Justin melompat turun dari mobilnya, dia membanting kasar pintu mobilnya—melangkah masuk ke dalam penthouse milik Athena. Terlihat wajah Justin begitu dingin dan sorot mata menajam. Dia tidak sabar untuk bertanya langsung pada wanita itu. Hingga detik ini, dia tidak mengerti kenapa Nathan begitu membela Athena—seolah menunjukkan mereka memiliki hubungan kuat.“Athena!” Justin berteriak kencang memanggil nama Athena. Dia tidak memedulikan sapaan pelayan yang berada di hadapannya itu. Dia terus melangkah menuju kamar Athena. Namun, langkah Justin terhenti saat dia berpapasan dengan Julia yang berlari dan terburu-buru. “Justin?” Julia yang hendak menyusul Athena, terkejut melihat Justin berada di hadapannya. “Di mana Athena?” tanya Justin dingin dengan sorot mata tajamnya. “Athena tidak ada,” jawab Julia gelisah.“Jangan mencari masalah denganku! Katakan di mana Athena!” seru Justin dengan nada yang sedikit meninggi. Terlihat kilat kemarahan di matanya. Julia membuang napas kasar. “J
Kaki Athena seperti jelly yang tidak bisa berkutik sama sekali. Ciuman liar dan kasar Justin—seakan membuat saraf dalam tubuh Athena tak lagi berfungsi. Gejolak gairah tak menentu itu—membuatnya benar-benar otaknya tak berfungsi.“Kita akan tetap menikah, Athena.” Justin melepaskan pagutannya, dia berkata dengan nada rendah.Sesaat mereka saling menatap satu sama lain. Athena masih bungkam, tatapan Justin bagai menghipnotis dirinya. Kaki Athena masih begitu lemas. Jika bukan karena Justin memeluk dirinya, mungkin sekarang dia sudah terjatuh.“Kau pulang denganku, mobilmu akan dibawa orangku,” Justin menarik tangan Athena, membawanya masuk ke dalam mobil.Athena hanya diam, bahkan tidak mampu melawan Justin yang kini menarik paksa dirinya masuk ke dalam mobil. Saat di dalam mobil, pria tampan itu membuka jasnya dan kemejanya yang basah akibar guyuran air hujan.Athena terkejut melihat Justin membuka baju di depannya. Meski Athena sudah pernah tidur dengan pria itu, tapi tetap saja dia
Sinar matahari pagi menembus jendela, menyentuh kulit wajah Athena. Perlahan wanita itu mulai membuka matanya, mengerjapkan matanya beberapa kali. Tepat ketika Athena membuka matanya—dia menatap sebuah kamar maskulin dengan berwarna dasar hitam.Athena mendesah pelan, dia baru mengingat tadi malam dia bermalam di rumah Justin. Tatapannya kini teralih pada sebuah dress yang terletak di ranjang. Dia yakin, pasti pria itu meminta orangnya untuk menyiapkan pakaian untuknya. Setidaknya pria itu masih sedikit memiliki kepedulian padanya. Dia beranjak dari ranjang, mengikat asal rambutnya, dan melangkah masuk ke dalam kamar mandi.Tidak lama kemudian, setelah Athena selesai mandi dan berganti pakaian, dia hendak meninggalkan kamar. Namun, saat Athena ingin melangkah keluar, langkah kakinya terhenti kala melihat Justin masuk ke dalam kamar.“Mobil serta barang-barangmu sudah berada di penthouse-mu,” Justin duduk di sofa, dia mengambil kopi yang baru saja diantarkan pelayan—lalu menyesapnya pe
