Share

Guci Pernikahan

last update Last Updated: 2022-01-18 11:37:28

Mereka menyelesaikan makan malam berdua dan segera kembali ke rumah. Jordan masih setia menjadi sopir kakaknya. Mengendarai mobil dengan kecepatan sedang, sesekali pria itu melirik Michael yang tertidur lelap dan tersenyum. Dia tidak bisa merasa iri pada kakak yang sangat dibanggakan orang tuanya.

Apa yang ada dalam pikiran, Michael?” gumam Jordan. Mobil terus melaju hingga memasuki kawasan elit dan mewah kediaman Hardianto.

“Hey, El. Kita sudah sampai.” Jordan melihat kearah Michael.

“Terima kasih.” Michael membuka mata dengan perlahan dan segera keluar dari mobil. Ia langsung menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Koper telah disiapkan, tidak ada yang kurang, semua dilakukan oleh mama mereka. Pria itu melepaskan semua pakaian yang melekat ditubuhnya, kebiasaan buruk tidak bisa dibuang. Tidur dengan tubuh telanjang.

“Aku akan tidur.” Michael tersenyum melihat koper miliknya, ia menghempaskan tubuh tanpa pakaian itu di atas tempat tidur yang empuk. Memejamkan mata dan terlelap.

Matahari pagi menyusup masuk dalam kamar Michael dengan nuansa putih bersih dan didomisani jendela kaca bening yang dibiarkan terbuka. Tirai putih melambai-lambai tertiup angin, udara dingin berpadu dengan hangatnya cahaya Surya menyentuh tubuh telanjang pria Chines itu. Michael membuka mata dengan perlahan, ia sangat malas untuk beranjak dari tempat tidur. Pria itu melihat taman hijau dan bunga yang sengaja ia desain di depan kamarnya. Lantai atas itu memiliki kebun sehingga membuat betah pemilik ruangan.

“El, apa kamu sudah bangun?” Suara Nyonya Li terdengar lembut di balik pintu.

“Ya,” jawab Michael malas.

“Apa kamu sudah berpakaian?” tanya Mama yang mengetahui putranya memiliki kebiasaan tidur tanpa pakaian.

“Aku masih di tempat tidur.” Michael membungkus tubuhnya dengan selimut berwarna putih.

“Sayang, turunlah, kita mau sarapan.” Nyonya Li meninggalkan Michael yang pasti tidak akan turun dengan segera.

“Aku akan pergi ke pulang Bangka, sudah lama sekali tidak ke sana.” Michael beranjak dari tempat tidur, berjalan menuju kamar mandi. Tubuh seksi itu tidak ditutupi sehelai benang pun, memperlihatkan otot-otot menggoda. Air mengalir melewati pahatan sempurna pada perutnya. Aroma maskulisn menyeruak memenuhi kamar. Kaki panjang berjalan menuju lemari pakaian. Kemeja biru langit dan celana hitam berbahan katun telah menempel pada tubuh tinggi itu. Langkah kaki menuruni tangga dengan elegan menuju ruang makan. Semua telah menunggu putra kesayangan untuk sarapan bersama. Michael Hardianto−jimat keberuntungan yang selalu dimanja. Kelahirannya menjadi awal kesuksesan keluarga Hardianto.

“Sayang, cepatlah!” Mama tersenyum melihat putra tampannya.

“Apa kamu akan pergi ke kantor terlebih dahulu?” tanya Jordan.

“Tidak, apa kamu bisa mengantarkan aku ke bandara?” Michael balik bertanya setelah menjawab pertanyaan saudaranya.

“Tentu saja.” Jordan memulai makannya.

“Ma, dimana Papa?” Michael melihat kursi kosong di depan mamanya.

“Papa pergi ke Hongkong,” jawab Nyonya Li.

“Kenapa Mama tidak ikut?” tanya Michael lagi.

“Siapa yang akan menemani Jordan di rumah, ia baru saja kembali dari Singapura.” Mama menggengam tangan Jordan.

“Mm.” Michael melirik Jordan yang tersenyum.

“Terima kasih, Ma.” Jordan mencium tangan mamanya.

