Happy reading....
Haidar memulai segalanya benar-benar dari nol. Walau dia sebenarnya tak perlu melakukan hal itu. Menjadi anak tunggal dari keluarga Pratama yang sudah pasti semua aset dan milik keluarga akan jatuh ke tangannya. Namun hal itu tak membuat Haidar diam saja dan langsung menerima semua itu tanpa adanya kerja keras.
Sang ayahlah yang membentuk karakter Haidar seperti itu. Dia tidak ingin karena statusnya, sang anak menjadi sombong. Pria itu yang membentuk sebagian besar karakter Haidar. Hingga membuat sang anak menjadi sosok yang mandiri dan pekerja keras.
Hari itu untuk merayakan ulang tahun sang istri, ayah Haidar; Thomas Pratama tak hanya menyiapkan kejutan untuk wanita yang begitu dia cintai itu namun juga kejutan untuk Haidar.
"Mulai sekarang Ayah percayakan padamu perusahaan yang berada di Alatha," kata pria itu membuat Haidar menatapnya
Happy reading.... "Pria seperti apa yang kau sukai?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari bibir tipis Haidar dengan pandangan yang tak lepas dari wanita di hadapannya. Wanita itu terlihat bingung dengan pertanyaan Haidar. Padahal mereka baru bertemu hari ini namun pria dengan t-shirt putih itu sudah mengajukan pertanyaan yang menimbulkan rasa canggung. Hera yang masih terlihat sangat polos dan lugu saat itu hanya menjawab seadanya. Apa yang terlintas di otaknya, itulah yang keluar di mulutnya. "Tentu saja pria yang bisa memenuhi segala keinginanku," jawab Hera diiringi dengan kekehan kecil. Tidak ada keseriusan dalam kata-kata itu. "Maksudmu pria yang memiliki banyak uang?" tanya Haidar menaikkan satu alisnya. "Bukankah seorang pria memang dinilai dari uangnya?" kata Hera tertawa kecil. Tepat
Happy reading.... "Mengingat sesuatu?" tanya Haidar seraya tersenyum. "Ka--kau...." Suara Hera terasa tercekat di leher dengan mulut dan mata yang terbuka lebar sambil menatap Haidar. "Ternyata Tuhan mengabulkan doaku," kata Haidar. "Walau sedikit terlambat," lanjutnya menggidikkan bahu dengan kekehan kecil. Seperti sedang menertawakan takdirnya yang jika diingat-ingat lagi cukup lucu. Hera terdiam. Segala ingatan malam itu bergulir bagai potongan film yang baru saja tersambung hingga menjadi cerita yang lengkap. Sungguh Hera tidak pernah menyangka jika pria yang malam itu bersamanya ternyata Haidar. Si pria berambut silver. Lagi pula mana Hera tahu pria itu adalah Haidar karena sekarang rambut Haidar berwarna hitam. Senyum di wajah Haidar memudar perlahan saat melihat wajah Hera yang terlihat gelisah. Seperti tidak senang de
Happy reading...."Tuan Jayden ada di luar, Nyonya Hera," ujar Ara pelan. Senyum yang semula terpatri di wajah Hera seketika luntur. Berganti datar."Apakah saya---""Biarkan dia masuk," potong Hera dengan cepat.Sejak awal dia sudah setuju untuk tetap membiarkan Jayden datang sewaktu-waktu pria itu merindukan Juan. Dia tetaplah ayah Juan dan tidak ada yang bisa memungkiri hal itu. Dan Hera di sini tidak ingin bersikap egois karena kebahagiaan Juan adalah prioritasnya sekarang."Baik, Nyonya Hera," ujar Ara kembali keluar untuk mempersilakan Jayden masuk.Tak berselang lama, eksistensi Jayden pun hadir di tengah-tengah mereka; Hera dan Juan. Pria itu hanya menatap Hera sekilas karena Hera sendiri sudah membuang muka tidak ingin menatapnya. Jayden meringis pelan."
