“Aku sudah mengatakan semuanya ke Nanda,” ujar Mario saat mendatangi kantor Melvin.“Bagaimana reaksinya?” tanya Melvin penasaran. Jauh di lubuk hatinya berharap Nanda tak menyalahkan dirinya.“Ya, dia memang terlihat sangat kecewa. Aku pun tak menyalahkan sikapnya, bukankah wajah jika seseorang akan merasa tersakiti ketika mengetahui fakta yang kelam. Namun, aku pun berusaha meyakinkannya jika semua bukan kesalahanmu. Kamu hanya sedang mengambil langkah di saat yang tidak tepat,” ujar Mario menjelaskan.Melvin mengembuskan napas kasar, lantas mengusap wajah berulang kali.“Aku sudah pasrah jika dia memang membenciku atau tidak mau memaafkanku. Sampai saat ini pun dia tidak menghubungiku lagi, mungkin semua ini memang sulit diterimanya,” ungkap Melvin.“Tapi jika kulihat. Nanda sepertinya lebih percaya dengan ucapanku. Apalagi aku memberikan fakta beserta bukti. Bukan hanya kata-kata yang dirangkai untuk mengambil simpatinya. Dia itu cerdas, aku yakin kalau dia bisa mencerna apa yang
Nanda dan Melvin sudah berada di ruang kerja Melvin. Baik Nanda maupun ayah angkatnya itu masih sama-sama diam, meski mereka sudah di sana selama beberapa menit.“Kamu masih marah atas apa yang terjadi?” tanya Melvin akhirnya bicara.Jika tidak ada yang bicara sama sekali, maka mereka takkan tahu apa yang sebenarnya ingin dibahas.Nanda diam sambil meremas kedua lutut. Dia sedang menyiapkan hati untuk bicara dengan Melvin.Melvin menarik napas panjang. Dia sudah tua untuk bersikap egois dengan menyalahkan tindakan Nanda. Dia berusaha bijak dengan memahami perasaan putra angkatnya itu.“Papa minta--” Melvin ingin bicara, tapi terhenti saat melihat Nanda berdiri.Pria tua itu menatap Nanda yang sedikit menundukkan kepala, hingga putranya itu berjalan cepat ke arahnya, lantas bersimpuh di bawah kakinya sambil meraih telapak tangan.“Nan.” Melvin terkejut dengan apa yang dilakukan Nanda.“M
Nanda mengajak Nana pergi ke samping rumah. Duduk di kursi gantung yang ada di samping kolam.“Ada apa? Kamu baru saja menangis, kan? Apa ada masalah dengan Papa?” tanya Nana mencecar karena merasa jika ada yang tidak beres.“Na, ada yang ingin kuceritakan, tapi berjanjilah kamu harus mendengarkan dengan tenang, lalu tetap berpikir positif karena apa yang akan kuceritakan, semuanya berdasarkan fakta,” ucap Nanda lebih dulu agar Nana tidak syok.Meski bingung, Nana pun akhirnya mengangguk-anggukan kepala.Nanda menceritakan semuanya, dari awal kebangkrutan perusahaan orang tua mereka, sampai akhirnya dibeli oleh Melvin sebelum mengadopsi mereka. Dia pun menjelaskan dengan detail agar tidak ada salah paham.“Aku menceritakan ini agar tidak ada orang lain yang membelokkan cerita sebenarnya. Aku tidak mau keluarga kita berantakan karena orang lain,” ujar Nanda menjelaskan.Nana sendiri masih syok, tapi berusah
Hendry berdiri di depan cermin besar, dia terlihat sedang merapikan jasnya. Hari itu Hendry hendak membuat konferensi pers atas berita perselingkuhannya"Pak, wartawan sudah siap di depan," kata asisten Hendry.Hendry mengangguk, lantas keluar dari kamar. Konferensi pers yang dilakukannya berada di halaman depan rumah. Kini halaman depannya sudah hadir beberapa wartawan yang sebelumnya terus memburu Hendry.Hendry berjalan ke halaman depan. Dia melihat wartawan yang langsung mengambil foto juga merekamnya. Hendry kini duduk di kursi yang sudah disediakan.Hendry memberi isyarat ke asistennya agar mulai membuka konferensi pers itu.“Pak, Anda menghindari wartawan yang ingin meminta klarifikasi dari Anda, apa berita perselingkuhan itu memang benar?” tanya salah satu wartawan saat asisten Hendry membuka sesi tanya jawab.Hendry berdeham mendengar pertanyaan wartawan, hingga kemudian mendekat ke mic untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan.“Sebenarnya ada kesalahpahaman di sini. Gadis