“Apa kamu sedang memamerkan kemesraan padaku?” Michael mengisi piring kosong dengan nasi dan lauk pauk. Mereka selesai sarapan. Mama melakukan aktivitas seperti biasa merawat taman, Michael duduk di taman mempehatikan wanita yang sangat ia cintai itu.

“Jordan, kamu bisa pergi ke kantor.” Michael melihat Jordan yang baru keluar dari rumah.

“Bukankah kamu mau aku jadi supir ke Bandara?” Jordan tersenyum.

“Jika sendirian, aku mau diantar kamu, tetapi karena ada Fendy dan Fanny, jadi kami akan menggunakan sopir perusahaan.” Michael tersenyum.

“Baiklah, Tuan Muda. Bersenang-senanglah.” Jordan berjalan menuju garasi mobil.

“Ingatlah untuk menjaga guci pernikahan.” Nyonya Li tersenyum.

“Guci itu tidak akan pecah.” Michael tersenyum tipis. Sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan pintu rumah keluarga Hardianto. Fanny dan Fendy keluar dari mobil. Seorang pelayan segera memasukkan koper Michael ke dalam bagasi mobil.

“Selamat siang, Nyonya Li.” Fanny tersenyum cantik.

“Selamat siang.” Nyonya Li membalas senyuman Fanny.

“El, Mama rasa kamu tidak perlu mengajak Fanny bersama.” Nyonya Li menggandeng tangan Michael.

“Kenapa, Ma?” Pria tinggi itu menatap mamanya.

“Kamu hanya satu minggu, apakah Fendy saja tidak cukup?” Mama melirik Fendy.

“Baiklah, Fanny. Kamu bisa kembali ke perusahaan dan membantu Jordan.” Michael mencium pipi mamanya.

“Apa? Tapi Tuan….” Fanny kebingungan.

“Ma, suruh sopir mengantar Fanny kembali ke perusahaan.” Michael masuk ke dalam mobil. Fanny sangat terkejut. Ia tidak menyangka Michael akan meninggalkan dirinya dan merubah keputusan dengan mudah. Mobil yang membawa Michael dan Fendy telah melaju menuju Bandara Soekarno-Hatta.

Lima puluh menit berada di udara dan mendarat di bandara Depati Amir Pangkal Pinang, Bangka. Perjalanan pendek tidak akan membuat Michael merasa lelah. Pria itu segera turun dari pesawat bersama dengan Fendy berjalan menuju sebuah mobil mewah yang akan membawa mereka menuju kota Sungailiat, tempat kelahiran Mama dan Papanya.

“Tuan, apa kita akan pergi beristirahat ke hotel yang telah di pesan Fanny?’ tanya Fendy.

“Apakah lima puluh menit berada di pesawat membuat kamu lelah?” tanya Michael.

“Tidak, Tuan.” Fendy menunduk.

“Langsung menuju pantai Tongacai!” ucap Michael.

“Baik, Tuan.” Fendy tidak mempersiapkan diri untuk melayani Michael karena biasa dilakukan oleh Fanny.

Tiga puluh menit mereka telah sampai di kawasan pantai dengan nuansa oriental, sejarah, seni, dan budaya berpadu. Lahan di tepi laut yang dipagar tinggi itu adalah milik keluarga Hardianto. Menginjakkan kaki di Tongacai, orang pun disuguhkan pemandangan seperti pameran lukisan, pameran foto, berbagai koleksi patung burung Garuda, seni pahat, tongaci park, dan sejumlah kata-kata bernuansa oriental yang menjelaskan tentang sejarah nama marga - marganya serta filosofi yang bermakna arti kehidupan.

Kaki jenjang itu turun dari mobil dan mendapat sambutan dari pengurus pantai dan semua isi yang ada di lokasi itu, tetapi Michael hanya tersenyun dan mengatakan ia hanya mampir sebentar untuk makan siang. Pria itu berjalan langsung mengelilingi lokasi pantai, senyuman terlihat di bibir Michael, menghirup oksigen bersih jauh dari polusi udara. Mata jernih melihat sekeliling dan berhenti tepat pada seorang gadis cantik dengan pakaian muslimah, menutupi seluruh tubuhnya, yang terlihat hanya wajah dan telapak tangan.

