Jordan memilih restaurant Akira Back−restoran bintang 5 yang berada di Setiabudi. Mereka mengusung konsep makanan khas Jepang yang digabungkan dengan makanan khas Korea. Menu favorit di sini adalah Pizza Tuna, AB Tacos, Miso Black Cod dan Crispy Kalbi Roll. Tentu saja, rasa lezat khas hasil fusion yang kreatif ini tidak mungkin ditemukan di restoran lain. Michael dan Jordan masuk ke dalam restaurant, langsung menuju ruangan VIP, pria itu tidak akan mau berada di keramaian dan bertemu dengan banyak orang tidak penting. Jordan sangat mengerti itu.
“Masuklah, aku mau ke kamar mandi.” Jordan menepuk pundak Michael. Pria itu tidak menjawab, ia langsung duduk di depan meja membuka dua kancing bagian atas dari kemejanya. Seorang pelayan wanita berjalan mendekat.
“Selamat malam, Tuan. Silakan pesanan Anda.” Waitress menyerahkan tap kepada Michael agar pria itu bisa memilih menu dan memesan. Michael mengambil tap dan mulai menggeserkan layar untuk memesan makanan, tetapi ia tidak tahu apa yang akan dipesan karena pria itu tidak pernah melakukannya.
“Biarkan adikku yang memesan.” Michael mengembalikan tap pada waitress.
“Baiklah.” Wanita itu menunduk dan meninggalkan Michael yang memainkan ponselnya.
Jordan keluar dari kamar mandi dan bertemu dengan seorang wanita dengan postur sempurna dengan menggunakan pakaian sangat seksi untuk memperlihatkan tubuh proporsionalnya. Cleya−putri tunggal seorang pengusaha dan juga model yang telah go internasional.
“Hai, Jordan,” sapa wanita dengan kulit putih bersih itu.
“Hai, apa yang kamu lakukan di sini?” Jordan tersenyum.
“Aku menemani papa dan mama bertemu klien.” Cleya tersenyum cantik dengan bibir merah merona.
“Bagaimana dengan dirimu?” tanya Cleya.
“Aku mengajak Michael jalan-jalan dan makan malam.” Jordan tersenyum, ia memperhatikan Cleya dan berpikir, wajar jika Michael menyebut wanita itu sebagai penggoga dengan pakaian begitu minim.
“Apakah kamu bersama Michael?” tanya Cleya bersemangat.
“Ya, aku harus pergi sekarang. Michael bukan tipe pria yang sabar.” Jordan melewati Cleya.
“Jordan, tunggu.” Cleya menahan tangan Jordan.
“Ada apa?” Pria itu menarik tangannya.
“Apa aku boleh bergabung bersama kalian?” tanya Cleya lembut.
“Aku tidak tahu, kamu bisa bertanya pada Michael.” Jordan melanjutkan langkah kakinya dan berjalan menuju ruangan yang telah ia pesan. Cleya mengikuti dengan semangat.
“Aku rasa El tidak akan suka ini.” Jordan tersenyum.
“Kenapa kamu sangat lama?” Michael menatap tajam pada Jordan.
“Apa saudaraku tidak bisa memesan makanan?” Jordan tersenyum.
“Silakan, Tuan.” Waitres memberikan tap pada Jordan.
“Terima kasih.” Pria itu tersenyum ramah berbeda dengan Michael yang bahkan tidak bisa mengucapkan terima kasih.
“Halo Mich.” Cleya tersenyum cantik menebarkan pesona yang menggoda. Tidak ada jawaban dari Michael, ia hanya melirik sekilas pada Cleya untuk memastikan wanita yang berani menyapa dirinya.
“Apa aku boleh bergabung?” tanya Cleya.
“Kami hanya punya dua kursi,” jawab Michael tanpa melihat Cleya.
“Maaf, Cleya. Kami tidak bisa mengundang kamu bergabung.” Jordan tersenyum.
“Baiklah, aku permisi.” Cleya memaksakan diri untuk tersenyum dan keluar dari ruangan Michael.
“Apa kamu tidak tertarik dengan Cleya?” tanya Jordan yang menyerahkan tap pada pelayan.
“Mama tidak pernah berpakaian seperti itu.” Michael meletakkan ponsel di atas meja.
“Hey, Cleya masih muda dan mama sudah punya dua putra dewasa.” Jordan tersenyum.
