Happy reading....Elena berjalan santai seraya menenteng sekeranjang buah di tangannya. Wajahnya nampak lebih berseri dari biasanya. Tentu saja, karena suasana hati wanita itu sedang bahagia.Perlahan Elena membuka pintu di mana Hera dirawat. Cukup lama sampai Elena bisa datang lagi ke sana. Jujur saja Elena merindukan Hera."Selamat pagi!" sapanya pada kedua orangtua Hera."Pagi, Elena," balas Anne tersenyum simpul. Andrew hanya merespon dengan mengedipkan matanya beberapa kali.Wanita dengan balutan dress itu meletakkan buah yang dibawanya di atas meja. Kemudian menghampiri Hera yang masih setia menutup mata di sana. Tatapan mata Elena yang berseri berganti sendu."Hai, Hera. Maaf karena aku baru bisa datang lagi," kata Elena memperbaiki letak selimut Hera. "Bagaimana kabarmu hari ini?" Itu pertanyaan yang terdengar bodoh namun Elena tidak peduli. "Hei! Kapan kau akan sadar. Kau tahu, aku sangat merindukanmu," tambahnya lagi.Anne hanya bisa tersenyum seraya menggelengkan kepalanya
Happy reading....Elena tidak benar-benar pergi dari rumah sakit. Tubuhnya masih gemetar karena kata-kata Haidar tadi. Elena butuh waktu untuk menengkan dirinya beberapa saat. Wanita itu mendudukkan diri di sebuah kursi tunggu yang berada di koridor rumah sakit. Menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan."Ya Tuhan! Apa yang harus aku lakukan?" gumam Elena frustasi menarik sedikit rambutnya yang panjang.Kata-kata Jayden malam itu kembali terlintas dalam benak Elena."Kalau begitu bantu aku untuk membalas dendam pada Haidar dan Hera."Ucapan itu sontak membuat Elena yang sudah sangat nyaman dalam pelukan Jayden langsung mendongak."Apa maksudmu, Jay?" tanya Elena.Jayden menghela napas pelan sebelum menjawab. "Haidar yang telah membuatku hancur, Elena. Aku tidak bisa tinggal diam melihatnya bahagia bersama Hera sementara aku menderita. Dan aku tidak mau jika kau juga harus ikut menderita denganku."Elena perlahan melepaskan pelukannya. Wanita itu kemudian bangun untuk memakai
Happy reading....Elena mengetuk pintu itu beberapa kali sampai akhirnya Sam keluar. Balutan celana pendek dan kaos hitam membalut tubuh Sam. Pria itu berjalan mendahului Elena. Mempersilakan Elena untuk duduk di ruang tamu."Kurasa Haidar sudah tahu," kata Elena memperhatikan Sam yang datang membawa dua gelas minuman di tangannya."Tahu jika yang mencelakai Hera itu seorang wanita?" tanya Sam yang dijawab anggukan oleh Elena.Sebenarnya sejak awal mereka; Elena dan Sam sudah tahu jika yang menabrak Hera itu seorang wanita. Itulah kenapa saat Haidar menuduh Jayden yang mencelakai Hera, Elena menentangnya. Ada sebuah rahasia besar yang disembunyikan oleh Sam. Mungkin diluar sana Sam terkenal sebagai seorang dokter tampan yang ramah namun hanya sebagai orang yang tahu jika Sam juga seorang hacker handal. Bahkan Elena juga baru tahu beberapa waktu yang lalu saat dia datang memberitahu Sam jika polisi kesulitan melacak siapa yang mencelakai Hera. Elena juga awalnya berpikir itu Jayden n
Happy reading....Elena mengira dia tidak akan datang ke rumah sakit untuk menjenguk Hera dalam waktu dekat. Namun kenyataannya tidak, Tuhan lebih baik dari itu karena akhirnya Elena menemukan bukti jika dirinya tidak bersalah. Dia akan memberitahu Haidar semuanya.Mobil Elena---hadiah dari ayah tirinya---sudah terparkir dengan rapih di basement rumah sakit. Elena baru saja akan keluar namun pemandangan di hadapan menyita perhatian wanita pemilik mata hazel itu.Dua orang pria berpakaian dokter dan perawat tengah memindahkan seseorang yang duduk di kursi roda ke dalam mobil. Sosok itu ditutupi kain putih. Entah karena kecerobohan atau apa, tiba-tiba kain yang menutupi sosok di kursi roda tersingkap membuat Elena yang sejak tadi memperhatikan melihat sosok itu. Mata Elena seketika membulat."Ya Tuhan! Hera!" gumam Elena panik saat melihat jika sosok yang sedang dimasukkan ke dalam mobil ternyata Hera. Belum lagi Elena sama sekali tidak tahu siapa dua orang pria itu.Elena keluar dari m