“Cantik,” guman Michael tanpa sadar.

“Fendy, apakah sekarang hari libur?” tanya Michael pada asistenya dengan mata terus memperhatikan senyuman dan pergerakan wanita itu.

“Tidak Tuan, hanya saja bertepatan dengan hari libur sekolah dasar, jadi anak-anak itu sedang melakukan acara perpisahan karena akan masuk ke SMP,” jawab Fendy. Pria itu telah mempersiapkan semua jawaban untuk pertanyaan Michael.

“Apakah wanita itu adalah guru mereka?” tanya Michael lagi dan membuat Fendy kebingungan, ia tidak menyangka Bosnya akan bertanya tenang hal yang tidak penting.

“Mungkin, Tuan.” Fendy mengikuti arah tatapan Michael.

“Apakah menu makan siang telah siap? Aku sudah lapar.” Michael  berjalan menuju restaurant yang ada di tepi pantai bersebelahan dengan kolam besar berisi sejumlah tukik jenis A penyu hijau maupun penyu sisik beragam.

“Saya akan bertanya.” Fendy berjalan menuju dapur.

Michael memilih kursi di sebelah pagar restaurant, ia melihat wanita tadi berjalan bersama seorang pria dan mengambil tempat duduk tepat di sampingnya. Sang pemilik pantai memperhatikan wajah cantik yang tersenyum manis.

“Imah, apa kamu mau makan?” tanya pria yang datang bersama Fahima.

“Aku masih kenyang, kenapa kamu mengajak aku kemari?” tanya Fahima melihat sekilas kearah Michael, ia merasa diawasi oleh mata pria Tionghoa itu.

“Imah, maaf,” ucap pria itu.

“Untuk apa?” Fahima tersenyum.

“Kita sudah lama saling kenal dan sama dewasa.” Tangan pria itu mengeluarkan sebuah kotak.

“Fahima, maukah kamu menikah denganku?” Pria itu membuka kotak perhiasan berisi sebuah cincin emas.

“Rico, maaf.” Fahima tersenyum.

“Jika kamu belum siap menikah, kita bisa bertunangan terlebih dahulu.” Rico terus menatap wanita cantik di depannya.

“Rico, kamu lebih tahu kenapa aku menolak semua pria yang telah melamarku? Aku belum siap mengurus seorang suami karena Mama dan Nenek sangat membutuhkan diriku. Aku berusaha sampai seperti ini agar bisa membahagiakan mereka berdua.” Tidak ada keraguan pada jawaban Fahima. Wanita itu bertekat tidak akan jatuh cinta selama ia harus menjaga dan menafkahi keluarga kecilnya.

“Fahima.” Suara Rico terdengar pelan.

“Maafkan aku, anggap saja hari ini tidak pernah ada.” Fahima tersenyum dan berjalan meninggalkan Rico. Michael tersenyum mendengar drama lamaran yang mendapatkan penolakan itu.

“Alasan penolakan yang lucu. Itu tidak akan pernah terjadi padaku.” Michael melihat Fahima yang kembali bersama siswa-siswinya.

Urusan hati dan perasaan memang tak bisa dipaksakan. Kita tidak bisa begitu saja membuat orang yang kita cintai juga bisa punya perasaan yang sama dengan kita. Adakalanya memang jalan terbaik untuk kebaikan bersama adalah melepaskan orang yang kita cintai. Menerima semua alasan dari sebuah penolakan.