“Aku sudah melihat foto-foto mama dari kecil hingga hari ini dan mama selalu memakai pakaian sopan serta panjang.” Michael menatap kearah Jordan.
“Tidak ada lagi wanita seperti mama di zaman seperti ini.” Jordan meneguk air putih yang ada di atas meja.
“Ah ada, wanita beragama Islam,” lanjut Jordan.
“Mereka bahkan menutupi seluruh tubuhnya. Ada yang hanya memperlihatkan mata saja.” Jordan tersenyum.
“Aku tidak perduli dengan agama mereka selama wanita itu seperti mama, aku akan suka,” ucap Michael.
“Ketika kamu jatuh cinta, semua standard yang kamu cari akan hilang seketika.” Jordan melihat beberapa pelayan membawa pesanan mereka.
“Baiklah, aku sangat ingin jatuh cinta.” Michael memperhatikan makanan yang mulai tertata di atas meja.
“Jika sudah jatuh cinta, belajarlah memilih menu sendiri.” Jordan tersenyum.
“Istriku yang akan melakukan itu.” Michael melirik Jordan yang hanya bisa menggelengkan kepalanya.
“Kamu benar-benar seorang raja yang harus dilayani.” Jordan tersenyum.
“Sebaiknya kamu menikah dengan seorang pembatu rumah tangga atau seorang pelayan.” Jordan tertawa dan mendapatkan tatapan tajam dari Michael.
“Apa itu lucu?” tanya Michael.
“Aku sangat lapar.” Tangan Jordan segera mengambil makanan. Dia tahu pria di depannya tidak bisa diajak bercanda.
Cleya terlihat kesal. Dia berjalan cepat kembali ke ruangan orang tuanya. Wanita itu selalu mendapat penolakan dari Michael−pria dingin yang sangat sulit untuk dicairkan. Tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan pria terkaya di Indonesia itu. Model cantik menghempaskan bokongnya dengan kasar di kursi. Wajah yang ditekuk dan bibir manyun. Jari-jari Cleya memainkan garpu dan sendok dengan kasar.
“Ada apa, Sayang?” tanya Nyonya Meylan ketika melihat wajah putrinya yang cemberut.
“Pa, bisakah aku dijodohkan dengan Michael?” Cleya menatap pada Rudi Hartono.
“Apa Michael Hardianto?” tanya Tuan Rudi.
“Ya. Siapa lagi kalau bukan dia? Pria tampan dan kaya yang diidolakan semua wanita di Indonesia hingga mancanegara.” Cleya terlihat kesal.
“Apakah kecantikan dan kepopuleran seorang Cleya tidak bisa menaklukkan Michael?” Nyonya Meylan mengusap kepala Cleya.
“Michael bahkan tidak melihat diriku.” Tangan Cleya meremas tisu yang ada di atas meja.
“Habiskan makanan kamu, Papa akan berbicara dengan Hardianto.” Tuan Rudi Hartono tersenyum.
“Terima kasih, Pa. Aku mau jadi kekasih dan calon istri Michael.” Cleya bersemangat.
“Apa kamu bertemu dengan Michael?” tanya Nyonya Meylan.
“Ya, dia bersama Jordan di ruangan paling ujung,” Cleya memakan makanannya dengan anggun.
“Jika tidak mendapatkan Michael, kenapa kamu tidak mendekati Jordan saja?” Nyonya Meylan tersenyum.
“Ma, Jordan punya banyak teman kencan dan itu membedakan dia dengan Michael.” Cleya tersenyum.
“Jordan hanya bermain bersama mereka dan tidak benar-benar berkencan,” ucap papa Cleya.
“Bagaimana Papa tahu?” tanya Cleya penasaran.
“Semua wanita yang dekat dengan Jordan tidak ada yang dia sentuh, bukankah itu sama artinya tidak ada harapan untuk mendapatkan Jordan?” Mama Cleya tersenyum.
“Jordan hanya berpura-pura menjadi seorang playboy,” ucap Cleya.
“Benar, Sayang. Kamu adalah wanita cerdas lulusan luar negeri.” Nyonya Meylan tersenyum.
“Mama benar, hanya aku yang pantas menjadi menantu keluarga Hardianto.” Cleya tersenyum lebar.
