Happy reading...Ruangan itu bak kapal pecah yang baru saja diterjang badai yang dahsyat. Kaca pecah dan kertas yang berserakan di mana-mana. Namun sosok yang saat ini sedang menelpon seseorang tidak begitu peduli karena dialah yang membuat ruangan itu berantakan."Ah, sial! Sebenarnya ke mana Roy," umpat Jayden melempar kasar ponselnya hingga layar ponsel itu pecah namun masih menyala. Pria itu mengerang frustasi sambil menatap layar televisi yang sejak tadi menyala. Berita tentang dirinya masih menjadi topik utama. Hanya ditambah dengan dirinya yang kini jadi buronan polisi.Tak pernah terbesik sedikitpun dalam benak Jayden jika semua usahanya selama ini akan hancur begitu saja hanya karena sebuah video sialan yang menunjukkan kejahatannya. Padahal dia sudah merasa begitu baik menyimpan rahasia. Ya. Tentu saja Jayden menjaga rahasia dengan baik. "Ini semua karena Elena. Sialan!" Pria itu masih beranggapan jika ini semua terjadi karena ulah Elena yang bekerja sama dengan Hera sebab
Happy reading....Elena tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Terlebih sekarang dia hanya tinggal berdua saja dengan Michael. Sosok yang tak pernah dikenalnya namun datang membawa masa lalu yang coba Elena kubur dalam-dalam."Sudah hampir satu tahun aku mencari keberadaanmu," ujar Michael memecah keheningan antara mereka berdua."Untuk apa kau mencariku? Kita tidak punya hubungan apapun." Elena sudah mencoba untuk ramah namun mengingat jika pria di sampingnya itu adalah salah satu bagian dari ayah tirinya, Elena tidak bisa melakukannya."Bagimu. Namun bagi kami, kau tetap keluarga kami," tutur Michael membuat Elena terkekeh. Mengejek perkataan pria itu. Sungguh menggelikan sekali."Keluarga? Jika memang kalian menganggapku keluarga, Ibumu tidak akan datang dan menyiksaku." Suara Elena sedikit bergetar di akhir kalimatnya. Tiba-tiba saja ingatan saat istri pertama ayah tirinya datang setiap hari untuk memukuli serta menghinanya terlintas. Elena masih tidak bisa melupakan bagaimana wan
Happy reading....Hera tersenyum manis saat masuk ke dalam ruangan itu. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Hera setelah duduk di kursi."Sudah lebih baik," jawab Elena ikut tersenyum manis. "Kemana Haidar?" tanyanya balik. Merasa aneh saja karena kemanapun Hera pergi pasti akan akan Haidar bersamanya. Namun kali ini pria itu tak bersama Hera."Ada urusan mendadak," jawab Hera yang dijawab anggukan kepala oleh Elena."Lalu, bagaimana dengan keadaan Ibumu?" tanya Hera lagi membuat senyum yang semula terpatri di wajah Elena berangsur pudar.Setelah menemui sang Ibu, Elena memang langsung memberitahu Hera dengan tangis yang tak henti. Wanita meluangkan semua yang ia rasakan pada Hera. Seperti seorang adik yang mengadu pada kakaknya. Hubungan mereka semakin baik seiring berjalannya waktu. Keduanya seakan melupakan masa lalu dan memulai lembaran baru. Walau sekarang Elena masih terjebak dalam masa lalunya karena kehadiran sang ibu yang benar-benar mendadak."Aku tidak tahu," jawab Elena dengan wa
Happy reading....Beberapa hari kemudian....Haidar terlihat begitu tegang di balik kemudi mobil. Namun sebisa mungkin dia tetap terlihat tenang dan fokus menyetir. Sesekali matanya melirik ke arah ponsel yang ia letakkan di sampingnya. Seakan menunggu seseorang menghubunginya."Haidar, kau baik-baik saja?" tanya Hera yang memang sudah sejak tadi memperhatikan tingkah Haidar yang menurutnya cukup aneh. Pria itu terlihat gelisah entah karena apa.Haidar menoleh sebentar ke arah Hera lalu tersenyum simpul. "Ya. Aku baik-baik saja," jawabnya."Benarkah? Tapi, wajahmu terlihat begitu tegang," kata Hera malah makin mendekat untuk melihat Haidar.Ah, sial! Jika sudah ditatap seperti itu Haidar tidak akan bisa berkutik."Su-sungguh, Sayang. Aku baik-baik saja," kata Haidar hanya melirik Hera lewat ujung matanya. Ingat, dia sedang menyetir.Sebenarnya Hera belum terlalu puas dengan jawaban Haidar apalagi saat menjawab pria itu juga sedikit terbata-bata. Namun mengingat mereka sedang dalam per