Related chapters

  • Terjebak Miliarder Posesif   Kejadian Tidak Terduga

    Fahima bangun sebelum subuh dan melakukan rutinitas pagi dengan cekatan, ia memasak nasi dan membuatkan lauk-pauk serta sayur mayur untuk sarapan mereka bertiga. Membersihkan rumah dan menyiram tanaman yang ada di halaman depan dan belakang. Wanita itu mandi dan berganti pakaian. Ia sarapan lebih dulu karena harus bekerja. Hari ini ia mulai bekerja part time di hotel Paraday selama liburan sekolah.Wanita yang baru saja menjadi Pegawai Negeri Sipil itu terlihat cantik dengan gamis merah muda dan hijab segiempat dengan warna senada. Dia menjemur pakaian di halaman belakang. Fahima melihat ibu yang sudah selesai mandi dan membantunya. Wanita paruh baya itu tersenyum memperhatikan putri cantiknya yang baru berusia dua puluh lima tahun itu.“Kenapa, Ma?” tanya Fahima yang tersenyum lembut. Dia tidak terlalu putih, dengan kulit kuning langsat mendekati sawo matang, tetapi sangat bersih dan menawan. Kelembutan wanita itu tidak ada tand

    Last Updated : 2022-01-18
  • Terjebak Miliarder Posesif   Mimpi Buruk

    Leo mencari Fahima ke ruang istirahat pegawai dan menanyakan pada semua orang, tetapi tidak ada yang melihat gadis berhijab itu. Pria tampan dan tinggi berlari ke tempat parkir dan dia tidak melihat motor Imah. Ponsel Leo berdering. Tangan putih itu mengambik gawai dari dalam saku jas. Dia melihat nama Fahima yang muncul.“Fahima, kamu dimana?” tanya Leo menjawap panggilan dengan nada khawatir.“Salam dulu, Tuan Leo.” Fahima tertawa.“Maafkan aku, assalamualaikum dan jangan panggil aku Tuan ketika tidak di hotel!” Leo duduk di atas bagian depan mobilnya.“Waalaikumusalam.” Fahima tersenyum.“Kamu dimana?” Leo mengulangi pertanyaannya.“Maaf, aku langsung pulang, kamu tidak perlu memberi gajiku untuk hari ini,” ucap Fahima.“Apa yang terjadi?” tanya Leo lag

    Last Updated : 2022-01-18
  • Terjebak Miliarder Posesif   Kesialan Pertama

    Michael Hardianto duduk di sebuah villa kecil yang berada di tengah laut pada pulau yang terhubung dengan daratan melalui batuan yang dibuat jembatan cantik. Pria itu sibuk dengan laptop untuk mencari guci yang sama dengan milik keluarga mereka. Fendy ikut sibuk dibuat bosnya.“Tuan, ini koleksi yang mereka punya.” Fendy memperlihatkan foto-foto guci yang ada di layar laptop.“Kenapa setiap guci memiliki ciri khas sendiri? Tidak adalah yang benar-benar sama?” Michael kesal.“Apa?” Fendy terkejut dengan kejelian mata yang dimiliki Tuannya.“Apa mereka memesan guci itu secara khusus? Di mana?” Michael menatap Fendy. Pria itu mau jawaban pasti.“Saya akan mencari tahu,” jawab Fendy.“Kamu harus cari dengan cepat di mana ada pengrajin guci antic. Ah, temukan kembali pecahan guci.” Michael men

    Last Updated : 2022-01-18
  • Terjebak Miliarder Posesif   Menjadi Pelayan Michael

    Michael sudah berganti pakaian dan berjalan menuju restaurant yang ada di tepi pantai untuk menikmati makan siang bersama Fendy. Pria itu berjalan dengan sangat elegan. Pakaian yang rapi serta bersih.“Tuan, saya sudah menemukan pecahan guci,” ucap Fendy mengikuti langkah kaki Michael.“Bagus. Cari tahu dimana mereka membuat guci itu.” Michael menghentikan langkah kakinya dan melihat Leo sedang bersama Fahima.“Dia sudah menemukan gadis itu. Kenapa tidak membawanya menemuiku.” Michael melangkahkan kaki keluar dari bebatuan. Dia mau memanjat pembatas pantai agar bisa menemui Leo dan Fahima.“Tuan itu berbahaya. Kita harus mengitari pagar.” Fendy kebingungan.“Itu terlalu lama.” Michael masih kesal dengan kejadian di villa tengah laut. Dia sudah tidak sabar ingin memarahi Leo dan Fahima.“Tuan, k

    Last Updated : 2022-01-18
  • Terjebak Miliarder Posesif   Hari Pertama menjadi Pelayan