Cleya Hartono, wanita keturunan Tionghoa dengan kulit putih bersih dan seorang model internasional, sejak kuliah serta meniti karir Cleya tinggal di luar negeri dan bertemu dengan Michael ketika perayaan ualng tahun perusahaan milik Hardianto. Pertemuan pertama yang membuat wanita itu langsung jatuh cinta pada pria dingin dan tampan bernama Michael Hardianto−orang terkaya di Indonesia. Sejak saat itu, Cleya tidak mau lagi kembali ke luar negeri.
Cleya adalah salah satu dari banyak wanita yang jatuh cinta pada Michael. Wajah tampan dan sikap dingin yang selalu terpampang di majalah bisnis membuat banyak orang mengaguminya. Di usia yang tidak muda lagi Michael masih melajang dan tidak pernah terdengar gossip pria itu memiliki kekasih.
Hari-hari Michael dihabiskan untuk bekerja, ia tidak mau mengalami kerugian apalagi kehilangan harta hanya karena melakukan kegiatan yang tidak menghasilkan uang. Pria itu bahkan sangat jarang pergi liburan, meskipun memiliki banyak uang tidak membuat dirinya menjalani kehidupan yang berfoya-foya dan tidak berguna. Michael lebih suka memanfaatkan liburannya dengan tetap bekerja dan mengembangkan usahanya di seluruh Indonesia hingga manca Negara. Kehidupan pencintaan pun dia lupakan sehingga hampir tidak pernah memandang wanita mana pun di dekatnya.
Keluarga Rudi Hartono menyelesaikan makan malam bersama. Mereka melakukan pembayaran dan bersiap meninggalkan restaurant. Cleya bisa melihat Jordan dan Michael yang berjalan menuju tempat parkir. Wanita itu tersenyum. Dia bisa memilih salah satu dari pria tampan dan kaya, walaupun pesona sang kakak jauh lebih tinggi dari adiknya.
“Pertama aku inginkan Michael. Jika gagal, Jordan pun boleh.” Cleya memperhatikan mobil yang telah menyala.
“Apa yang membuat kamu tersenyum?” tanya Nyonya Meylan.
“Melihat dua pangeran tampan dengan kuda besi mewah.” Cleya menujukkan ke arah mobil Jordan dan Michael.
“Ohh.” Nyonya Meylan tersenyum.
“Mama heran. Mereka memiliki ketampanan dan aura yang berbeda.” Mama Cleya memperhatikan dua pria tampan dan tinggi yang telah memasuki mobil.
“Hm.” Cleya menghardik pundaknya.
“Ayo kita pulang.” Tuan Rudi berjalan menuju tempat parkir diikuti anak dan istrinya. Mobil Michael dan Jordan telah menjauh meninggalkan restaurant.
Mereka menyelesaikan makan malam berdua dan segera kembali ke rumah. Jordan masih setia menjadi sopir kakaknya. Mengendarai mobil dengan kecepatan sedang, sesekali pria itu melirik Michael yang tertidur lelap dan tersenyum. Dia tidak bisa merasa iri pada kakak yang sangat dibanggakan orang tuanya.“Apa yang ada dalam pikiran, Michael?” gumam Jordan. Mobil terus melaju hingga memasuki kawasan elit dan mewah kediaman Hardianto.“Hey, El. Kita sudah sampai.” Jordan melihat kearah Michael.“Terima kasih.” Michael membuka mata dengan perlahan dan segera keluar dari mobil. Ia langsung menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Koper telah disiapkan, tidak ada yang kurang, semua dilakukan oleh mama mereka. Pria itu melepaskan semua pakaian yang melekat ditubuhnya, kebiasaan buruk tidak bisa dibuang. Tidur dengan tubuh telanjang.“Aku akan tidur.” Michae
Mereka menyelesaikan makan malam berdua dan segera kembali ke rumah. Jordan masih setia menjadi sopir kakaknya. Mengendarai mobil dengan kecepatan sedang, sesekali pria itu melirik Michael yang tertidur lelap dan tersenyum. Dia tidak bisa merasa iri pada kakak yang sangat dibanggakan orang tuanya.“Apa yang ada dalam pikiran, Michael?” gumam Jordan. Mobil terus melaju hingga memasuki kawasan elit dan mewah kediaman Hardianto.“Hey, El. Kita sudah sampai.” Jordan melihat kearah Michael.“Terima kasih.” Michael membuka mata dengan perlahan dan segera keluar dari mobil. Ia langsung menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Koper telah disiapkan, tidak ada yang kurang, semua dilakukan oleh mama mereka. Pria itu melepaskan semua pakaian yang melekat ditubuhnya, kebiasaan buruk tidak bisa dibuang. Tidur dengan tubuh telanjang.“Aku akan tidur.” Michae