Happy reading....Riuh tepuk tangan bergema dalam ruangan itu saat Haidar kini resmi sebagai pengelolah yang baru di Alatha Center menggantikan Jayden yang sekarang entah ke mana. Polisi sudah berusaha keras untuk menemukan pria itu namun sangat sulit untuk melacaknya. Bahkan terakhir kali mereka sudah hampir menangkapnya, entah bagaimana caranya Jayden kembali lolos. Para polisi sangat yakin jika Jayden mendapatkan bantuan tapi entah dari siapa. Karena Roy, asisten pribadinya sudah lebih dulu mendekam dalam penjara dengan beberapa tuduhan. Tapi yang paling memberatkannya adalah kasus penyerangan yang ia lakukan pada para warga tunawisma Alatha Center. Padahal Roy merasa sudah menyingkirkan semua bukti namun ternyata Haidar masih bisa menemukan cela kejahatannya.Kembali ke keadaan sekarang. Haidar menerima banyak sekali ucapan selamat oleh para kolega dan investor Alatha Center."Saya pikir proyek itu akan hancur," ujar salah satu investor dengan nada khawatirnya."Ya. Untung saja Pa
Happy reading....Haidar menatap nanar Hera yang kini terbaring lemah di atas tempat tidur rumah sakit. Haidar berharap semua ini hanya mimpi namun saat tangannya merasakan betapa dingin tangan Hera, dia pun sadar jika ini bukan mimpi.Tulang Haidar terasa begitu lemah untuk menopang tubuhnya membuatnya ambruk dengan tangis tertahan. "Harusnya aku tidak mengajakmu bertemu. Harusnya aku datang saja ke rumahmu. Harusnya ...." Haidar tak lagi sanggup melanjutkan kata-katanya. Sesak dalam dada semakin terasa mencekik. Haidar diselimuti rasa bersalah yang begitu besar. Dialah yang telah membuat calon istri dan ibu dari anaknya kecelakaan.Haidar mendongak perlahan. "Padahal aku sudah berjanji padamu. Tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk menimpamu, Sayang. Maafkan aku karena tidak becus menjagamu." Haidar semakin terisak. Apalagi saat melihat beberapa luka di wajah dan tubuh Hera. Jika saja dia bisa menggantikan posisi Hera, dengan senang hati Haidar akan melakukannya.Siapapun yang be
Happy reading....Beberapa hari berlalu, Elena tak pernah lagi terlihat datang menjenguk Hera. Hal yang membuat Haidar jadi curiga karena terakhir kali mereka bertemu, Elena begitu yakin jika bukan Jayden yang mencelakai Hera. Dan sampai hari ini juga polisi dan Thomas belum menemukan petunjuk yang mengarah pada pelaku. Padahal dulu Thomas dengan mudah mendapatkan bukti-bukti kejahatan yang telah dilakukan Jayden. Termasuk video saat saat Jayden membunuh ayahnya di rumah sakit.Ya. Thomas adalah dalang dari kehancuran Jayden. Pria paruh baya itu begitu marah saat Haidar menceritakan betapa jahat pria itu pada Hera. Bukan hanya marah, Thomas juga sangat kecewa karena dia sudah terlanjur menyukai Jayden. Bagi Thomas, Jayden adalah rekan bisnis yang baik dan juga sangat cerdas. Namun sayang semua respek Thomas luluh lantak karena dia mengetahui Jayden seorang pengkhianat. Dan belakangan dia juga tahu Jayden seorang pembunuh. Hal itu sudah tak bisa lagi di toleransi. Jika dalam hubungan k
Happy reading....Jayden merasa benar-benar bodoh karena telah menuduh Elena yang mengkhianatinya. Padahal dilihat dari sisi manapun istrinya tidak punya alibi untuk membuatnya hancur. Mana mungkin dia menghancurkan orang dicintainya? Jayden sudah terlalu dibutakan oleh kemarahan saat itu membuatnya tidak bisa berpikir jernih."Haidar sialan!" umpat Jayden memorak-porandakan tempat tinggal kecilnya yang sudah berantakan. Sekarang segalanya benar-benar hilang. Impian yang dia gantungkan di Alatha Center kini telah diambil alih Haidar. Wanita yang sangat dia cintai telah meninggalkannya dan itu karena kebodohannya sendiri. Belum lagi sekarang dia tengah dalam perlarian, menjadi buronan polisi. Lalu apa yang bisa Jayden harapkan?"Aaarrggghh!!!" Jayden berteriak frustasi meninju tembok di depannya. Bukan tembok itu yang hancur melainkan tangannya yang terluka dan berdarah. Itu bahkan tidak setimpal dengan apa yang sudah dia lakukan pada Elena. Jayden seakan sedang menghukum dirinya sendi