Happy reading..."Baiklah. Ayo kita periksa."Walau sudah berkata seperti itu tak membuat kedua pria itu langsung membuka pintu."Apakah sungguh dia dalam keadaan sekarat?" tanya salah satu dari mereka memastikan."Menurutmu? Dia seorang pasien rumah sakit yang kalian culik. Bahkan keadaannya belum membaik sama sekali!" jawab Elena dari dalam. "Tolong beri obat atau apapun itu yang penting bisa menolongnya untuk saat ini!" katanya lagi.Kedua pria itu saling menatap beberapa saat sebelum akhirnya membuka pintu dengan perlahan. Keadaan yang cukup gelap membuat dua orang pria itu kesulitan melihat Elena dan Hera. Hingga ....Bugh!!!Satu pukulan keras Elena layangkan pada pria pertama. Yang kedua baru akan menoleh namun dengan cepat Elena juga memukul pria itu. Keduanya tumbang di atas lantai yang kotor. Tangan Elena yang gemetar menjatuhkan balok kayu yang menjadi senjatanya di samping pria-pria tadi."Ya Tuhan! Mereka tidak mati 'kan?" gumam Elena masih saja memperdulikan kedua pria i
Happy reading....Hera masih belum percaya jika wanita yang sedang menatapnya penuh kebencian itu adalah Viona."Sialan! Apa kau sudah gila?!" pekik Elena emosi."Ya. Aku memang sudah gila karena ingin membalas dendam pada Hera. Tapi, kau malah ikut campur," ujar Viona berseringai. Dia melirik ke arah Hera yang tengah menatapnya. "Hai, Hera. Apakah kau merindukanku?" tanyanya dengan nada mengejek."Membalas dendam? Memangnya apa salah Hera padamu?" tanya Elena.Viona mendengus pelan. Pertanyaan Elena terdengar begitu lucu di rungunya. "Kau masih bertanya? Itu karena wanita tidak tahu diri ini sudah merebut Haidar dariku!" ujarnya memekik sambil menunjuk Hera.Elena dan Hera sampai kehabisan kata-kata mendengar pernyataan Viona. Elena berdiri dari sana lalu menghampiri Hera. Membantu wanita itu untuk bangkit namun karena sudah terlalu lemah Hera memilih untuk tetap duduk saja. Sementara Elena menghampiri Viona."Kau benar-benar sudah gila, Viona! Bagaimana mungkin kau memaksakan perasa
Halo semuanya! Araya di sini. Terima kasih banyak yah udah mampir di ceritaku. Walaupun mungkin cerita ini masih jauh dari kata sempurna namun aku seneng banget jika cerita ini bisa menghibur kalian di sela-sela aktifitas sehari-hari. Aku juga gak nyangka jika cerita ini bisa dibaca sebanyak itu. Jujur aku gak pernah punya ekspetasi yang tinggi karena sadar akan kemampuanku yang belum seberapa. Namun melihat orang-orang menyukai karyaku itu sudah lebih dari cukup untuk membuatku semangat membuat karya yang lebih baik lagi kedepannya Nantikan cerita-cerita lain yang aku publish di sini. Jadi tetap stay yah. Oke deh sampai jumpa dicerita lainnya
Happy reading....Tubuh Haidar gemetar hebat. Tangannya yang berlumur darah Hera masih belum ia bersihkan. Beberapa juga mengenai baju yang ia kenakan. Keadaan yang tak jauh beda dengan pria yang duduk di sampingnya, Jayden.Kini mereka sudah berada di rumah sakit. Tepatnya di depan UGD. Hera dan Elena yang terluka parah kini sudah ditangani oleh dokter. Keluarga Hera, Haidar dan Elena juga sudah berada di sana. Menunggu kabar putri dan calon menantu mereka.Tak lama kemudian, tiga orang pria menghampiri mereka."Selamat malam. Maaf mengganggu ... tapi kami harus membawa Pak Jayden ke kantor polisi," kata salah satu dari mereka.Mungkin karena sudah terlalu panik mereka jadi lupa jika Jayden masih berstatus buronan polisi. Pria yang sejak tadi menunduk itu kini mendongak. Jayden baru akan bangkit namun Haidar mendahuluinya."Tidak bisakah kalian menunggu sebentar? Istri Jayden sedang berada di dalam sana. Sedang sekarat!" kata Haidar emosi. Menurutnya para polisi itu tidak punya hati