Hari ini adalah hari yang tidak pernah Athena sangka akan benar-benar terjadi dalam hidupnya. Hari pernikahan yang sejak dulu Athena pikir tidak akan pernah ada di Sejarah kehidupannya. Meski pernikahan ini hanya sebuah kebohongan publik dan akan berakhir dalam waktu tiga bulan, tapi tetap saja Athena akan mengucapkan janji suci pernikahan. Sebuah janji yang di mana sangat sakral dan seharusnya tidak bisa dipermainkan. Sungguh, semua kejadian begitu rumit sejak Athena mengenal Justin.Athena tengah mematut diri di cermin. Tubuhnya sudah terbalut gaun pengantin dengan berhiaskan batu berlian di gaun itu. Gaun yang sangat indah dan mewah. Rasanya jika bukan karena menikah dengan seorang Justin Afford, Athena tentu tidak akan mampu membeli gaun yang berhiaskan berlian.“Perfect! Penampilan Anda sungguh sangat sempurna, Nona Athena. Saya yakin, Tuan Justin Afford pasti sangat terpesona pada Anda,” ucap sang makeup artis yang memberikan sedikit sentuhan di wajah Athena dengan polesan makeu
The Ritz-Carlton Hotel, adalah tempat yang dipilih Justin untuk melaksanakan resepsi pernikahannya. Pesta pernikahan yang sangat meriah. Dekorasi yang berhias batu swarovski membuat pesta pernikahan Justin dan Athena layaknya raja dan ratu. Beberapa deretan tamu undangan mulai dari kalangan atas, model, dan para artis menghadiri pesta pernikahan mereka Sejak tadi Justin dan Athena sibuk menyambut para tamu yang sejak tadi tidak henti memberinya selamat. Sesekali Justin dan Athena tampak begitu romantis di depan kamera. Mereka terlihat layaknya pasangan yang sempurna. Namun, ketika kamera sedang tidak menyorot ke arahnya, tentu saja Athena langsung menjaga jarak dengan pria itu. Ketika para tamu undangan sudah selesai memberikan selamat untuk Justin dan Athena, tatapan Athena menatap sosok pria yang melangkah mendekat ke arahnya.Nathan. Pria itu melangkahkan kakinya menuju Justin dan Athena. Seketika jantung Athena berdegup kencang kala Nathan menghampirinya, tapi sebisa mungkin diri
Athena menggeliat dalam tidurnya, perlahan dia mulai membuka matanya seraya mengerjapkan matanya beberapa kali. Ketika mata Athena terbuka, dia mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Dia mendesah pelan, baru ingat kemarin adalah hari pernikahannya dengan Justin. Saat ini dirinya masih berada di kamar hotel. Athena mengalihkan pandangannya ke samping, tetapi saat dia melihat ke samping—ternyata ranjang sudah kosong. Padahal tadi malam Justin tidur bersamanya.“Ke mana Justin?” gumam Athena. Tidak ingin diambil pusing, Athena beranjak dari tempat tidurnya. Dia mengikat asal rambutnya, berjalan menuju kamar mandi. Berendam adalah hal yang terbaik untuk menenangkan tubuhnya saat ini. Mengingat pesta pernikahannya, begitu membuat tubuhnya lelah.Tiga puluh menit kemudian, setelah Athena baru saja selesai berendam, dia mengganti pakaiannya dengan mini dress berwarna kuning bermotif bunga tali spaghetti. Dia mengikat rambutnya dengan model ponytail, memoles wajahnya dengan makeup tipis.
