"Tuan Justin..."Langkah Justin terhenti kala dia hendak masuk ke dalam ruang rawat Athena dan mendengar suara yang memanggilnya. Dia membalikan tubuhnya, dan menatap Peter yang berdiri di hadapannya."Kau dari mana?" tanya Justin dingin pada assistantnya itu."Tuan, ada yang ingin saya sampaikan," jawab Peter dengan gugup.Justin membuang napas kasar. "Kenapa kau belum mengganti Dokter untuk istriku? Bukannya aku mengatakan padamu untuk segera menggantinya?" serunya yang mengabaikan perkataan Peter."Tuan, maafkan saya, Tuan. Tadi saya terburu-buru karena ada hal yang penting," jawab Peter yang begitu cemas."Kau pikir istriku tidak penting?" seru Justin dengan tatapan yang begitu tajam."B-Bukan begitu, Tuan. Tapi ini menyangkut Pamela Green," ujar Peter yang sontak membuat Justin sedikit terkejut."Pamela Green? Ada apa? Jangan katakan dia berhasil kabur!" Kilat mata Justin begitu tajam, menatap Peter."Tidak, Tuan. Pamela Green masih bersama dengan kita," jawab Peter cepat. "Tapi
"Kylie, sialan kau! Aku akan menghajarmu dasar wanita gila!" Julia hendak menerobos masuk ke dalam ruang rawat Kylie. Namun dengan cepat Peter langsung menarik tangan Julia yang pasti akan membuat masalah."Lepaskan tanganku, Peter!" seru Julia kesal."Nona Julia, saya mohon jangan membuat masalah. Saya menceritakan semuanya tidak bermaksud untuk anda melakukan pembalasan pada Nona Kylie. Beliau melakukan itu diluar kesadarannnya. Bahkan dia juga sudah mengakui kesalahannya, Nona. Saya mohon jangan memperkeruh suasana," ujar Peter dengan nada tegas.Julia membuang napas kasar. "Tapi dia hampir membunuh sahabatku! Dan bukan hanya hampir membunuh sahabatku tapi dia juga ingin melenyapkan bayi yang ada dikandungan Athena! Aku harus tetap memberinya pelajaran!" jawabnya penuh dengan penekanan.Julia kembali melangkahkan kakinya cepat menuju ruang rawat Kylie. Namun dengan sigap Peter langsung menarik tubuh Julia dan membopong layaknya karung beras. Sontak, Julia terkejut kala Peter membop
Justin melangkahkan kakinya masuk ke sebuah gudang, tempat dimana dia meminta anak buahnya mengurung Pamela. Peter yang berdiri di belakang Justin pun melangkah mengikuti Justin.Saat Justin memasuki gudang gelap itu, tatapannya tertuju pada sosok wanita yang meringkuk di lantai dengan tangan yang terikat oleh tali. Ya, luka tembak di tubuh Pamela sebelumnya telah diobati. Tidak mungkin Justin membiarkan luka itu membunuh Pamela. Karena kematian terlalu indah untuk wanita itu."J-Justin?" Pamela memanggil Justin lirih. Terlihat tatapanya mengiba dan memohon Justin untuk melepaskannya. Namun, sayangnya Justin tidak memedulikan tatapan Pamela yang memohon padanya.Justin menundukan tubuhnya. Iris mata coklatnya menatap Pamela dengan tatapan yang begitu tajam. "Beraninya kau melukai istriku, apa kau bosan hidup?" desisnya dengan penuh kemarahan."J-Justin, aku mencintaimu. Aku, akh-"Perkataan Pamela terpotong. Bahkan kini dia meringis kesakitan saat Justin menarik kasar rambutnya. Matan
"Justin, aku ingin melihat Adelia," ujar Athena sambil menatap Justin yang tengah fokus pada ponsel di tangannya. Sudah lama Athena tidak menjenguk keadaan Adelia. Biasanya dia hanya sering mendapatkan kabar tentang Adelia dari keluarganya saja. Namun, tentu saja itu tidak cukup. Bagaimanapun Athena masih terus merasa bersalah. Karena dirinya Adelia harus terluka."Kau ingin melihat Adelia?" Justin mengalihkan pandangannya, kemudian menatap wajah sang istri.Athena mengangguk. "Kau mau menemaniku, kan? Aku ingin sekali bertemu dengan Adelia.""Aku akan menemanimu. Tapi kau jangan terlalu lama. Kondisimu belum sepenuhnya pulih," tukas Justin mengigatkan."Iya, Justin. Aku tidak akan lama," jawab Athena yang lebih memilih menuruti perkataan sang suami.Justin beranjak dari tempat duduknya. Dia mendekat dan langsung membopong tubuh Athena, memindahkanya ke kursi roda. Kini Justin mendorong kursi roda Athena, menuju ruang rawat Adelia.Setibanya di ruang rawat Adelia, Athena mengulas seny