    Michael merebahkan tubuh di atas kasur empuk. Pria itu mengambil ponsel untuk mematikannya karena dia sudah bersiap untuk tidur. Sebuah nama muncul di layar dan lelaki tampan tanpa baju menggeserkan icon hijau menerima panggilan dari mamanya. Dia tidak perlu khawatir dengan guci pecah karena sedang berusaha mencari penggantinya.“Halo, Ma.” Michael menerima panggilan dari mamanya.“Sayang, apa guci pernikahan masih aman?” tanya nyonya Li.“Ah, aku sedang berusaha,” jawab Michael.“Apa maksud kamu sedang berusaha?” tanya nyonya Li.“Berusaha menjaganya,” jawab Michael lagi.“Sayang, hati-hati. Kamu akan mengalami kesialan tiada henti jika guci itu pecah tanpa ada wanita di dekat kamu,” jelas nyonya Li.“Jika, ada wanita?” tanya Michael yang segera

    Last Updated : 2022-01-18
  • Terjebak Miliarder Posesif   Perjalanan ke Pangkal Pinang

    Michael dan Fendy terlihat sibuk bekerja. Fahima berdiri di tepi pantai. Tidak ada yang bisa dia lakukan. Pria yang suka memerintah itu terlihat sangat fokus ketika sedang bekerja dan tidak peduli apa pun seakan dunia itu hanya miliknya sendiri. Gadis berhijab berjalan menuju batuan. Dia duduk di atas batu dan menikmati deburan ombak dengan percikan air laut bersama angin. Wajah mulus itu telah basah begitu juga dengan ujung gamisnya.“Kemana dia?” tanya Michael.“Aku tidak tahu,” jawab Fendy melihat ke kursi dan mangkung yang telah kosong.“Apa dis pulang?” Michael berdiri dan melihat Fahima yang sedang bermain dengan air lau yang masuk ke dalam bebatuan. Ada siput dan kepiting kecil serta umang-umang.“Apa yang kamu lakukan?” tanya Michael berdiri di belakang Fahima. Dia bisa melihat ombak yang tenang tidak seperti kemarin, terlalu b

    Last Updated : 2022-01-18
  • Terjebak Miliarder Posesif   Takdir dan Jodoh

    Mobil hitam telah memasuki kawasan ibu kota kepulauan itu. Kota kecil yang aman, nyaman dan damai. Penduduk yang berbaur dengan keanekaragaman budaya yang saling menghargai dan menghormati. Budaya melayu dan Chines adalah penduduk yang memiliki jumlah sama rata sehingga mereka semua seperti saudara tanpa memandang suku bangsa dan ras. Kesunyian yang terjadi selama perjalanan. Tidak ada yang berbicara. Fahima yang terus melihat ke jendela kaca seakan berusaha menghindari Michael hingga mereka tiba di galeri cantik.“Selamat datang, Tuan.” Seorang wanita chines dan masih muda menyambut kedatangan Michael. Dia melirik Fahima yang berpakain muslimah sangat kontras dengan pria tinggi itu.“Aku mau mencari guci pernikahan dengan ukir burung phonic dan bunga teratai,” ucap Michael langsung.“Apa Anda akan menikah?” tanya wanita paruh baya dengan pakaian tradisional Chines.

    Last Updated : 2022-01-18
  • Terjebak Miliarder Posesif   Benang Perjodohan

    Tubuh tinggi dan seksi serta putih tanpa ditutupi kain itu berada di atas kasur empuk dengan posisi telentang. Mata tajam menatap langit-langit kamar yang masih terang. Michael seakan baru menyadari bahwa dirinya baru saja ditolak oleh seorang wanita miskin yang bisa dia beli begitu saja. Kejadian di kolam jodoh terus terbayang di dalam ingatan pria itu.“Apa aku sudah ditolak?” Michael duduk.“Aku tidak sedang melamarnya.” Mata Michael menatap guci pernikahan yang sama persis dengan miliknya. Dia meletakkan guci antic itu di atas meja dan jauh dari tempat tidur.“Aku tidak mungkin jatuh cinta pada wanita kampuangan itu. Kulitku bahkan lebih putih darinya.” Michaek tersenyum kecut. Dia berusaha menolak kekaguman yang ada di dalam hatinya pada Fahima.“Aku harus tidur dan besok langsung pulang ke Jakarta saja.” Michael melihat jam yang melingkar di perge

