Justin duduk di kursi kebesarannya seraya menyandarkan punggungnya di kursi. Dia memejamkan mata sesaat. Berita pernikahannya sudah terdengar. Hampir seluruh media memberitakan tentang dirinya dan Athena. Lebih tepatnya, bukan hanya hampir, melainkan seluruh media memberitakan tentang dirinya dan juga Athena Morris. Akibat lamaran sialan itu, dirinya terjebak dalam pemberitaan media. Sejak dulu, Justin tidak pernah menyukai kehidupannya disorot oleh media. Itu kenapa tujuh tahun dia menjalin hubungan dengan Marinka, media tidak mengetahuinya. Biasanya, Justin tidak akan pernah angkat bicara jika di sebuah acara, media bertemu dengan dirinya bersama dengan Marinka. Sekarang, semua berubah—setelah dia terjebak masalah rumit dengan Athena, hingga membuat dirinya harus berurusan dengan media. Suara dering ponsel terdengar membuat lamunan Justin terhenti. Dia mengalihkan pandangannya pada ponsel yang terletak di atas mejanya. Dia mengambil ponsel dan menatap ke layar. Justin membuang nap
Athena menatap cermin, dia memoles wajahnya dengan riasan tipis. Hari ini adalah hari di mana dia akan fitting gaun pengantin. Tidak pernah terpikir dalam hidup—Athena akan menikah dengan cara seperti ini. Jika saja waktu bisa diputar, dia tentu akan memilih tidak pernah bertemu dengan pria seperti Justin Afford. “Athena,” panggil Julia saat melangkah masuk ke dalam kamar Athena.Athena mengalihkan pandangannya, dia menatap Julia yang melangkah mendekat ke arahnya. “Ada apa, Julia?” “Di bawah sudah ada Justin. Hari ini kau akan fitting gaun pengantin, bukan?” tanya Julia memastikan. Jujur saja, sejak Athena menceritakan padanya tentang kesepakatannya dengan Justin, Julia adalah orang satu-satunya yang selalu mencemaskan Athena. Pasalnya, di dunia ini Athena hanya memiliki Julia, begitu pun Julia yang hanya memiliki Athena. “Dia sudah datang? Aku akan turun ke bawah sebentar lagi.”“Tunggu, Athena!” Julia menyentuh lengan Athena.“Ada apa, Julia?” Athena menautkan alisnya. Julia me
Suara bunyi alarm terdengar, membuat Athena yang tengah tertidur pulas harus terbangun. Wanita itu mendengkus saat bunyi alarm di ponselnya tak kunjung berhenti. Detik itu juga, dia menonaktifkan ponselnya, agar alarm itu berhenti. Namun, saat Athena menonaktifkan ponselnya, dia mendengar suara Julia berteriak memanggil namanya dari luar.“Shit, Julia! Diamlah! Ini bukan hutan!” seru Athena. Dia mengambil bantal, menutup telinganya dengan bantal. Matanya masih mengantuk, enggan untuk terbuka.“Astaga, Athena! Ini sudah jam lima pagi. Kau ada jadwal syuting pengambilan scene dengan Fazio di pagi hari,” Julia mengentakkan kakinya masuk ke dalam kamar Athena. Dia berdecak kala melihat Athena masih tertidur. Dengan cepat, Julia menarik bantal itu, lalu menggoyangkan bahu Athena. “Bangun, Athena! Kau akan mendapatkan masalah jika kau datang terlambat.” Athena mengumpat, dia terpaksa membuka matanya. “Julia, aku sedang malas. Apa tidak bisa kau beralasan aku ini sedang sakit?” “Tidak bisa
“Athena, kau tinggal di mana?” Bianca mengambil tenderloin steak yang sudah terhidang di atas meja, lalu memberikannya pada Arthur dan juga Justin. Dia duduk tepat di samping Arthur—tatapannya tak lepas menatap Athena yang tengah menikmati makan malamnya. “Aku memiliki penthouse di One Madison Park,” jawab Athena dengan senyuman hangat di wajahnya. Bianca mengangguk. “One Madison Park, biasanya para artis dan model banyak tinggal di sana. Justin memiliki bibi yang juga pernah tinggal di One Madison Park. Kakak iparku bernama Tasya Lucero, dulunya adalah model dan tinggal di One Madison Park.”“Tasya Lucero? Apa yang dimaksud Ryu Tasya?” tanya Athena memastikan. Bianca tersenyum. “Kau mengenalnya?” Athena mengangguk. “Tentu aku mengenal model senior, Ryu Tasya dulu sangat hebat.” “Aku juga memiliki adik perempuan yang dulunya seorang model, Caroline Evans, tapi sekarang dia tinggal menetap di Los Angeles. Tasya, kakak iparku, menetap tinggal di Madrid. Biasanya beberapa bulan seka