Justin terdiam saat Athena berada di atasnya. Mata hijau wanita itu benar-benar tidak lepas dari penglihatannya. Tatapan yang begitu sangat menghanyutkan—seolah membawa mereka ke dalam tenangnya air sungai yang mengalir. Mereka masih belum sadar akan posisi mereka yang begitu intim.Hingga tak selang lama, mereka menyadari posisi mereka sangatlah salah, dengan cepat Athena menjauh dari tubuh Justin. Wanita itu berusaha untuk bersikap tenang, dia mendongakkan kepalanya menatap Justin dengan tatapan dingin seperti biasa. Begitu pun dengan Justin yang langsung bangkit berdiri.“Kenapa kau harus memasang lukisan sendiri? Kau bisa meminta pelayan untuk membantumu,” seru Justin dingin dengan sorot mata tajamnya.Athena mencebikkan bibirnya, dia mengusap pelan siku yang yang sedikit terluka. “Aku malas hanya memasang lukisan saja harus menanggil pelayan. Aku biasa melakukan hal kecil sendiri.”“Hal kecil?” Justin menaikkan sebelah alisnya. Sekilas dia tersenyum mengejek. “Kalau itu hanya hal
Keesokan hari, Athena sudah lebih dulu bangun dan bersiap-siap. Pagi ini dia dan Justin akan terbang ke Yunani. Namun, hingga detik ini dia masih belum tahu kota apa yang akan dia kunjungi. Pertanyaannya kemarin sama sekali tidak dijawab oleh Justin.Athena selesai memasukan barangnya ke koper. Lantas, tatapannya teralih melihat Justin yang baru saja melangkah masuk ke dalam kamar. “Justin? Kau sudah siap, kan?” tanyanya saat Justin mendekat ke arahnnya.Justin mengangguk singkat. “Ya, tapi lebih baik kita sarapan sebelum berangkat.” Dia duduk di sofa dan mengambil cangkir kopi yang terletak di atas meja, lalu menyesapnya perlahan. Tepat saat Justin sudah duduk di sofa, Athena menyusul, duduk di samping pria itu seraya mengambil apple juice yang sudah disiapkan pelayan dan mulai menikmati omelette yang terhidang di hadapannya itu.“Justin, berapa lama kita di Yunani?” tanya Athena sambil menikmati sarapannya.“Satu minggu,” jawab Justin datar.“Apa kau tidak ingin memberitahuku? Ke ko
Central Park, Manhattan, New York. “Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold, Alaric jangan berlari seperti itu. Nanti kalian terjatuh. Astaga…” Suara Athena berseru kala melihat kelima anak-anaknya itu berlari saling mengejar satu sama lainnya.Ya, kini Athena bersama dengan Justin dan kelima anak-anaknya tengah menikmati sore di Central Park. Salah satu taman di Manhattan yang sangat indah jika dikunjungi di sore hari, terlebih saat musim semi. Musim terbaik di mana banyak bunga-bunga bertumbuhan. Dan cuaca yang sejuk, mendukung para pengunjung bersantai di taman yang berlokasikan di Manhattan.“Sayang, biarkan saja. Ada pengasuh dan juga pengawal yang selalu menjaga mereka.” Justin merengkuh bahu sang istri. “Lebih baik kita duduk di sana,” tunjuknya pada kursi yang ada di taman.Athena mendesah pelan. Kemudian dia mengangguk dan melangkah mengikuti sang suami yang mengajaknya duduk di kursi taman itu.“Justin,” panggil Athena seraya menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami.“Ya?” J
Matahari sudah tinggi. Suara kicauan burung bersahutan menandakan pagi telah menyapa. Selama lima tahun terakhir, Athena sudah terbiasa bangun pagi. Seperti saat ini, kala suami dan anak-anaknya masih tertidur lelap, Athena sudah lebih dulu terbangun. Bagaimana tidak? Athena yang selama ini mengurus suami dan anak-anaknya. Meski Athena memiliki pengasuh untuk kelima anaknya, tetap saja Athena turut andil dalam segala hal yang dibutuhkan oleh kelima anaknya. Athena tidak ingin kelima anaknya hanya dekat dengan para pengasuhnya saja. Dia pun ingin menemani tumbuh kembang kelima anak-anaknya.“Mommy… Good morning.” Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold dan Alaric kini sudah bangun, dan sudah selesai mandi. Mereka melangkah mendekat ke arah Athena yang tengah duduk bersantai di ruang keluarga.“Anak-anak kesayangan Mommy sudah bangun?” Athena merentangkan kedua tangannya, menyambut kelima anaknya yang mengamburkan tubuh mereka ke pelukannya.“Sudah, Mommy. Kami sudah bangun. Mommy. Di mana Daddy