Fahima bangun sebelum subuh dan melakukan rutinitas pagi dengan cekatan, ia memasak nasi dan membuatkan lauk-pauk serta sayur mayur untuk sarapan mereka bertiga. Membersihkan rumah dan menyiram tanaman yang ada di halaman depan dan belakang. Wanita itu mandi dan berganti pakaian. Ia sarapan lebih dulu karena harus bekerja. Hari ini ia mulai bekerja part time di hotel Paraday selama liburan sekolah.Wanita yang baru saja menjadi Pegawai Negeri Sipil itu terlihat cantik dengan gamis merah muda dan hijab segiempat dengan warna senada. Dia menjemur pakaian di halaman belakang. Fahima melihat ibu yang sudah selesai mandi dan membantunya. Wanita paruh baya itu tersenyum memperhatikan putri cantiknya yang baru berusia dua puluh lima tahun itu.“Kenapa, Ma?” tanya Fahima yang tersenyum lembut. Dia tidak terlalu putih, dengan kulit kuning langsat mendekati sawo matang, tetapi sangat bersih dan menawan. Kelembutan wanita itu tidak ada tand
Leo mencari Fahima ke ruang istirahat pegawai dan menanyakan pada semua orang, tetapi tidak ada yang melihat gadis berhijab itu. Pria tampan dan tinggi berlari ke tempat parkir dan dia tidak melihat motor Imah. Ponsel Leo berdering. Tangan putih itu mengambik gawai dari dalam saku jas. Dia melihat nama Fahima yang muncul.“Fahima, kamu dimana?” tanya Leo menjawap panggilan dengan nada khawatir.“Salam dulu, Tuan Leo.” Fahima tertawa.“Maafkan aku, assalamualaikum dan jangan panggil aku Tuan ketika tidak di hotel!” Leo duduk di atas bagian depan mobilnya.“Waalaikumusalam.” Fahima tersenyum.“Kamu dimana?” Leo mengulangi pertanyaannya.“Maaf, aku langsung pulang, kamu tidak perlu memberi gajiku untuk hari ini,” ucap Fahima.“Apa yang terjadi?” tanya Leo lag
Michael Hardianto duduk di sebuah villa kecil yang berada di tengah laut pada pulau yang terhubung dengan daratan melalui batuan yang dibuat jembatan cantik. Pria itu sibuk dengan laptop untuk mencari guci yang sama dengan milik keluarga mereka. Fendy ikut sibuk dibuat bosnya.“Tuan, ini koleksi yang mereka punya.” Fendy memperlihatkan foto-foto guci yang ada di layar laptop.“Kenapa setiap guci memiliki ciri khas sendiri? Tidak adalah yang benar-benar sama?” Michael kesal.“Apa?” Fendy terkejut dengan kejelian mata yang dimiliki Tuannya.“Apa mereka memesan guci itu secara khusus? Di mana?” Michael menatap Fendy. Pria itu mau jawaban pasti.“Saya akan mencari tahu,” jawab Fendy.“Kamu harus cari dengan cepat di mana ada pengrajin guci antic. Ah, temukan kembali pecahan guci.” Michael men
Michael sudah berganti pakaian dan berjalan menuju restaurant yang ada di tepi pantai untuk menikmati makan siang bersama Fendy. Pria itu berjalan dengan sangat elegan. Pakaian yang rapi serta bersih.“Tuan, saya sudah menemukan pecahan guci,” ucap Fendy mengikuti langkah kaki Michael.“Bagus. Cari tahu dimana mereka membuat guci itu.” Michael menghentikan langkah kakinya dan melihat Leo sedang bersama Fahima.“Dia sudah menemukan gadis itu. Kenapa tidak membawanya menemuiku.” Michael melangkahkan kaki keluar dari bebatuan. Dia mau memanjat pembatas pantai agar bisa menemui Leo dan Fahima.“Tuan itu berbahaya. Kita harus mengitari pagar.” Fendy kebingungan.“Itu terlalu lama.” Michael masih kesal dengan kejadian di villa tengah laut. Dia sudah tidak sabar ingin memarahi Leo dan Fahima.“Tuan, k
