Happy reading....Haidar menatap nanar Hera yang kini terbaring lemah di atas tempat tidur rumah sakit. Haidar berharap semua ini hanya mimpi namun saat tangannya merasakan betapa dingin tangan Hera, dia pun sadar jika ini bukan mimpi.Tulang Haidar terasa begitu lemah untuk menopang tubuhnya membuatnya ambruk dengan tangis tertahan. "Harusnya aku tidak mengajakmu bertemu. Harusnya aku datang saja ke rumahmu. Harusnya ...." Haidar tak lagi sanggup melanjutkan kata-katanya. Sesak dalam dada semakin terasa mencekik. Haidar diselimuti rasa bersalah yang begitu besar. Dialah yang telah membuat calon istri dan ibu dari anaknya kecelakaan.Haidar mendongak perlahan. "Padahal aku sudah berjanji padamu. Tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk menimpamu, Sayang. Maafkan aku karena tidak becus menjagamu." Haidar semakin terisak. Apalagi saat melihat beberapa luka di wajah dan tubuh Hera. Jika saja dia bisa menggantikan posisi Hera, dengan senang hati Haidar akan melakukannya.Siapapun yang be
Happy reading....Beberapa hari berlalu, Elena tak pernah lagi terlihat datang menjenguk Hera. Hal yang membuat Haidar jadi curiga karena terakhir kali mereka bertemu, Elena begitu yakin jika bukan Jayden yang mencelakai Hera. Dan sampai hari ini juga polisi dan Thomas belum menemukan petunjuk yang mengarah pada pelaku. Padahal dulu Thomas dengan mudah mendapatkan bukti-bukti kejahatan yang telah dilakukan Jayden. Termasuk video saat saat Jayden membunuh ayahnya di rumah sakit.Ya. Thomas adalah dalang dari kehancuran Jayden. Pria paruh baya itu begitu marah saat Haidar menceritakan betapa jahat pria itu pada Hera. Bukan hanya marah, Thomas juga sangat kecewa karena dia sudah terlanjur menyukai Jayden. Bagi Thomas, Jayden adalah rekan bisnis yang baik dan juga sangat cerdas. Namun sayang semua respek Thomas luluh lantak karena dia mengetahui Jayden seorang pengkhianat. Dan belakangan dia juga tahu Jayden seorang pembunuh. Hal itu sudah tak bisa lagi di toleransi. Jika dalam hubungan k
Happy reading....Jayden merasa benar-benar bodoh karena telah menuduh Elena yang mengkhianatinya. Padahal dilihat dari sisi manapun istrinya tidak punya alibi untuk membuatnya hancur. Mana mungkin dia menghancurkan orang dicintainya? Jayden sudah terlalu dibutakan oleh kemarahan saat itu membuatnya tidak bisa berpikir jernih."Haidar sialan!" umpat Jayden memorak-porandakan tempat tinggal kecilnya yang sudah berantakan. Sekarang segalanya benar-benar hilang. Impian yang dia gantungkan di Alatha Center kini telah diambil alih Haidar. Wanita yang sangat dia cintai telah meninggalkannya dan itu karena kebodohannya sendiri. Belum lagi sekarang dia tengah dalam perlarian, menjadi buronan polisi. Lalu apa yang bisa Jayden harapkan?"Aaarrggghh!!!" Jayden berteriak frustasi meninju tembok di depannya. Bukan tembok itu yang hancur melainkan tangannya yang terluka dan berdarah. Itu bahkan tidak setimpal dengan apa yang sudah dia lakukan pada Elena. Jayden seakan sedang menghukum dirinya sendi
Happy reading....Elena berjalan santai seraya menenteng sekeranjang buah di tangannya. Wajahnya nampak lebih berseri dari biasanya. Tentu saja, karena suasana hati wanita itu sedang bahagia.Perlahan Elena membuka pintu di mana Hera dirawat. Cukup lama sampai Elena bisa datang lagi ke sana. Jujur saja Elena merindukan Hera."Selamat pagi!" sapanya pada kedua orangtua Hera."Pagi, Elena," balas Anne tersenyum simpul. Andrew hanya merespon dengan mengedipkan matanya beberapa kali.Wanita dengan balutan dress itu meletakkan buah yang dibawanya di atas meja. Kemudian menghampiri Hera yang masih setia menutup mata di sana. Tatapan mata Elena yang berseri berganti sendu."Hai, Hera. Maaf karena aku baru bisa datang lagi," kata Elena memperbaiki letak selimut Hera. "Bagaimana kabarmu hari ini?" Itu pertanyaan yang terdengar bodoh namun Elena tidak peduli. "Hei! Kapan kau akan sadar. Kau tahu, aku sangat merindukanmu," tambahnya lagi.Anne hanya bisa tersenyum seraya menggelengkan kepalanya
