan pandangan menerawang ke depan. Beberapa hari terakhir ini, ada hal yang membebani pikiranya, yaitu permintaan Justin yang melarang dirinya mengambil pekeerjaan setelah syuting berakhir. Padahal sebelumnya, dia telah menandatangani kontrak pekerjaan untuk tiga hari ke depan setelah syuting film ‘Devil Beside You’ berakhir. Akibat permintaan Justin, dia harus membayar ganti rugi akibat pembatalan kontrak sepihak. Pria itu benar-benar menyebalkan. “Athena.” Julia melangkah masuk ke dalam ruang istirahat, dia duduk di samping Athena seraya menyerahkan salmon steak yang baru
Justin tak peduli dengan umpatan ataupun makian yang lolos di bibir Athena. “Hari ini aku cukup sibuk. Rumahmu juga tidak jauh dari kantorku, jadi tidak masalah kau mengantarkan dokumenku.”Athena mendengkus, menatap kesal Justin. Dia sudah tahu pria itu mengerjai dirinya—sengaja menyusahkan dirinya mengantar dokumen itu. “Sudahlah, aku ingin pulang!”“Kau tidak bisa pulang! Apa kau tidak dengar apa yang aku katakan tadi? Grandma-ku memintamu datang!” Justin menahan tangan wanita itu, dan memberikan tatapan tajam padanya.Athena berusaha mengendalikan rasa kesalnya. “Aku akan menunggumu di luar! Aku tidak mau menunggumu di ruangan ini!” “Aku hanya meeting sebentar, kau tunggu saja di sini!” “Aku paling membenci menunggu! Lebih baik, jika kau sudah selesai meeting, kau bisa langsung menghubungiku!” “Aku sudah katakan padaku, kau tunggu di sini!” Justin tak ingin dibantah.“Jika kau lebih dari tiga puluh menit, aku akan menarik paksa dirimu keluar dari ruang meeting! lagi, jangan l
“Athena!” Justin berteriak kala melihat mobil Athena meninggalkan perusahaannya. Dia mengumpat pelan, bisa-bisanya wanita itu pergi tanpa mengatakan apa pun padanya.“Scarlett!” Nathan menyusul, dia berteriak begitu kencang saat mobil Athena pergi dari parkiran mobil. Justin yang berdiri tidak jauh dari Nathan, dia menatap adiknya yang sejak tadi memanggil Athena dengan sebutan ‘Scarlett’.Pandangan Nathan teralih pada Justin, dengan cepat dia menghampiri Justin. “Kak, dari mana kau mengenal Scarlett? Katakan padaku!” cercanya dengan sorot mata tajam pada Justin. “Kenapa kau memanggil Athena dengan sebutan Scarlett?” Justin tidak langsung menjawab, dia menautkan alisnya, menatap penuh selidik pada adiknya. “Dia Scralett, Kak! Dia temanku! Harusnya aku yang bertanya padamu, kenapa kau memanggil Scarlett dengan sebutan Athena Morris, dan kau mengatakan dia adalah calon istrimu! Jelaskan padaku, Kak!” seru Nathan meminta penjelasan.“Dia memang Athena Morris. Wanita yang pernah aku cer
Justin melompat turun dari mobilnya, dia membanting kasar pintu mobilnya—melangkah masuk ke dalam penthouse milik Athena. Terlihat wajah Justin begitu dingin dan sorot mata menajam. Dia tidak sabar untuk bertanya langsung pada wanita itu. Hingga detik ini, dia tidak mengerti kenapa Nathan begitu membela Athena—seolah menunjukkan mereka memiliki hubungan kuat.“Athena!” Justin berteriak kencang memanggil nama Athena. Dia tidak memedulikan sapaan pelayan yang berada di hadapannya itu. Dia terus melangkah menuju kamar Athena. Namun, langkah Justin terhenti saat dia berpapasan dengan Julia yang berlari dan terburu-buru. “Justin?” Julia yang hendak menyusul Athena, terkejut melihat Justin berada di hadapannya. “Di mana Athena?” tanya Justin dingin dengan sorot mata tajamnya. “Athena tidak ada,” jawab Julia gelisah.“Jangan mencari masalah denganku! Katakan di mana Athena!” seru Justin dengan nada yang sedikit meninggi. Terlihat kilat kemarahan di matanya. Julia membuang napas kasar. “J