Happy reading...."Ibu!"Hera memanggil ibunya yang tengah duduk didampingi Ara. Wajah wanita itu sembab dengan pipi yang dibanjiri air mata."Bagaimana keadaan Ayah, Bu?" tanya Hera yang juga tak kalah kacau dengan Anne. Wanita paruh baya itu menggeleng lalu memeluk Hera dengan tubuhnya yang terasa begitu lemas.Sejak mendengar kabar sang suami jatuh pingsan di kantor hingga sekarang masuk ruang UGD, Anne tak hentinya menangis. Seluruh tenaganya telah terkuras habis. Untunglah ada Ara yang setia bersamanya sebelum Hera datang.Hera juga sudah berlinang air mata namun tiada suara yang keluar. Dia membawa Anne untuk duduk. Dia pun sama, sangat khawatir dan gelisah, tapi sebisa mungkin Hera tidak menunjukkan hal itu di depan ibunya."Aku yakin Ayah pasti akan baik-baik saja, Bu," ujar Hera memeluk erat Anne. Entah hal itu untuk menguat
Happy reading....Andrew baru saja menginjakkan kaki di perusahaannya, tapi seorang pria yang menjadi sekretarisnya langsung menghampirinya. Raut wajahnya bingung dan gelisah membuat Andrew tak senang melihatnya."Ada apa?" tanya Andrew.Pria itu tak lantas menjawab namun menampilkan gimik seakan mengatakan hal yang akan dia bicarakan tidak pantas dikatakan di ruangan terbuka seperti ini. Andrew yang mengerti hal itu lalu melanjutkan langkah menuju ruangannya"Ada apa, Jonatan?" Andrew bertanya untuk yang kedua kalinya. Dia sudah duduk di kursi kebesarannya sekarang dan siap mendengar apa yang akan dikatakan pria itu.Pria bernama Jonatan itu menggigit bibir bawahnya seperti masih ragu untuk memberitahu. Menghela napas pelan, Jonatan memberikan file yang sejak tadi dipegangnya pada Andrew.Andrew melirik Jonatan beberapa saat sebel
Happy Reading....Beberapa minggu kemudian...."Kau yakin ingin menemaniku?" tanya Jayden pada Elena yang sedang membantunya memasang dasi."Tentu saja, Sayang. Aku ingin menyaksikan sendiri kau akhirnya bercerai dengan Hera," ujar Elena tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Penantiannya selama lebih dari satu tahun menunggu Jayden bercerai dengan Hera berakhir sudah.Hari ini mereka akan melakukan sidang dan Elena tidak ingin kehilangan kesempatan untuk menyaksikannya sendiri."Baiklah, jika itu yang kau inginkan," ucap Jayden mengelus pipi Elena setelah wanita itu selesai memasangkan jas padanya.Pasangan bak pengantin baru itu segera bergegas menuju pengadilan. Mereka sampai lebih dulu. Disusul oleh Jane dan beberapa kerabat lainnya yang datang memberi support pada Jayden. Mereka masih belum tahu kebenarannya. Keluarga Jayden masih menganggap jika perceraian ini terjadi karena perselingkuhan Hera.Keluarga Hera sendiri sudah tidak ambil pusing untuk menjelaskan semuanya. Toh, set
Happy reading...Saat sampai di rumah, Hera disambut antusias oleh Anne dan Andrew yang sudah menunggunya sejak tadi. Haidar sudah lebih dulu pamit tanpa mampir, katanya ada urusan mendadak yang harus dia selesaikan."Di mana Juan?" tanya Hera memperhatikan sekeliling rumah itu. "Sedang tidur ditemani Ara," jawab Anne. Hera hanya mengangguk paham. Mengambil alih kursi roda yang digunakan Andrew lalu mendorongnya menuju ruang tamu."Bagaimana hasilnya?" tanya Anne tidak sabaran.Melihat raut wajah berseri Hera, Anne dan Andrew bisa menebak jika sang anak membawa kabar baik. Namun hal itu tak membuat urung niat Anne untuk tahu langsung dari Hera."Semuanya berjalan lancar ...." Hera menghela napas pelan sembari tersenyum ke arah Ayah dan Ibunya. "Aku dan Jayden resmi bercerai."Anne tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Dipeluk erat Hera dengan senyum lega terpatri di wajahnya. Mungkin diluar sana banyak orang tua yang akan kecewa jika mendengar anak-anaknya bercerai. Ya, tentu saj
Happy reading...Jayden membanting dengan kasar dokumen serta foto-foto yang baru saja diberikan Roy padanya. Pria itu memijit pelipisnya lembut. Kepalanya terasa akan pecah karena emosi yang mulai menguasai dirinya. Sementara pria di hadapannya hanya bisa menunduk tak berani menatap sang bos. Ingat, Jayden yang sedang marah terlihat sangat menyeramkan di mata Roy."Bagaimana mungkin Hera bisa bangkit secepat itu?" geramnya hingga membuat rahangnya mengeras.Dalam foto yang diberikan Roy terlihat jika Hera telah mendiami sebuah rumah yang lumayan besar dan dalam dokumen juga tertera jika Hera telah mengambil alih kembali perusahaan sang ayah.Bagaimana mungkin Hera bisa melakukan itu sekaligus? Seharusnya dia datang pada Jayden, memohon padanya dengan wajah memelas penuh air mata. Tapi apa yang terjadi sekarang, Hera malah bersenang-senang dengan wajah cantiknya yang mempesona.Brengsek!"Properti rumah yang ditinggali Nona Hera sekarang atas namanya sendiri. Itulah sebabnya Anda tida