Michael merebahkan tubuh di atas kasur empuk. Pria itu mengambil ponsel untuk mematikannya karena dia sudah bersiap untuk tidur. Sebuah nama muncul di layar dan lelaki tampan tanpa baju menggeserkan icon hijau menerima panggilan dari mamanya. Dia tidak perlu khawatir dengan guci pecah karena sedang berusaha mencari penggantinya.“Halo, Ma.” Michael menerima panggilan dari mamanya.“Sayang, apa guci pernikahan masih aman?” tanya nyonya Li.“Ah, aku sedang berusaha,” jawab Michael.“Apa maksud kamu sedang berusaha?” tanya nyonya Li.“Berusaha menjaganya,” jawab Michael lagi.“Sayang, hati-hati. Kamu akan mengalami kesialan tiada henti jika guci itu pecah tanpa ada wanita di dekat kamu,” jelas nyonya Li.“Jika, ada wanita?” tanya Michael yang segera
Michael dan Fendy terlihat sibuk bekerja. Fahima berdiri di tepi pantai. Tidak ada yang bisa dia lakukan. Pria yang suka memerintah itu terlihat sangat fokus ketika sedang bekerja dan tidak peduli apa pun seakan dunia itu hanya miliknya sendiri. Gadis berhijab berjalan menuju batuan. Dia duduk di atas batu dan menikmati deburan ombak dengan percikan air laut bersama angin. Wajah mulus itu telah basah begitu juga dengan ujung gamisnya.“Kemana dia?” tanya Michael.“Aku tidak tahu,” jawab Fendy melihat ke kursi dan mangkung yang telah kosong.“Apa dis pulang?” Michael berdiri dan melihat Fahima yang sedang bermain dengan air lau yang masuk ke dalam bebatuan. Ada siput dan kepiting kecil serta umang-umang.“Apa yang kamu lakukan?” tanya Michael berdiri di belakang Fahima. Dia bisa melihat ombak yang tenang tidak seperti kemarin, terlalu b
Jordan mendapatkan libur dari Michael dan pria itu langsung mengendarai mobilnya menuju Serang. Dia ingin bertanya pada Fahima alasan wanita itu memblokir nomor ponselnya. Mobil putih tinggi dengan ban besar telah berhenti di depan masjid kosan. “Di mana dia? Apa di kampus?” Jordan turun dari mobil dan berjalan menuju pintu pagar.“Permisi,” sapa Jordan.“Ada apa, Pak?” tanya petugas keamanan.“Maaf, Pak. Apa Fahima ada di dalam?” tanya Jordan.“Oh, mereka semua pergi ke kampus,” jawab petugas keamanan.“Kapan dia kembali?” tanya Jordan.“Siang nanti setelah salat zuhur,” jawab pria itu.“Tidak lama lagi.” Jordan tersenyum melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.“Terima kasih, Pak. Saya pamit dulu,” ucap Jorda.“Iya, sama-sama,” balas petugas keamanan.Jordan kembali ke mobil dan mengendarinya menuju ke kampus UNTIRTA. Pria itu menunggu di depan pintu gerbang kampus dengan tetap duduk di dalam mobil. Tidak butuh waktu lama, wanita yang ditunggu berjalan santai bersama den
Malam hari mereka tiba di depan musalah yang berhadapan dengan kosan Fahima. Wanita cantik dan masih sangat muda itu masih duduk diam di kursi. Michael membuka sabuk pangaman dan menoleh pada Fahima.“Apa aku harus membukakan sabuk pengaman untukmu?” tanya Michael tersenyum.“Tidak.” Fahima segera melepaskan sabuk pengaman.“Kita tidak akan bertemu lagi setelah ini.” Fahima menoleh pada Michael.“Hanya dalam satu minggu,” tegas Michael.“Tidak ada pesan dan panggilan,” ucap Fahima meyakinkan.“Aku janji.” Michael menatap Fahima dan wanita itu segera memalingkan wajahnya.“Aku sangat ingin memeluk dan menciumnya.” Michael memperhatikan lekukan wajah Fahima dari samping.“Terima kasih untuk hari ini dan hadiahnya,” ucap Fahima tanpa menoleh lagi. Dia sadar pria di sampingnya memang sangat tampan, tetapi keturunan dan asal Michael membuatnya tidak tertarik sama sekali pada lelaki itu. Masa lalu memang menjadi bayangan yang selalu mengikutinya karena tidak mampu untuk melupakan walaupun te