Kaki Athena seperti jelly yang tidak bisa berkutik sama sekali. Ciuman liar dan kasar Justin—seakan membuat saraf dalam tubuh Athena tak lagi berfungsi. Gejolak gairah tak menentu itu—membuatnya benar-benar otaknya tak berfungsi.“Kita akan tetap menikah, Athena.” Justin melepaskan pagutannya, dia berkata dengan nada rendah.Sesaat mereka saling menatap satu sama lain. Athena masih bungkam, tatapan Justin bagai menghipnotis dirinya. Kaki Athena masih begitu lemas. Jika bukan karena Justin memeluk dirinya, mungkin sekarang dia sudah terjatuh.“Kau pulang denganku, mobilmu akan dibawa orangku,” Justin menarik tangan Athena, membawanya masuk ke dalam mobil.Athena hanya diam, bahkan tidak mampu melawan Justin yang kini menarik paksa dirinya masuk ke dalam mobil. Saat di dalam mobil, pria tampan itu membuka jasnya dan kemejanya yang basah akibar guyuran air hujan.Athena terkejut melihat Justin membuka baju di depannya. Meski Athena sudah pernah tidur dengan pria itu, tapi tetap saja dia
Sinar matahari pagi menembus jendela, menyentuh kulit wajah Athena. Perlahan wanita itu mulai membuka matanya, mengerjapkan matanya beberapa kali. Tepat ketika Athena membuka matanya—dia menatap sebuah kamar maskulin dengan berwarna dasar hitam.Athena mendesah pelan, dia baru mengingat tadi malam dia bermalam di rumah Justin. Tatapannya kini teralih pada sebuah dress yang terletak di ranjang. Dia yakin, pasti pria itu meminta orangnya untuk menyiapkan pakaian untuknya. Setidaknya pria itu masih sedikit memiliki kepedulian padanya. Dia beranjak dari ranjang, mengikat asal rambutnya, dan melangkah masuk ke dalam kamar mandi.Tidak lama kemudian, setelah Athena selesai mandi dan berganti pakaian, dia hendak meninggalkan kamar. Namun, saat Athena ingin melangkah keluar, langkah kakinya terhenti kala melihat Justin masuk ke dalam kamar.“Mobil serta barang-barangmu sudah berada di penthouse-mu,” Justin duduk di sofa, dia mengambil kopi yang baru saja diantarkan pelayan—lalu menyesapnya pe
Central Park, Manhattan, New York. “Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold, Alaric jangan berlari seperti itu. Nanti kalian terjatuh. Astaga…” Suara Athena berseru kala melihat kelima anak-anaknya itu berlari saling mengejar satu sama lainnya.Ya, kini Athena bersama dengan Justin dan kelima anak-anaknya tengah menikmati sore di Central Park. Salah satu taman di Manhattan yang sangat indah jika dikunjungi di sore hari, terlebih saat musim semi. Musim terbaik di mana banyak bunga-bunga bertumbuhan. Dan cuaca yang sejuk, mendukung para pengunjung bersantai di taman yang berlokasikan di Manhattan.“Sayang, biarkan saja. Ada pengasuh dan juga pengawal yang selalu menjaga mereka.” Justin merengkuh bahu sang istri. “Lebih baik kita duduk di sana,” tunjuknya pada kursi yang ada di taman.Athena mendesah pelan. Kemudian dia mengangguk dan melangkah mengikuti sang suami yang mengajaknya duduk di kursi taman itu.“Justin,” panggil Athena seraya menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami.“Ya?” J
Matahari sudah tinggi. Suara kicauan burung bersahutan menandakan pagi telah menyapa. Selama lima tahun terakhir, Athena sudah terbiasa bangun pagi. Seperti saat ini, kala suami dan anak-anaknya masih tertidur lelap, Athena sudah lebih dulu terbangun. Bagaimana tidak? Athena yang selama ini mengurus suami dan anak-anaknya. Meski Athena memiliki pengasuh untuk kelima anaknya, tetap saja Athena turut andil dalam segala hal yang dibutuhkan oleh kelima anaknya. Athena tidak ingin kelima anaknya hanya dekat dengan para pengasuhnya saja. Dia pun ingin menemani tumbuh kembang kelima anak-anaknya.“Mommy… Good morning.” Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold dan Alaric kini sudah bangun, dan sudah selesai mandi. Mereka melangkah mendekat ke arah Athena yang tengah duduk bersantai di ruang keluarga.“Anak-anak kesayangan Mommy sudah bangun?” Athena merentangkan kedua tangannya, menyambut kelima anaknya yang mengamburkan tubuh mereka ke pelukannya.“Sudah, Mommy. Kami sudah bangun. Mommy. Di mana Daddy
