Happy reading....
Andrew baru saja menginjakkan kaki di perusahaannya, tapi seorang pria yang menjadi sekretarisnya langsung menghampirinya. Raut wajahnya bingung dan gelisah membuat Andrew tak senang melihatnya.
"Ada apa?" tanya Andrew.
Pria itu tak lantas menjawab namun menampilkan gimik seakan mengatakan hal yang akan dia bicarakan tidak pantas dikatakan di ruangan terbuka seperti ini. Andrew yang mengerti hal itu lalu melanjutkan langkah menuju ruangannya
"Ada apa, Jonatan?" Andrew bertanya untuk yang kedua kalinya. Dia sudah duduk di kursi kebesarannya sekarang dan siap mendengar apa yang akan dikatakan pria itu.
Pria bernama Jonatan itu menggigit bibir bawahnya seperti masih ragu untuk memberitahu. Menghela napas pelan, Jonatan memberikan file yang sejak tadi dipegangnya pada Andrew.
Andrew melirik Jonatan beberapa saat sebel
Happy Reading....Beberapa minggu kemudian...."Kau yakin ingin menemaniku?" tanya Jayden pada Elena yang sedang membantunya memasang dasi."Tentu saja, Sayang. Aku ingin menyaksikan sendiri kau akhirnya bercerai dengan Hera," ujar Elena tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Penantiannya selama lebih dari satu tahun menunggu Jayden bercerai dengan Hera berakhir sudah.Hari ini mereka akan melakukan sidang dan Elena tidak ingin kehilangan kesempatan untuk menyaksikannya sendiri."Baiklah, jika itu yang kau inginkan," ucap Jayden mengelus pipi Elena setelah wanita itu selesai memasangkan jas padanya.Pasangan bak pengantin baru itu segera bergegas menuju pengadilan. Mereka sampai lebih dulu. Disusul oleh Jane dan beberapa kerabat lainnya yang datang memberi support pada Jayden. Mereka masih belum tahu kebenarannya. Keluarga Jayden masih menganggap jika perceraian ini terjadi karena perselingkuhan Hera.Keluarga Hera sendiri sudah tidak ambil pusing untuk menjelaskan semuanya. Toh, set
Happy reading...Saat sampai di rumah, Hera disambut antusias oleh Anne dan Andrew yang sudah menunggunya sejak tadi. Haidar sudah lebih dulu pamit tanpa mampir, katanya ada urusan mendadak yang harus dia selesaikan."Di mana Juan?" tanya Hera memperhatikan sekeliling rumah itu. "Sedang tidur ditemani Ara," jawab Anne. Hera hanya mengangguk paham. Mengambil alih kursi roda yang digunakan Andrew lalu mendorongnya menuju ruang tamu."Bagaimana hasilnya?" tanya Anne tidak sabaran.Melihat raut wajah berseri Hera, Anne dan Andrew bisa menebak jika sang anak membawa kabar baik. Namun hal itu tak membuat urung niat Anne untuk tahu langsung dari Hera."Semuanya berjalan lancar ...." Hera menghela napas pelan sembari tersenyum ke arah Ayah dan Ibunya. "Aku dan Jayden resmi bercerai."Anne tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Dipeluk erat Hera dengan senyum lega terpatri di wajahnya. Mungkin diluar sana banyak orang tua yang akan kecewa jika mendengar anak-anaknya bercerai. Ya, tentu saj
Happy reading...Jayden membanting dengan kasar dokumen serta foto-foto yang baru saja diberikan Roy padanya. Pria itu memijit pelipisnya lembut. Kepalanya terasa akan pecah karena emosi yang mulai menguasai dirinya. Sementara pria di hadapannya hanya bisa menunduk tak berani menatap sang bos. Ingat, Jayden yang sedang marah terlihat sangat menyeramkan di mata Roy."Bagaimana mungkin Hera bisa bangkit secepat itu?" geramnya hingga membuat rahangnya mengeras.Dalam foto yang diberikan Roy terlihat jika Hera telah mendiami sebuah rumah yang lumayan besar dan dalam dokumen juga tertera jika Hera telah mengambil alih kembali perusahaan sang ayah.Bagaimana mungkin Hera bisa melakukan itu sekaligus? Seharusnya dia datang pada Jayden, memohon padanya dengan wajah memelas penuh air mata. Tapi apa yang terjadi sekarang, Hera malah bersenang-senang dengan wajah cantiknya yang mempesona.Brengsek!"Properti rumah yang ditinggali Nona Hera sekarang atas namanya sendiri. Itulah sebabnya Anda tida
Happy reading...Rasa gugup itu menyerang Hera membuat telapak tangannya berkeringat. Hari adalah hari pertamanya bertemu para klien yang akan membantunya, membangun kembali perusahaan sang ayah.Walau telah mengenyam pendidikan di bidang bisnis, tak serta merta membuat Hera bisa tenang. Saat kuliah dulu dia membayangkan Andrew, sang ayah yang akan mengajarinya bagaimana cara mengelolah bisnis real estate tersebut. Namun takdir berkata lain, di mana Hera harus bekerja sendiri. Belajar sendiri. Rasanya benar-benar sulit. Sungguh.Lihat. Padahal para klien akan datang lima belas menit lagi tapi kegelisahan Hera tak kunjung reda."Apa aku harus minum obat penenang?" gumamnya pelan. "Tidak!" Tapi pada detik ketiga dia segera menggeleng. Juan masih meminum ASI-nya dan Hera tidak ingin putranya ikut mengkonsumsi apa yang dia konsumsi. Apalagi obat. Hal itu bisa berakibat fatal.Menarik napas lalu membuangnya pelan berulang kali dengan ritme tetap. Hera berharap apa yang dia lakukan sekaran