Mobil Michael berhenti di tempat parkir sebuah restaurant yang ada di Banten. Fahima menurut saja, karena dia kasihan pada orang kaya yang sudah terlambat makan siang karena buru-buru datang ke Serang.“Aku salat dulu,” ucap Fahima melihat musalah yang ada di samping restaurant.“Salat apa?” tanya Michael.“Asar,” jawab Fahima.“Aku akan menemani kamu.” Michael menatap Fahima.“Kamu masuk dan pesan makanan. Aku akan menyusul,” ucap Fahima.“Tidak,” tegas Michael memegang tas Fahima.“Kenapa?” Fahima menaikkan alisnya heran.“Kamu akan lari dariku,” jawab Michael menatap tajam pada Fahima yang tersenyum lucu melihat ketakutan pria di depannya. “Kenapa kamu tersenyum?” tanya Michael.“Bawa tas aku bersama kamu.” Fahima melepaskan tali tas dan memberikan pada Michael.“Pergi dan makanlah!” Fahima berjalan menuju musalah.“Hm, aku tidak bisa memesan makanan,” ucap Michael menghentikan langkah kaki Fahima.“Apa?” Fahima menoleh.“Ya. Aku tidak pernah memesan makanan sendiri,” ucap Michael
Jane sangat kecewa dengan perlakukan dua bersaudara yang telah menolaknya setelah mendapatkan tanda tangan kontrak kerja sama, tetapi dia cukup senang karena bisa bertemu dengan pria yang cerdas dan tidak mudah di dekati khususnya Michael.“Sepertinya aku akan betah berada di sini.” Jane dengan pakai renang seksi keluar dari air.“Silakan Nona.” Sekretaris Jane memberikan baju handuk kepada Jane.“Selidiki kekasih Michael dan Jordan!” perintah Jane.“Baik, Nona.” Assisten Jane membungkuk. Jane masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri dan berganti pakaian. Wanita itu lebih terpesona pada Michael dari pada Jordan yang lebih mudah didekati.Michael terlihat sibuk dengan pekerjaanya. Dia harus menandatangan banyak berkas kerja sama dan hasil laporan dari karyawan setiap awal tahun. Pekerjaan cukup bisa membuat pria itu lupa pada Fahima karena dia tipe orang yang sangat fokus. Pria itu tidak sadar dengan pesan yang telah masuk ke dalam ponsel khususnya.“Permisi, Pak.” Fendy berdiri di
Fahima dan rekannya pulang ke Serang dengan tumpangan dari dosen Reno. Tidak ada yang bisa menolak dan itu menjadi keberuntungan bagi mereka karena tidak mengeluarkan biasa untuk ojek online. Dosen Reno selalu mengantarkan Pak Dedy dan Pak Mer terlebih dahulu dengan alasan tidak perlu mengitari komplek perumahan. Padahal mereka tahu dosen tampan dan masih muda itu ingin mempunyai kesempatan untuk bersama Fahima.“Terima kasih, Pak. Maaf merepotkan,” ucap Pak Mer.“Sama-sama,” balas dosen Reno.“Dadah.” Fahima melambaikan tangannya. Dia duduk di samping dosen Reno karena tidak mungkin berdempetan dengan dua rekannya yang laki-laki.“Hati-hati ya!” teriak Pak Dedy tersenyum.“Ya.” Fahima balas tersenyum. Mereka sudah seperti keluarga karena suka duka bersama dan saling membantu sebagai anak rantai di tempat orang.“Apa kamu mau langsung pulang?” tanya dosen Reno mengendarai mobilnya.“Ya, hari sudah sangat sore,” jawab Fahima.“Bagaimana dengan pertanyaanku?” tanya dosen Reno lagi.“Pert