Waktu menunjukan pukul tujuh malam. Athena dan dibantu para pelayan menyajikan makanan ke atas meja. Ya, meski Athena memiliki banyak pelayan tapi Athena harus memastikan di atas meja adalah makanan kesukaan anak-anaknya. Karena memang kelima anaknya memiliki selera kesukaan makanan yang berbeda.“Tolong di sana salmon steaknya sajikan dengan kentang goreng,” ucap Athena pada sang pelayan seraya menunjuk kursi meja makan yang biasa diduduki oleh Joana.“Baik, Nyonya,” jawab sang pelayan dengan patuh.Ya, Salmon steak dipadukan dengan kentang goreng adalah kesukaan Joana. Berbeda dengan Jesslyn yang lebih memilih dipadukan dengan mashed potato dan extra keju. Lain halnya dengan Jasper. Makanan kesukaan Jasper adalah Rib Eye Steak, sama seperto makanan yang disukai oleh Justin. Sedangkan Arnold dan Alaric yang menyukai sirloin steak dan tenderloin steak. Itu kenapa banyak sekali jenis makanan yang berbeda yang dihidangkan di atas meja makan. Begitu pun dengan makanan penutup. Setiap ana
Suara keributan membuat Justin dan Athena langsung berlari menghampiri kamar anak-anak mereka dengan cepat. Seketika Athena terbelalak terkejut melihat Arnold dan Alaric memperebutka sebuah robot di tangan mereka.“Arnold, Alaric! Apa-apaan ini! Mommy tidak ingin kalian bertengkar seperti ini!” seru Athena memberikan peringatan pada kedua putraynya itu.Perkataan tegas Athena sukses membuat Arnold dan Alaric tidak lagi membuar keributan. Kedua putranya kini menundukan kepalanya. Ya, seperti bias ajika Arnold dan Alaric bersalah mereka akan menunduan kepala mereka, sebagai ungkapan mereka telah menyesal.“Arnold, Alaric, kenapa kalian bertengkar?” Suara Justin bertanya pada kedua putranya“Daddy, tadi Ka Arnold membuat tangan robotku patah. Dia menariknya robot Ka Arnold,” ucap Alaric dengan suara polosnya.Justin mengembuskan napas kasar. “Arnold, kenapa kau membat tangan robot Alaric patah?”“Maaf, Daddy. Aku sungguh tidak sengaja,” jawab Arnold dengan kepala tertunduk.Athena mendes
Lima tahun kemudian…“Mommy…..” Suara teriakan anak-anak, membuat Athena yang tengah manata makanan di atas meja makan langsung mengalihkan pandangannya pada suara yang memanggilnya.“Hey, anak-anak kesayangan Mommy sudah pulang.” Athena langsung merentangkan kedua tangannya, memeluk Jasper, Joana, dan Jesslyn yang baru saja pulang sekolah.“Mommy kami merindukanmu.” Jasper, Joana, dan Jesslyn berucap dengan suara polosnya.“Mommy juga merindukan kalian.” Athena mengecupi puncak kepala anak-anaknya itu. “Sayang kenapa kalian pulang bertiga? Di mana Arnold dan Alaric?” tanyanya.“Mommy, tadi Arnold dan Alaric sangat lama. Kami pulang duluan. Arnold dan Alaric ada kelas bahasa Jepang,” jawab Joana dengan suara polosnya.Athena mendesah pelan. “Kenapa kalian tidak menunggu Arnold dan Alaric? Kan sopir jadi tidak perlu bolak-balik menjemput Arnold dan Alaric.”“Mommy, tadi Paman Nathan meneleponku, Paman bilang akan menjemput Arnold dan Alaric,” jawab Jesslyn dengan pupil mata hijau yang
