Happy reading....
"Apa kau sibuk?" tanya wanita itu seraya menatap keluar jendela.
"Aku tidak mungkin sibuk jika kau yang meminta untuk bertemu denganku, Hera," jawab pria di balik telpon itu.
Hera tersenyum tipis. "Kalau begitu ... ayo kita bertemu malam ini!" ajak Hera yang tentu saja tidak akan mendapat penolakan dari Haidar, orang yang ditelponnya.
"Di mana kita harus bertemu?" tanya Haidar kemudian.
"Aku akan mengirim alamatnya."
"Baiklah. Kuharap pertemuan kita nanti untuk membahas tawaranku tempo hari." Haidar benar-benar tidak sabar rupanya.
Hera yang semula mengulas senyuman di wajahnya berubah sendu. Namun hanya berlangsung beberapa detik, dia kembali tersenyum seakan sosok yang ditelponnya bisa melihatnya.
"Kita memang harus segera membahasnya."
"Baiklah
Happy reading.... "Kau peduli?" "Tentu saja aku peduli. Aku suamimu, Hera Altezza!" Hera bergeming saat suara Jayden semakin meninggi. Menatap pria itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Suami. Satu kata yang membuat hati Hera semakin tidak karuan. Haruskah dia bahagia karena Jayden ternyata masih menganggapnya? Apakah hubungan mereka benar-benar akan kembali baik-baik saja? Apakah Jayden sedang membuka jalan untuk mereka kembali? Tanpa sadar Hera tersenyum dengan mata berkaca-kaca di sana. "Karena aku masih berstatus suamimu. Bukankah itu yang kau katakan padaku?" Namun ucapan Jayden selanjutnya membuat senyum di wajah Hera luntur begitu saja. "Maksudmu?" Pria it
Happy reading.... "Apakah Hera sudah pulang?" tanya Jayden tanpa mengalihkan pandangan dari file yang sedang ia baca dan harus segera dia bubuhi tanda tangan. "Sudah, Pak," jawab Roy. "Namun Nyonya Hera ...." Alih-alih melanjutkan ucapan, Roy malah menutup rapat mulutnya di sana. Karena tak kunjung bersuara, Jayden mendongak untuk menatap Roy. "Namun apa, Roy?" tanya Jayden. Pria dengan jas bermotif kotak-kotak berwarna abu hitam itu malah meliarkan matanya ke mana-mana tak ingin menatap Jayden. Membuat sang bos semakin yakin jika ada sesuatu yang ingin disampaikan pria itu namun dia takut. "Katakan, Roy! Ada apa? Apakah terjadi sesuatu pada Hera atau Juan?" desak Jayden. Roy menggeleng. "Bukan, Pak Jayden." "Lalu ada apa? Kenapa kau terlihat sangat gugup seperti itu?" Roy menghela napas panjang. Jika
Happy reading.... Viona menatap jengah Haidar yang sudah setengah sadar. Pria itu meletakkan wajahnya di atas meja dengan satu tangan sebagai tumpuan. "Entah berapa banyak yang ia minum," gumam Viona melihat beberapa botol wine di atas meja. Gadis itu melihat sekeliling tempat itu. Saat mata bulatnya yang indah melihat dua orang pria, dia pun memanggilnya. "Bisa tolong papah pria ini ke dalam mobilku?" tanya Viona sopan tak lupa tersenyum manis. Senyuman yang seketika membuat dua pria di depannya tersipu malu. Siapa yang bisa menolak pesona gadis cantik dan seksi seperti Viona. "Tentu, Nona!" jawab salah satu dari mereka. "Terimakasih," ucap Viona lalu menunduk. Wanita itu kemudian mengguncang bahu Haidar pelan. "Haidar, sadarlah! Kita harus pulang sekarang!" katanya namun pria itu hanya bergumam tidak jelas. "Angkat dia!" t
Happy reading.... Wanita itu berjalan pelan keluar dari kamar seraya mengembalikan kesadarannya hingga seratus persen. Hingga dia sampai di ruang tamu dan melihat seorang pria sedang tidur telungkup di atas sofa, langkahnya terhenti seketika. Elena menghela napas pelan lalu berjalan mendekati Jayden yang masih tertidur pulas di sana. Entah kapan pria itu datang dan kenapa dia tidak membangunkan Elena? "Jay? Ayo bangun, Jay!" kata Elena pelan mengguncang bahu Jayden. Terdengar sedikit lenguhan dari mulut pria itu. Perlahan dia membuka mata menatap Elena dengan tatapan sayu khas orang yang baru bangun tidur. "Kenapa kau tidak langsung masuk ke dalam kamar saja? Kenapa malah tidur di sini?" tanya Elena. Walau nada suaranya seperti sedang marah namun sebenarnya dia sedang khawatir. Cuaca sudah mulai dingin dan Jayden bisa s