Athena duduk di taman seraya menatap bunga-bunga yang tumbuh begitu indah. Suasana sore di musim gugur benar-benar sangat menyejukan. Sesaat Athena memejamkan matanya kala merasakan hembusan napas yang menyentuh kulitnya. Sudah hampir dua minggu Athena keluar dari rumah sakit. Selama ini hari-harinya hanya di rumah dan bersantai. Justin sudah tidak lagi mengizinkannya untuk bekerja.Sekolah modeling milik Athena yang diberikan oleh sang suami, diurus oleh Julia. Selama ini Julia yang mengatur sekolah modeling miliknya itu. Jujur saja, Athena begitu jenuh hanya menghabiskan waktu di rumah. Terkadang jika Athena bosan, dia akan pergi ke mall bersama ibu mertuanya ataupun dengan Irina. Kemarin Adelia baru saja berpamitan pada Athena kembali meneruskan pendidikan di German. Sungguh Athena benar-benar merasa kehilangan sosok adik tirinya yang baik itu. Namun, dia tidak mungkin meminta Adelia tetap tinggal, sedangkan dia tahu Adelia ke German untuk menyelesaikan pendidikannya."Nyonya Athen
Athena mematut cermin. Dia memoles wajahnya dengan make up tipis. Kini tubuhnya telah terbalut oleh dress yang nyaman dan berukuran sedikit lebih besar dari ukurannya. Sebenarnya kandungan Athena masih sangat muda. Tapi entah, perutnya sudah terlihat membuncit. Mungkin ini karena hampir setiap malam Athena selalu makan cake dan ice cream. Athena bahkan tidak lagi memedulikan timbangannya yang geser ke kanan sekalipun. Bagi Athena yang terpenting saat ini anaknya tumbuh dengan sehat. Tidak masalah bentuk tubuhnya sedikit mengalami perubahaan, nanti setelah melahirkan dia bisa kembali fokus mengembalikan bentuk tubuhnya."Selesai," Athena baru saja selesai memoles lip balm di bibirnya. Sejak hamil, Athena cenderung malas untuk berias. Hanya terkadang dia berias ketika harus menemani Justin ke pesta.Justin berdiri di ambang pintu, menatap Athena yang baru saja selesai berias. Dia tersenyum, kemudian melangkah mendekat ke arah Athena dan memeluk istrinya itu dari belakang seraya mengecup
"Justin, bangun. Aku lapar." Athena menggoyangkan bahu sang suami, berusaha membangunkan suaminya itu. Tapi berkali-kali Athena membangunkan Justin, suaminya itu tetap tidak juga bangun."Justin! Kenapa kau susah sekali bangunnya!" Athena merengek seraya memukul lengan sang suami. Dia tidak lagi bisa bersabar, peruntnya sudah merasa begitu lapar."Iya, Athena. Ada apa? Ini masih tengah malam." Dengan terpaksa Justin membuka matanya saat mendengar rengekan Athena. Padahal dia masih sangat mengantuk."Aku lapar, Justin." Athena menekuk bibirnya. Cemberut seperti seorang anak kecil."Aku akan meminta pelayan menyiapkan makanan untukmu." Justin hendak mengambil ponselnya, tapi Athena langsung menahan lengannya."Aku ingin kau yang memasak, Justin. Aku tidak mau pelayan!" Athena mencebikan bibirnya seraya melipat tangan di depan dada.Kening Justin berkerut, dia bingung dengan permintaan sang istri. "Athena, kau tahu aku tidak bisa memasak. Jangan yang meminta yang tidak-tidak, Athena. Aku
"Athena, kenapa kau lama sekali? Aku menunggumu hampir satu jam!" Suara Julia berseru dengan nada kesal saat melihat Athena melangkah menghampirinya. Bagaimana dia tidak marah. Dia sudah menunggu lama sahabatnya itu."Salahkan dirimu kenapa kau mendatangiku pagi hari seperti ini." Athena duduk di samping Julia. Dia mengambil chocolate cake di atas meja dan memakannya perlahan. "Dari pada kau marah-marah tidak jelas, lebih baik kau makan. Pelayanku sudah banyak menyiapkan makanan untukmu, bukan? Kalau kau kurang bilang saja, nanti aku akan meminta pelayanku menyiapkan makanan yang kau inginkan."Julia menggeleng tak percaya menatap Athena yang tengah melahap chocolate cake. Entah perutnya yang lapar menjadi kenyang melihat Athena yang begitu banyak makan. "Jika aku mengikutimu, aku tidak bisa membayangkan bentuk tubuhku. Lihat saja kau baru satu kali hamil tapi cara makanmu sungguh mengerikan.""Aku memang hamil baru satu kali, tapi bayiku ada tiga. Jadi kau tidak perlu heran jika aku