Waktu menunjukan pukul tujuh malam. Athena dan dibantu para pelayan menyajikan makanan ke atas meja. Ya, meski Athena memiliki banyak pelayan tapi Athena harus memastikan di atas meja adalah makanan kesukaan anak-anaknya. Karena memang kelima anaknya memiliki selera kesukaan makanan yang berbeda.“Tolong di sana salmon steaknya sajikan dengan kentang goreng,” ucap Athena pada sang pelayan seraya menunjuk kursi meja makan yang biasa diduduki oleh Joana.“Baik, Nyonya,” jawab sang pelayan dengan patuh.Ya, Salmon steak dipadukan dengan kentang goreng adalah kesukaan Joana. Berbeda dengan Jesslyn yang lebih memilih dipadukan dengan mashed potato dan extra keju. Lain halnya dengan Jasper. Makanan kesukaan Jasper adalah Rib Eye Steak, sama seperto makanan yang disukai oleh Justin. Sedangkan Arnold dan Alaric yang menyukai sirloin steak dan tenderloin steak. Itu kenapa banyak sekali jenis makanan yang berbeda yang dihidangkan di atas meja makan. Begitu pun dengan makanan penutup. Setiap ana
Suara keributan membuat Justin dan Athena langsung berlari menghampiri kamar anak-anak mereka dengan cepat. Seketika Athena terbelalak terkejut melihat Arnold dan Alaric memperebutka sebuah robot di tangan mereka.“Arnold, Alaric! Apa-apaan ini! Mommy tidak ingin kalian bertengkar seperti ini!” seru Athena memberikan peringatan pada kedua putraynya itu.Perkataan tegas Athena sukses membuat Arnold dan Alaric tidak lagi membuar keributan. Kedua putranya kini menundukan kepalanya. Ya, seperti bias ajika Arnold dan Alaric bersalah mereka akan menunduan kepala mereka, sebagai ungkapan mereka telah menyesal.“Arnold, Alaric, kenapa kalian bertengkar?” Suara Justin bertanya pada kedua putranya“Daddy, tadi Ka Arnold membuat tangan robotku patah. Dia menariknya robot Ka Arnold,” ucap Alaric dengan suara polosnya.Justin mengembuskan napas kasar. “Arnold, kenapa kau membat tangan robot Alaric patah?”“Maaf, Daddy. Aku sungguh tidak sengaja,” jawab Arnold dengan kepala tertunduk.Athena mendes
Lima tahun kemudian…“Mommy…..” Suara teriakan anak-anak, membuat Athena yang tengah manata makanan di atas meja makan langsung mengalihkan pandangannya pada suara yang memanggilnya.“Hey, anak-anak kesayangan Mommy sudah pulang.” Athena langsung merentangkan kedua tangannya, memeluk Jasper, Joana, dan Jesslyn yang baru saja pulang sekolah.“Mommy kami merindukanmu.” Jasper, Joana, dan Jesslyn berucap dengan suara polosnya.“Mommy juga merindukan kalian.” Athena mengecupi puncak kepala anak-anaknya itu. “Sayang kenapa kalian pulang bertiga? Di mana Arnold dan Alaric?” tanyanya.“Mommy, tadi Arnold dan Alaric sangat lama. Kami pulang duluan. Arnold dan Alaric ada kelas bahasa Jepang,” jawab Joana dengan suara polosnya.Athena mendesah pelan. “Kenapa kalian tidak menunggu Arnold dan Alaric? Kan sopir jadi tidak perlu bolak-balik menjemput Arnold dan Alaric.”“Mommy, tadi Paman Nathan meneleponku, Paman bilang akan menjemput Arnold dan Alaric,” jawab Jesslyn dengan pupil mata hijau yang