“Kamu mungkin bisa membodohiku, sayangnya aku tidak sebodoh yang kamu pikirkan.”Nanda menatap tajam ke Hendry yang kini dijadikan tersangka berdasarkan kesaksian dan bukti dari orang bayarannya juga Handoko.Para penyerang Lukas dan Handoko sepakat bekerjasama menyeret Hendry ke penjara karena pria itu berani mengatakan jika tak mengenal mereka.“Kamu pikir bisa menjebloskanku ke penjara.” Hendry tersenyum miring ke Nanda seolah memandang rendah pria itu.Nanda menghela napas sambil mencondongkan tubuh ke meja, lantas menatap Hendry yang begitu percaya diri akan lolos dari hukuman.“Otak penyerangan, menyebar fitnah, lalu kamu juga sudah melakukan penipuan di perusahaan mertuaku. Mungkin beliau tak terlalu mempermasalahkan, tapi ternyata masalah ini bisa aku gunakan untuk menyerangmu. Kamu pikir aku tidak punya bukti kalau kamu menyuruh pamanku untuk menghasutku agar berkelahi dengan orang tua angkatku? Kamu naif sekali. Aku punya seribu satu cara untuk mencari kebusukanmu,” ucap Nan
“Apa yang sebenarnya ingin kalian sampaikan?” tanya Nanda tetap waspada dan tidak akan lengah. Manda menoleh sang mama, lantas menganggukkan kepala sebagai isyarat agar wanita itu bercerita. Bibi Nanda terlihat takut, tapi kemudian menghela napas kasar. “Ini soal perbuatan pamanmu kepada keluargamu, Nan.” Bibi Nanda pun mulai bercerita. Nanda diam sambil memperhatikan bibinya itu, menunggu sampai wanita itu selesai bicara. “Tak hanya melakukan korupsi. Dia juga sudah bersekongkol dengan karyawan perusahaan lain yang imbasnya membuat perusahaan papamu bangkrut. Semua semata-mata dilakukan bukan untuk keluarga, tapi untuk diri sendiri karena bersenang-senang. Bahkan uang penjualan saham milik papamu yang seharusnya bisa digunakan untuk membayar utang, malah digunakan untuk berfoya-foya. Sampai akhirnya kalian terusir dari rumah kalian sendiri, semua karena ulah pamanmu,” ujar wanita itu bercerita. Nanda sangat terkejut mendengar cerita itu. Dia benar-benar tak menyangka sang paman
“Bagaimana tadi?” tanya Sashi saat melihat Nanda yang baru masuk kamar.Nanda menutup pintu kamar, lantas berjalan mendekat ke Sashi yang berdiri di dekat ranjang.“Semuanya lancar. Hendry sudah dijadikan tersangka, kini tinggal menunggu penyelidikan lebih lanjut sebelum berkas perkaranya naik ke kejaksaan. Kali ini aku yakin dia tidak akan selamat, apalagi keluarga istrinya tak mau membantunya,” jawab Nanda dengan binar wajah penuh kelegaan.Sashi bernapas lega mendengar jawaban Nanda, dengan begini tak ada lagi yang akan menganggu kehidupan mereka.“Aku sangat lega mendengarnya. Dengan begini kita bisa menjalani hari dengan tenang lagi,” ucap Sashi.Nanda mengangguk, lantas memeluk Sashi.“Aku ingin kita hidup tenang, hanya ada aku dan kamu,” ujar Nanda sambil meletakkan dagu di atas pucuk kepala Sashi.Sashi terdiam mendengar ucapan Nanda, hingga dia bergumam, “Aku ingin melihat langkah kecil di rumah kita.”Nanda mendengar apa yang diucapkan Ssahi. Dia melepas pelukan, lantas mena
“Mau pergi?” Aruna menghentikan langkah saat mendengar Bintang bertanya. Dia melihat sang mommy yang duduk di ruang keluarga sambil memandang dirinya. “Iya, Mom. Keluar sebentar, lalu mau ke kampus,” jawab Aruna ketika sampai di tempat sang mommy duduk. “Oh … ya sudah, hati-hati di jalan,” kata Bintang. Aruna menganggukkan kepala, lantas mencium pipi Bintang. Aruna ingin pergi menemui Ansel. Meski Ansel membalas pesannya, tapi Aruna merasa ada sesuatu yang membuatnya tak bisa tenang. Aruna mengemudikan mobil meninggalkan rumah. Dia pergi ke perusahaan orang tua Ansel. Berharap bisa menemui serta memastikan kenapa Ansel tidak menghubungi jika tak dihubungi dulu. Saat sudah sampai di perusahaan Ansel. Aruna melihat mobil Ansel yang baru saja keluar dari basement, tentu saja hal itu membuat Aruna terkejut. “Mau ke mana dia?” Aruna melihat mobil Ansel yang melesat cepat keluar dari area perusahaan, membuat gadis itu segera memutar mobil untuk mengikuti Ansel. Aruna mencoba mengh