Sydney, Australia.Athena berjalan menelusuri bibir pantai bersama dengan Justin. Athena menggendong Jeslyn, putri bungsunya. Sedangkan Justin menggendong Jasper dan Joana. Kini Justin dan Athena tengah berada di Mainly Beach, sebuah pantai yang wajib dikunjungi selama berada di Sydney. Banyak turis datang di pantai ini.Terlebih sekarang adalah musim panas di Sydney, musim di mana banyak pengunjung yang datang. Jika di Sydney saat ini musim panas, berbeda dengan New York yang sekarang adalah musim dingin. Perbedaan musim, yang membuat Athena menyiapkan segala kebutuhan dengan baik untuk suami dan anak-anaknya.Di belakang Justin dan Athena ada tiga pengasuh serta dua orang pengawal yang selalu beriringan dengan mereka. Sesaat tatapan Athena teralih pada beberapa orang diujung sana yang diam-diam mengambil gambar dirinya dan Justin serta ketiga anaknya. Athena pun memilih untuk mengulas senyuman di wajahnya dan membiarkan orang-orang di sana mengambil gambarnya. Jujur saja, Athena tid
Julia memuntahkan semua sisi perutnya di wastafel. Kepala Julia memberat. Tubuhnya terasa begitu lemah. Sudah beberapa hari ini, dia selalu memuntahkan makanan yang baru saja masuk ke perutnya. Ya, dia memang begitu tersiksa beberapa hari ini. Ditambah dia masih harus mengurus J.A Modeling School. Meski demikian Athena mulai datang ke J.A Modeling School, membantu dirinya mengurus sekolah modeling itu. Jika tidak entah bagaimana mengurus J.A Modeling School yang kini berkembang begitu pesat.Saat Julia hendak keluar dari kamar mandi, pandangan Julia mulai buram. Kepalanya memberat. Tubuhnya tidak mampu berdiri. Hingga saat semua pandangan Julia menggelap, dan tubuhnya hampir ambruk, Peter yang baru saja keluar dari walk-in closetnya dengan cepat berlari dan menangkap tubuh Julia yang kini sudah jatuh pingsan.“Julia? Julia bangunlah?” Peter menepuk pelan pipi sang istri, tapi Julia tak kunjung membuka matanya. Raut wajah Peter berubah menjadi panik. Dia langsung membopong tubuh Julia
Beberapa bulan kemudian…Suara tangis Jasper dan Joana membuat Athena yang tengah berkemas-kemas langsung menghentikan aktifitasnya. Kini Athena mengambil alih Joana, sedangkan Jasper diambil alih oleh pengasuh. Athena harus lebih dulu menggendong Joana, pasalnya Joana yang sering menangis kencang.Beruntung Jesslyn tidak pernah rewel. Jika saja Jesslyn sama seperti Jasper dan Joana, entah apa yang harus di lakukan Athena. Sungguh, memiliki tiga bayi kembar sekaligus benar-benar membuat Athena kerepotan.Namun, meski demikian tentu saja Athena sangat bahagia. Athena tidak sendiri, Justin menyiapkan tiga pengasuh untuk anak-anak mereka. Hanya saja, Joana yang paling rewel dan sering sekali menangis. Itu kenapa Athena harus menggendong Joana lebih dulu.“Sayang? Kenapa kau menangis? Lihatlah adikmu sangat tenang.” Athena mengecupi pipi gemuk Joana. “Jangan menangis lagi, ya? Mommy sedang bersiap-siap. Hari ini kita akan berlibur ke Sydney.”Ya, sebenarnya tadi Athena tengah berkemas-kem
Hari ini adalah hari yang ditunggu oleh Peter dan Julia. Setelah perjuangan panjang hubungan mereka, akhirnya semuanya berjalan dengan manis. Mereka bisa menikah, ini adalah impian Julia sejak dulu. Jujur Julia masih tidak menyangka bisa menikah dengan pria yang dia cintai. Penantian panjang Julia terbalaskan, kini dia telah berhasil meluluhkan hati Peter. Sosok pria yang sejak awal menarik perhatiannya. Meski Peter belum sepenuhnya mencintai dirinya, tapi Julia yakin Peter akan berusaha untuk membahagiakannya.Di hari pernikahan Peter dan Julia, Athena khusus meminta Brian, ayahnya menjadi pendamping Julia. Mengingat Julia sudah tidak lagi memiliki orang tua. Begitu pun dengan Peter, Justin khusus meminta Arthur, ayahnya sebagai pendamping Peter. Samahalnya dengan Julia, Peter sudah tidak lagi memiliki kedua orang tua. Selama ini Justin dan Athena sudah menganggap Peter dan Julia sebagai keluarga mereka.Kini Julia mematut cermin, tubuhnya sudah terbalut sebuah gaun pengantin rancang