    Last Updated : 2022-02-04

Latest chapter

  • Terjebak Miliarder Posesif   Bab 52 Pernyataan Cinta

    Jordan mendapatkan libur dari Michael dan pria itu langsung mengendarai mobilnya menuju Serang. Dia ingin bertanya pada Fahima alasan wanita itu memblokir nomor ponselnya. Mobil putih tinggi dengan ban besar telah berhenti di depan masjid kosan. “Di mana dia? Apa di kampus?” Jordan turun dari mobil dan berjalan menuju pintu pagar.“Permisi,” sapa Jordan.“Ada apa, Pak?” tanya petugas keamanan.“Maaf, Pak. Apa Fahima ada di dalam?” tanya Jordan.“Oh, mereka semua pergi ke kampus,” jawab petugas keamanan.“Kapan dia kembali?” tanya Jordan.“Siang nanti setelah salat zuhur,” jawab pria itu.“Tidak lama lagi.” Jordan tersenyum melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.“Terima kasih, Pak. Saya pamit dulu,” ucap Jorda.“Iya, sama-sama,” balas petugas keamanan.Jordan kembali ke mobil dan mengendarinya menuju ke kampus UNTIRTA. Pria itu menunggu di depan pintu gerbang kampus dengan tetap duduk di dalam mobil. Tidak butuh waktu lama, wanita yang ditunggu berjalan santai bersama den

  • Terjebak Miliarder Posesif   Bab 51 Jatuh Cinta

    Malam hari mereka tiba di depan musalah yang berhadapan dengan kosan Fahima. Wanita cantik dan masih sangat muda itu masih duduk diam di kursi. Michael membuka sabuk pangaman dan menoleh pada Fahima.“Apa aku harus membukakan sabuk pengaman untukmu?” tanya Michael tersenyum.“Tidak.” Fahima segera melepaskan sabuk pengaman.“Kita tidak akan bertemu lagi setelah ini.” Fahima menoleh pada Michael.“Hanya dalam satu minggu,” tegas Michael.“Tidak ada pesan dan panggilan,” ucap Fahima meyakinkan.“Aku janji.” Michael menatap Fahima dan wanita itu segera memalingkan wajahnya.“Aku sangat ingin memeluk dan menciumnya.” Michael memperhatikan lekukan wajah Fahima dari samping.“Terima kasih untuk hari ini dan hadiahnya,” ucap Fahima tanpa menoleh lagi. Dia sadar pria di sampingnya memang sangat tampan, tetapi keturunan dan asal Michael membuatnya tidak tertarik sama sekali pada lelaki itu. Masa lalu memang menjadi bayangan yang selalu mengikutinya karena tidak mampu untuk melupakan walaupun te

  • Terjebak Miliarder Posesif   Bab 50 Cincin Pasangan

    Mobil Michael berhenti di tempat parkir sebuah restaurant yang ada di Banten. Fahima menurut saja, karena dia kasihan pada orang kaya yang sudah terlambat makan siang karena buru-buru datang ke Serang.“Aku salat dulu,” ucap Fahima melihat musalah yang ada di samping restaurant.“Salat apa?” tanya Michael.“Asar,” jawab Fahima.“Aku akan menemani kamu.” Michael menatap Fahima.“Kamu masuk dan pesan makanan. Aku akan menyusul,” ucap Fahima.“Tidak,” tegas Michael memegang tas Fahima.“Kenapa?” Fahima menaikkan alisnya heran.“Kamu akan lari dariku,” jawab Michael menatap tajam pada Fahima yang tersenyum lucu melihat ketakutan pria di depannya. “Kenapa kamu tersenyum?” tanya Michael.“Bawa tas aku bersama kamu.” Fahima melepaskan tali tas dan memberikan pada Michael.“Pergi dan makanlah!” Fahima berjalan menuju musalah.“Hm, aku tidak bisa memesan makanan,” ucap Michael menghentikan langkah kaki Fahima.“Apa?” Fahima menoleh.“Ya. Aku tidak pernah memesan makanan sendiri,” ucap Michael

