Share

63

Menurut Ratu, Raja memang suka semena-mena. Sejak dulu–bahkan sebelum menduduki kursi tertinggi di perusahaan–sifat diktatornya sudah terlihat dengan jelas. Wajar, sih, sebagai anak sulung, tanggung jawab yang Raja emban jauh lebih banyak ketimbang dirinya mau pun Langit. Tapi bisa dong jangan main sesuka hati di saat Ratu sedang nyaman-nyamannya menikmati sebuah proses move on. Emang kampret Raja itu.

"Kamu pindah ke Semarang."

Begitu bunyinya. Sambungan nirkabel itu memperjelas suara dan titah dari Raja. Kembarannya itu kalau ngasih perintah selalu jelas, singkat dan padat alias pelit omongan.

"Hah, gimana-gimana?"

Ratu bengong. Nyawa dari bangun tidurmya yang belum tuntas masih melayang ke antah berantah. Dan telepon dari Raja membuat kepalanya pening seketika.

"Pindah ke Semarang, sekarang juga."

Bertambah saja kata-katanya.

"Ngapain? Emang di Semarang buka kantor cabang baru? Kok aku baru tahu?"

Ratu nggak dapat kabar apa-apa. Heran dengan sikap Raja yang berubah drastis sewakt
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status