Athena melangkah masuk ke dalam ruang istirahat, dia menjatuhkan pelan tubuhnya duduk di sofa seraya menyandarkan punggungnya. Hari ini dia baru saja menyelesaikan syuting terakhirnya. Tanpa terasa, hanya hitungan hari—dirinya dan Justin akan menikah. Rasanya waktu berjalan begitu cepat, bahkan dia masih belum menyangka akan menikah dengan cara seperti ini. Athena mendongakkan kepalanya, menatap langit-langit dengan pandangan menerawang ke depan. Beberapa hari terakhir ini, ada hal yang membebani pikiranya, yaitu permintaan Justin yang melarang dirinya mengambil pekeerjaan setelah syuting berakhir. Padahal sebelumnya, dia telah menandatangani kontrak pekerjaan untuk tiga hari ke depan setelah syuting film ‘Devil Beside You’ berakhir. Akibat permintaan Justin, dia harus membayar ganti rugi akibat pembatalan kontrak sepihak. Pria itu benar-benar menyebalkan. “Athena.” Julia melangkah masuk ke dalam ruang istirahat, dia duduk di samping Athena seraya menyerahkan salmon steak yang baru
Justin tak peduli dengan umpatan ataupun makian yang lolos di bibir Athena. “Hari ini aku cukup sibuk. Rumahmu juga tidak jauh dari kantorku, jadi tidak masalah kau mengantarkan dokumenku.”Athena mendengkus, menatap kesal Justin. Dia sudah tahu pria itu mengerjai dirinya—sengaja menyusahkan dirinya mengantar dokumen itu. “Sudahlah, aku ingin pulang!”“Kau tidak bisa pulang! Apa kau tidak dengar apa yang aku katakan tadi? Grandma-ku memintamu datang!” Justin menahan tangan wanita itu, dan memberikan tatapan tajam padanya.Athena berusaha mengendalikan rasa kesalnya. “Aku akan menunggumu di luar! Aku tidak mau menunggumu di ruangan ini!” “Aku hanya meeting sebentar, kau tunggu saja di sini!” “Aku paling membenci menunggu! Lebih baik, jika kau sudah selesai meeting, kau bisa langsung menghubungiku!” “Aku sudah katakan padaku, kau tunggu di sini!” Justin tak ingin dibantah.“Jika kau lebih dari tiga puluh menit, aku akan menarik paksa dirimu keluar dari ruang meeting! lagi, jangan l
“Athena!” Justin berteriak kala melihat mobil Athena meninggalkan perusahaannya. Dia mengumpat pelan, bisa-bisanya wanita itu pergi tanpa mengatakan apa pun padanya.“Scarlett!” Nathan menyusul, dia berteriak begitu kencang saat mobil Athena pergi dari parkiran mobil. Justin yang berdiri tidak jauh dari Nathan, dia menatap adiknya yang sejak tadi memanggil Athena dengan sebutan ‘Scarlett’.Pandangan Nathan teralih pada Justin, dengan cepat dia menghampiri Justin. “Kak, dari mana kau mengenal Scarlett? Katakan padaku!” cercanya dengan sorot mata tajam pada Justin. “Kenapa kau memanggil Athena dengan sebutan Scarlett?” Justin tidak langsung menjawab, dia menautkan alisnya, menatap penuh selidik pada adiknya. “Dia Scralett, Kak! Dia temanku! Harusnya aku yang bertanya padamu, kenapa kau memanggil Scarlett dengan sebutan Athena Morris, dan kau mengatakan dia adalah calon istrimu! Jelaskan padaku, Kak!” seru Nathan meminta penjelasan.“Dia memang Athena Morris. Wanita yang pernah aku cer
Justin melompat turun dari mobilnya, dia membanting kasar pintu mobilnya—melangkah masuk ke dalam penthouse milik Athena. Terlihat wajah Justin begitu dingin dan sorot mata menajam. Dia tidak sabar untuk bertanya langsung pada wanita itu. Hingga detik ini, dia tidak mengerti kenapa Nathan begitu membela Athena—seolah menunjukkan mereka memiliki hubungan kuat.“Athena!” Justin berteriak kencang memanggil nama Athena. Dia tidak memedulikan sapaan pelayan yang berada di hadapannya itu. Dia terus melangkah menuju kamar Athena. Namun, langkah Justin terhenti saat dia berpapasan dengan Julia yang berlari dan terburu-buru. “Justin?” Julia yang hendak menyusul Athena, terkejut melihat Justin berada di hadapannya. “Di mana Athena?” tanya Justin dingin dengan sorot mata tajamnya. “Athena tidak ada,” jawab Julia gelisah.“Jangan mencari masalah denganku! Katakan di mana Athena!” seru Justin dengan nada yang sedikit meninggi. Terlihat kilat kemarahan di matanya. Julia membuang napas kasar. “J