Michael tiba di perusahaannya. Dia menghentikan mobil di tempat parkir khusus. Pria dewasa itu berjalan memasuki lift yang akan mengantarkan dirinya langsung ke ruangan kerja. Wajah tampan, putih dan tubuh tinggi dengan setelan jas biru terlihat sempurna membuat semua kaum hawa menjadi terpana akan pesona yang tidak bisa digapai.“Selamat datang, Pak.” Para karyawan menyambut kedatangan Michael yang sudah cukup lama tidak muncul sejak kecelakaan jatuh dari tangga.“Selamat datang, Pak.” Mereka menyambut Jirdan yang berjalan tepat di belakang Michael dan masuk ke dalam lift bersama.“Siapa yang datang hari ini?” tanya Michael.“Miss Jane,” jawab Jordan.“Kenapa seorang wanita? Apa dia pemilik perusahaan A****n?” tanya Michael lagi.“Putrinya,” jawab Jordan tersenyum.“Apa arti senyuman itu? Aku tidak suka.” Michael menatap Jordan.“Dia suka. Apa kamu akan menikah dengan gadis Amerika, Eropa atau Inggris?” Jordan tersenyum lepas.“Aku suka wanita Indonesia,” jawab Michael keluar dari lif
Fahima masuk ke dalam mobil Michael yang berada tepat di depan rumah makan. Mereka melewati jalan raya dan mengitari komplek perumahan. Keduanya hanya diam hingga mobil berhenti di depan masjid. Michael masih mengunci pintu sehingga Fahima tidak bisa keluar.“Apa lagi?” tanya Fahima yang paham benar pria itu masih belum mengizinkannya turun dari mobil.“Besok aku akan kembali ke Jakarta,” ucap Michael.“Lalu?” Fahima merapikan duduknya untuk mendengarkan pria itu berbicara.“Kamu harus menerima panggilan dariku, membalas pesanku dan tidak boleh dekat dengan pria mana pun!” Michael menatap Fahima.“Kamu siapa?” Fahima menoleh dan mata mereka bertemu.“Calon suami kamu,” tegas Michael.“Aku tidak suka dengan wanita gampangan yang sangat mudah disentuh oleh pria lain.” Michael memperhatikan Fahima.“Aku senang karena kamu selalu menjaga jarak itu.” Michael tersenyum.“Kenapa kamu menjadi halu yang seharusnya dilakukan pemuja seorang Ceo seperti di dalam novel romansa?” Fahima tersenyum si
Waktunya makan malam para anak kosan empang. Nama itu mereka berikan karena kamar kos berada di atas air sungai yang kadang pasang dan surut. Cukup sering melihat hewan yang masuk seperti ular, biawak dan ikan. Tiga wanita siap pergi ke rumah makan Pemadam Kelaparan dengan berjalan kaki melewati gang perumahan yang padat. Dibandingkan dengan Bangka di Serang makanan di jual dengan harga yang murah.“Berangkat”! teriak Bu Sri semangat dengan menggandeng tangan Fahima dan Vina di kiri dan kanannya.“Hey, hey mau kemana?” tanya Susi yang baru saja datang bersama Eni. Dua orang itu baru pulang dari rumah keluarga yang ada di Banten.“Makan malam dong. Nanti mati tak makan sekalipun,” jawab Bu Sri mengedipkan matanya.“Tunggu dong, Bu Rt. Kita juga mau makan bersama,” ucap Eni.“Ya udah, cepetan. Kita tunggu di sini.” Bu Sri melotot.“Siap.” Susi dan Eni berlari ke kamar untuk mengantarkan barang bawaan mereka dan kembali secepat kilat agar tidak tertinggal.Seorang pria mempehatikan para w
Mobil Michael berhenti di depas Masjid. Pria itu menoleh pada Fahima yang tertidur. Dia benar-benar lelah dengan kegiatan yang padat dan malam hari kurang tidur.“Kamu sangat tidak waspada.” Michael memperhatikan wajah cantik yang terlelap. Pria itu sangat ingin menyentuhnya. Alis tebal berpadu dengan bulu mata lentik dan panjang. Hidung mancung dan bibir mungil tetapi penuh begitu menggoda.“Hm.” Fahima membuka matanya dan Michael menjauh.“Aw!” Kepala Michael terpantuk pintu.“Ada apa?” Fahima menatap Michael.“Tak apa. Kita sudah sampai,” ucap Michael mengusap kepalanya.“Ah, iya.” Fahima membuka pintu dan turun dari mobil tinggi itu.“Aku akan berada di Serang selama kamu ujian kinerja.” Michael sudah berdiri di depan Fahima.“Kenapa memberitahukan kepadaku?” Fahima melihat sekilas pada Michael.“Karena aku di Serang untuk menunggu kamu menyelesaikan PPG ini,” jawab Michael.“Apa urusannya denganku?” Fahima menaikan alisnya.“Setelah kamu menyelesaikan pendidikan ini. Kita akan ke