  • Terjebak Miliarder Posesif   Bab 49 Cemburu Michael

    Jane sangat kecewa dengan perlakukan dua bersaudara yang telah menolaknya setelah mendapatkan tanda tangan kontrak kerja sama, tetapi dia cukup senang karena bisa bertemu dengan pria yang cerdas dan tidak mudah di dekati khususnya Michael.“Sepertinya aku akan betah berada di sini.” Jane dengan pakai renang seksi keluar dari air.“Silakan Nona.” Sekretaris Jane memberikan baju handuk kepada Jane.“Selidiki kekasih Michael dan Jordan!” perintah Jane.“Baik, Nona.” Assisten Jane membungkuk. Jane masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri dan berganti pakaian. Wanita itu lebih terpesona pada Michael dari pada Jordan yang lebih mudah didekati.Michael terlihat sibuk dengan pekerjaanya. Dia harus menandatangan banyak berkas kerja sama dan hasil laporan dari karyawan setiap awal tahun. Pekerjaan cukup bisa membuat pria itu lupa pada Fahima karena dia tipe orang yang sangat fokus. Pria itu tidak sadar dengan pesan yang telah masuk ke dalam ponsel khususnya.“Permisi, Pak.” Fendy berdiri di

  • Terjebak Miliarder Posesif   Bab 48 Lamaran

    Fahima dan rekannya pulang ke Serang dengan tumpangan dari dosen Reno. Tidak ada yang bisa menolak dan itu menjadi keberuntungan bagi mereka karena tidak mengeluarkan biasa untuk ojek online. Dosen Reno selalu mengantarkan Pak Dedy dan Pak Mer terlebih dahulu dengan alasan tidak perlu mengitari komplek perumahan. Padahal mereka tahu dosen tampan dan masih muda itu ingin mempunyai kesempatan untuk bersama Fahima.“Terima kasih, Pak. Maaf merepotkan,” ucap Pak Mer.“Sama-sama,” balas dosen Reno.“Dadah.” Fahima melambaikan tangannya. Dia duduk di samping dosen Reno karena tidak mungkin berdempetan dengan dua rekannya yang laki-laki.“Hati-hati ya!” teriak Pak Dedy tersenyum.“Ya.” Fahima balas tersenyum. Mereka sudah seperti keluarga karena suka duka bersama dan saling membantu sebagai anak rantai di tempat orang.“Apa kamu mau langsung pulang?” tanya dosen Reno mengendarai mobilnya.“Ya, hari sudah sangat sore,” jawab Fahima.“Bagaimana dengan pertanyaanku?” tanya dosen Reno lagi.“Pert

  • Terjebak Miliarder Posesif   Bab 47 Rasa yang Menyiksa

    Michael tiba di perusahaannya. Dia menghentikan mobil di tempat parkir khusus. Pria dewasa itu berjalan memasuki lift yang akan mengantarkan dirinya langsung ke ruangan kerja. Wajah tampan, putih dan tubuh tinggi dengan setelan jas biru terlihat sempurna membuat semua kaum hawa menjadi terpana akan pesona yang tidak bisa digapai.“Selamat datang, Pak.” Para karyawan menyambut kedatangan Michael yang sudah cukup lama tidak muncul sejak kecelakaan jatuh dari tangga.“Selamat datang, Pak.” Mereka menyambut Jirdan yang berjalan tepat di belakang Michael dan masuk ke dalam lift bersama.“Siapa yang datang hari ini?” tanya Michael.“Miss Jane,” jawab Jordan.“Kenapa seorang wanita? Apa dia pemilik perusahaan A****n?” tanya Michael lagi.“Putrinya,” jawab Jordan tersenyum.“Apa arti senyuman itu? Aku tidak suka.” Michael menatap Jordan.“Dia suka. Apa kamu akan menikah dengan gadis Amerika, Eropa atau Inggris?” Jordan tersenyum lepas.“Aku suka wanita Indonesia,” jawab Michael keluar dari lif