Happy reading....Elena tidak benar-benar pergi dari rumah sakit. Tubuhnya masih gemetar karena kata-kata Haidar tadi. Elena butuh waktu untuk menengkan dirinya beberapa saat. Wanita itu mendudukkan diri di sebuah kursi tunggu yang berada di koridor rumah sakit. Menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan."Ya Tuhan! Apa yang harus aku lakukan?" gumam Elena frustasi menarik sedikit rambutnya yang panjang.Kata-kata Jayden malam itu kembali terlintas dalam benak Elena."Kalau begitu bantu aku untuk membalas dendam pada Haidar dan Hera."Ucapan itu sontak membuat Elena yang sudah sangat nyaman dalam pelukan Jayden langsung mendongak."Apa maksudmu, Jay?" tanya Elena.Jayden menghela napas pelan sebelum menjawab. "Haidar yang telah membuatku hancur, Elena. Aku tidak bisa tinggal diam melihatnya bahagia bersama Hera sementara aku menderita. Dan aku tidak mau jika kau juga harus ikut menderita denganku."Elena perlahan melepaskan pelukannya. Wanita itu kemudian bangun untuk memakai
Happy reading....Elena mengetuk pintu itu beberapa kali sampai akhirnya Sam keluar. Balutan celana pendek dan kaos hitam membalut tubuh Sam. Pria itu berjalan mendahului Elena. Mempersilakan Elena untuk duduk di ruang tamu."Kurasa Haidar sudah tahu," kata Elena memperhatikan Sam yang datang membawa dua gelas minuman di tangannya."Tahu jika yang mencelakai Hera itu seorang wanita?" tanya Sam yang dijawab anggukan oleh Elena.Sebenarnya sejak awal mereka; Elena dan Sam sudah tahu jika yang menabrak Hera itu seorang wanita. Itulah kenapa saat Haidar menuduh Jayden yang mencelakai Hera, Elena menentangnya. Ada sebuah rahasia besar yang disembunyikan oleh Sam. Mungkin diluar sana Sam terkenal sebagai seorang dokter tampan yang ramah namun hanya sebagai orang yang tahu jika Sam juga seorang hacker handal. Bahkan Elena juga baru tahu beberapa waktu yang lalu saat dia datang memberitahu Sam jika polisi kesulitan melacak siapa yang mencelakai Hera. Elena juga awalnya berpikir itu Jayden n
Happy reading....Elena mengira dia tidak akan datang ke rumah sakit untuk menjenguk Hera dalam waktu dekat. Namun kenyataannya tidak, Tuhan lebih baik dari itu karena akhirnya Elena menemukan bukti jika dirinya tidak bersalah. Dia akan memberitahu Haidar semuanya.Mobil Elena---hadiah dari ayah tirinya---sudah terparkir dengan rapih di basement rumah sakit. Elena baru saja akan keluar namun pemandangan di hadapan menyita perhatian wanita pemilik mata hazel itu.Dua orang pria berpakaian dokter dan perawat tengah memindahkan seseorang yang duduk di kursi roda ke dalam mobil. Sosok itu ditutupi kain putih. Entah karena kecerobohan atau apa, tiba-tiba kain yang menutupi sosok di kursi roda tersingkap membuat Elena yang sejak tadi memperhatikan melihat sosok itu. Mata Elena seketika membulat."Ya Tuhan! Hera!" gumam Elena panik saat melihat jika sosok yang sedang dimasukkan ke dalam mobil ternyata Hera. Belum lagi Elena sama sekali tidak tahu siapa dua orang pria itu.Elena keluar dari m
Happy reading..."Baiklah. Ayo kita periksa."Walau sudah berkata seperti itu tak membuat kedua pria itu langsung membuka pintu."Apakah sungguh dia dalam keadaan sekarat?" tanya salah satu dari mereka memastikan."Menurutmu? Dia seorang pasien rumah sakit yang kalian culik. Bahkan keadaannya belum membaik sama sekali!" jawab Elena dari dalam. "Tolong beri obat atau apapun itu yang penting bisa menolongnya untuk saat ini!" katanya lagi.Kedua pria itu saling menatap beberapa saat sebelum akhirnya membuka pintu dengan perlahan. Keadaan yang cukup gelap membuat dua orang pria itu kesulitan melihat Elena dan Hera. Hingga ....Bugh!!!Satu pukulan keras Elena layangkan pada pria pertama. Yang kedua baru akan menoleh namun dengan cepat Elena juga memukul pria itu. Keduanya tumbang di atas lantai yang kotor. Tangan Elena yang gemetar menjatuhkan balok kayu yang menjadi senjatanya di samping pria-pria tadi."Ya Tuhan! Mereka tidak mati 'kan?" gumam Elena masih saja memperdulikan kedua pria i