Happy reading...Hera menghela napas berat saat melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Suasana riuh dari ruang tamu sudah terdengar bahkan sebelum dia melewati pintu utama. Itu suara Juan dan Anne. Sepertinya mereka sedang asyik bermain. Tanpa sadar Hera tersenyum lembut sembari mempercepat langkahnya. Dia ingin segera bertemu putra kecilnya.Langkah Hera sedikit melambat saat melihat ternyata tidak hanya ada Juan dan Anne di sana."Hera, kau sudah pulang?" Pertanyaan Anne membuat sosok yang sedang duduk membelakangi Hera berbalik.Itu Haidar.Pria itu tersenyum lebar menampilkan gummy smile-nya yang begitu khas."Hai, Hera!" sapa Haidar."Hai!" balas Hera. "Aku akan membersihkan diriku dulu," lanjutnya kemudian berlalu dari sana.Juan yang terlalu asyik bermain dengan Haidar pun sampai tidak menyadari kehadiran Hera. Juan memang seperti itu jika sudah bermain dengan seorang pria. Hera berpikir, apakah Juan merindukan ayahnya? Mungkin saja. Tapi sejak sidang perceraian, Jayden mem
Happy reading..."Anda yakin ingin menanganinya?" tanya Jonatan dengan wajah sedikit ragu. Pasalnya ini adalah pekerjaan pertama Hera dan dia sudah nekad ingin menangani pekerjaan yang lumayan sulit. Dan jika sampai gagal, mungkin mereka akan kehilangan segalanya lagi."Jika sendiri ... mungkin saya akan ragu dengan kemampuan saya, namun saya punya Anda Pak Jonatan. Saya yakin kita bisa menanganinya," kata Hera mencoba meyakinkan pria itu sekaligus meyakinkan dirinya sendiri.Seperti yang dia katakan beberapa hari yang lalu. Hera ingin membuktikan pada semua orang yang telah meremehkan kemampuannya, jika dia bisa membuat perusahaan itu kembali bangkit. Walau harus mengambil resiko besar, Hera akan mencobanya.Jonatan yang melihat semangat Hera berkobar-kobar hanya bisa tersenyum simpul. Wanita itu memiliki watak sang ayah. Pantang menyerah dan ambisius."Baiklah, Bu. Saya pasti akan membantu Anda," kata Jonatan pada akhirnya membuat keduanya tersenyum lebar.Mengambil pekerjaan lebih,
Happy reading...Hera mengerjabkan matanya beberapa kali. Mencoba membiasakan cahaya yang menurutnya sangat terang menerobos matanya."Hera, kau sudah sadar?" tanya seseorang di samping Hera. Pandangan wanita itu masih kabur membuatnya tidak bisa melihat jelas siapa sosok itu."Haidar?" lirih Hera saat pandangannya sudah mulai fokus."Iya, Hera. Ini aku," ujar Haidar menggenggam tangan Hera lembut.Hera segera terbangun saat mengingat kejadian terakhir sebelum dia pingsan. Mengumpulkan semua kesadarannya dengan cepat."Juan ... di mana Juan? Aku harus bertemu Juan," kata Hera dengan raut wajah panik.Tanpa mengatakan apapun, Haidar membantu Hera untuk bertemu dengan Juan. Betapa kagetnya wanita itu saat melihat putra kecilnya sedang berbaring tak sadarkan diri di dalam ruang ICU. Tubuh Hera terasa tak bertulang membuatnya jatuh terduduk dengan air mata yang sudah mengucur dengan deras di kedua pipinya."Ju---Juan ... putraku," lirih Hera. Haidar yang berada di samping wanita itu pun
Happy reading..."Maafkan Ibu, Hera ... hiks." Anne duduk di samping Hera. Terisak. Membawa tubuh lemah itu ke dalam dekapannya. Ara yang juga sudah sejak tadi menangis, kini duduk bersimpuh di depan Hera. Sungguh dia merasa sangat bersalah."Ini semua salah saya, Nyonya. Seharusnya saya bisa menjaga Baby Juan dengan lebih baik. Sungguh saya minta maaf walau saya tahu maaf saya tidak akan bisa mengubah apapun ... hiks." Ara terisak lirih. Beberapa kali mengusap air matanya yang mengucur deras.Jika bisa, tentu saja Hera akan marah besar pada dua wanita itu seperti yang Jayden lakukan tadi. Tapi Hera tidak bisa melakukannya. Karena Hera merasa jika dirinya pun salah. Seharusnya sebagai seorang ibu, Heralah yang menjaga Juan. Lagi, Ara dan Anne adalah dua wanita selain dirinya yang juga sangat menyayangi Juan lebih dari apapun.Tanpa mengeluarkan sepatah katapun Hera membawa tubuh Ara ikut duduk bersamanya. Berpelukan untuk saling menguatkan. Suasana haru menyelimuti koridor rumah saki