  • Terjebak Miliarder Posesif   Bab 46 Posesif

    Fahima masuk ke dalam mobil Michael yang berada tepat di depan rumah makan. Mereka melewati jalan raya dan mengitari komplek perumahan. Keduanya hanya diam hingga mobil berhenti di depan masjid. Michael masih mengunci pintu sehingga Fahima tidak bisa keluar.“Apa lagi?” tanya Fahima yang paham benar pria itu masih belum mengizinkannya turun dari mobil.“Besok aku akan kembali ke Jakarta,” ucap Michael.“Lalu?” Fahima merapikan duduknya untuk mendengarkan pria itu berbicara.“Kamu harus menerima panggilan dariku, membalas pesanku dan tidak boleh dekat dengan pria mana pun!” Michael menatap Fahima.“Kamu siapa?” Fahima menoleh dan mata mereka bertemu.“Calon suami kamu,” tegas Michael.“Aku tidak suka dengan wanita gampangan yang sangat mudah disentuh oleh pria lain.” Michael memperhatikan Fahima.“Aku senang karena kamu selalu menjaga jarak itu.” Michael tersenyum.“Kenapa kamu menjadi halu yang seharusnya dilakukan pemuja seorang Ceo seperti di dalam novel romansa?” Fahima tersenyum si

  • Terjebak Miliarder Posesif   Bab 45 Makan Malam di Pemadam Kelaparan

    Waktunya makan malam para anak kosan empang. Nama itu mereka berikan karena kamar kos berada di atas air sungai yang kadang pasang dan surut. Cukup sering melihat hewan yang masuk seperti ular, biawak dan ikan. Tiga wanita siap pergi ke rumah makan Pemadam Kelaparan dengan berjalan kaki melewati gang perumahan yang padat. Dibandingkan dengan Bangka di Serang makanan di jual dengan harga yang murah.“Berangkat”! teriak Bu Sri semangat dengan menggandeng tangan Fahima dan Vina di kiri dan kanannya.“Hey, hey mau kemana?” tanya Susi yang baru saja datang bersama Eni. Dua orang itu baru pulang dari rumah keluarga yang ada di Banten.“Makan malam dong. Nanti mati tak makan sekalipun,” jawab Bu Sri mengedipkan matanya.“Tunggu dong, Bu Rt. Kita juga mau makan bersama,” ucap Eni.“Ya udah, cepetan. Kita tunggu di sini.” Bu Sri melotot.“Siap.” Susi dan Eni berlari ke kamar untuk mengantarkan barang bawaan mereka dan kembali secepat kilat agar tidak tertinggal.Seorang pria mempehatikan para w

  • Terjebak Miliarder Posesif   Bab 44 Pria Arogan

    Mobil Michael berhenti di depas Masjid. Pria itu menoleh pada Fahima yang tertidur. Dia benar-benar lelah dengan kegiatan yang padat dan malam hari kurang tidur.“Kamu sangat tidak waspada.” Michael memperhatikan wajah cantik yang terlelap. Pria itu sangat ingin menyentuhnya. Alis tebal berpadu dengan bulu mata lentik dan panjang. Hidung mancung dan bibir mungil tetapi penuh begitu menggoda.“Hm.” Fahima membuka matanya dan Michael menjauh.“Aw!” Kepala Michael terpantuk pintu.“Ada apa?” Fahima menatap Michael.“Tak apa. Kita sudah sampai,” ucap Michael mengusap kepalanya.“Ah, iya.” Fahima membuka pintu dan turun dari mobil tinggi itu.“Aku akan berada di Serang selama kamu ujian kinerja.” Michael sudah berdiri di depan Fahima.“Kenapa memberitahukan kepadaku?” Fahima melihat sekilas pada Michael.“Karena aku di Serang untuk menunggu kamu menyelesaikan PPG ini,” jawab Michael.“Apa urusannya denganku?” Fahima menaikan alisnya.“Setelah kamu menyelesaikan pendidikan ini. Kita akan ke

DMCA.com Protection Status