Sydney, Australia.Athena berjalan menelusuri bibir pantai bersama dengan Justin. Athena menggendong Jeslyn, putri bungsunya. Sedangkan Justin menggendong Jasper dan Joana. Kini Justin dan Athena tengah berada di Mainly Beach, sebuah pantai yang wajib dikunjungi selama berada di Sydney. Banyak turis datang di pantai ini.Terlebih sekarang adalah musim panas di Sydney, musim di mana banyak pengunjung yang datang. Jika di Sydney saat ini musim panas, berbeda dengan New York yang sekarang adalah musim dingin. Perbedaan musim, yang membuat Athena menyiapkan segala kebutuhan dengan baik untuk suami dan anak-anaknya.Di belakang Justin dan Athena ada tiga pengasuh serta dua orang pengawal yang selalu beriringan dengan mereka. Sesaat tatapan Athena teralih pada beberapa orang diujung sana yang diam-diam mengambil gambar dirinya dan Justin serta ketiga anaknya. Athena pun memilih untuk mengulas senyuman di wajahnya dan membiarkan orang-orang di sana mengambil gambarnya. Jujur saja, Athena tid
Julia memuntahkan semua sisi perutnya di wastafel. Kepala Julia memberat. Tubuhnya terasa begitu lemah. Sudah beberapa hari ini, dia selalu memuntahkan makanan yang baru saja masuk ke perutnya. Ya, dia memang begitu tersiksa beberapa hari ini. Ditambah dia masih harus mengurus J.A Modeling School. Meski demikian Athena mulai datang ke J.A Modeling School, membantu dirinya mengurus sekolah modeling itu. Jika tidak entah bagaimana mengurus J.A Modeling School yang kini berkembang begitu pesat.Saat Julia hendak keluar dari kamar mandi, pandangan Julia mulai buram. Kepalanya memberat. Tubuhnya tidak mampu berdiri. Hingga saat semua pandangan Julia menggelap, dan tubuhnya hampir ambruk, Peter yang baru saja keluar dari walk-in closetnya dengan cepat berlari dan menangkap tubuh Julia yang kini sudah jatuh pingsan.“Julia? Julia bangunlah?” Peter menepuk pelan pipi sang istri, tapi Julia tak kunjung membuka matanya. Raut wajah Peter berubah menjadi panik. Dia langsung membopong tubuh Julia
Beberapa bulan kemudian…Suara tangis Jasper dan Joana membuat Athena yang tengah berkemas-kemas langsung menghentikan aktifitasnya. Kini Athena mengambil alih Joana, sedangkan Jasper diambil alih oleh pengasuh. Athena harus lebih dulu menggendong Joana, pasalnya Joana yang sering menangis kencang.Beruntung Jesslyn tidak pernah rewel. Jika saja Jesslyn sama seperti Jasper dan Joana, entah apa yang harus di lakukan Athena. Sungguh, memiliki tiga bayi kembar sekaligus benar-benar membuat Athena kerepotan.Namun, meski demikian tentu saja Athena sangat bahagia. Athena tidak sendiri, Justin menyiapkan tiga pengasuh untuk anak-anak mereka. Hanya saja, Joana yang paling rewel dan sering sekali menangis. Itu kenapa Athena harus menggendong Joana lebih dulu.“Sayang? Kenapa kau menangis? Lihatlah adikmu sangat tenang.” Athena mengecupi pipi gemuk Joana. “Jangan menangis lagi, ya? Mommy sedang bersiap-siap. Hari ini kita akan berlibur ke Sydney.”Ya, sebenarnya tadi Athena tengah berkemas-kem
Hari ini adalah hari yang ditunggu oleh Peter dan Julia. Setelah perjuangan panjang hubungan mereka, akhirnya semuanya berjalan dengan manis. Mereka bisa menikah, ini adalah impian Julia sejak dulu. Jujur Julia masih tidak menyangka bisa menikah dengan pria yang dia cintai. Penantian panjang Julia terbalaskan, kini dia telah berhasil meluluhkan hati Peter. Sosok pria yang sejak awal menarik perhatiannya. Meski Peter belum sepenuhnya mencintai dirinya, tapi Julia yakin Peter akan berusaha untuk membahagiakannya.Di hari pernikahan Peter dan Julia, Athena khusus meminta Brian, ayahnya menjadi pendamping Julia. Mengingat Julia sudah tidak lagi memiliki orang tua. Begitu pun dengan Peter, Justin khusus meminta Arthur, ayahnya sebagai pendamping Peter. Samahalnya dengan Julia, Peter sudah tidak lagi memiliki kedua orang tua. Selama ini Justin dan Athena sudah menganggap Peter dan Julia sebagai keluarga mereka.Kini Julia mematut cermin, tubuhnya sudah terbalut sebuah gaun pengantin rancang