Happy reading.... "Ya Tuhan, Haidar, kau belum bangun juga?" kata Viona bertolak pinggang melihat Haidar yang masih tertimbun oleh selimut tebalnya. Percuma saja Viona membangunkannya Haidar masih dalam pengaruh alkohol. Biarkan saja dia pasti akan bangun sendiri. Netra Viona jatuh pada ponsel Haidar yang dia letakkan di atas meja nakas. Entah kenapa dia jadi penasaran siapa sosok wanita yang dicintai Haidar. Lihat. Bahkan saat Viona meletakkan jari Haidar untuk membuka ponselnya pria itu sama sekali tidak sadar. Dengan cepat Viona membuka galeri atau pesan yang mungkin bisa menjadi petunjuk. Dan Viona mendapatkannya. Foto dan nomor ponsel Hera. "Cantik juga," puji Viona mengangguk pelan melihat potret Hera yang dia yakini Haidar ambil dengan diam-diam. "Ternyata pria sedingin kau bisa menyukai wanita sampai seperti ini juga. Ck!" dengus Viona menatap sinis Haidar.
Happy reading.... "Kita gagal mendapatkannya?!" Suara Jayden menggelegar di ruangan itu membuat Roy yang tengah berdiri di hadapannya hanya bisa menunduk takut. Aura Jayden ketika marah itu sungguh sangat mengerikan. "Kenapa kita bisa gagal, huh?!" tanya Jayden lagi seakan tidak percaya. Seharusnya saat dia datang hari ini, dia akan mendapat kabar baik dari Roy tentang hasil lelang tempat terakhir di Alatha Center. Namun bukannya mendapat kabar baik, Jayden justru dibuat kecewa oleh orang yang sangat dia percaya itu. "Maafkan saya, Pak. Tapi saya sudah memasang harga sesuai dengan yang Bapak Jayden perintahkan," kata Roy mencoba membela diri. "Aish!" Jayden kembali mendengus kesal. Harga yang tetapkan sudah sangat tinggi jadi dia berpikir tidak mungkin lagi ada orang yang menawar tempat itu lebih tinggi darinya. Jayden mencoba mereda amarahn
Happy reading.... Suara mobil dari luar pekarangan membuat Hera yang tengah menindurkan Juan menoleh penasaran. "Siapa yang datang tengah malam begini?" gumam Hera pelan. Suasana di luar juga sedang hujan lebat membuat wanita itu sedikit takut. Para pekerja sudah pulang dan hanya ada dia dan Juan di sana. Hera menatap Juan terlebih dahulu sebelum melangkah keluar dari kamar. Saat sampai di sana netra hitamnya melihat Jayden berdiri dengan keadaan pakaian basah tengah menatapnya. "Jayden, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Hera. Pria itu tidak menjawab dan malah menghampiri Hera dengan langkah yang terlihat sangat terburu-buru. Tindakan Jayden yang begitu tiba-tiba membuat Hera tidak bisa menghindar saat pria itu sudah menghimpit tubuhnya di antara dinding dan tubuh tegap miliknya. Sorot mata tajam Jayden terli
Happy reading.... Hera baru akan membuka suara namun urung saat para maid yang bekerja di rumahnya datang. "Selamat pagi, Nyonya Hera dan Tuan Jayden!" sapa kepala maid bernama Bibi itu dan yang lainnya hanya membungkuk sopan. "Pagi!" jawab Hera bangkit. "Bibi, tolong panggil Pak sopir dan Pak penjaga untuk membantu memapah Jayden ke kamar ya," pinta Hera kemudian pada Bibi. "Baik, Nyonya!" jawab wanita itu kemudian berlalu. "Ara, ikut denganku!" kata Hera lagi pada Ara. Dia menatap Jayden sekilas lalu pergi dari sana. "Baik, Nyonya Hera!" kata Ara mengikuti langkah Hera dari belakang. "Apakah Tuan Jayden akan terus tinggal lagi di rumah ini, Nyonya?" tanya Ara. "Entahlah. Dia datang dan pergi sesuka hatinya," jawab Hera. "Sudahlah! Tidak usah pikirkan dia. Sekarang kau bantu aku untuk memindahkan semu