Share

Mimpi Buruk

last update Last Updated: 2022-01-18 11:40:36

Leo mencari Fahima ke ruang istirahat pegawai dan menanyakan pada semua orang, tetapi tidak ada yang melihat gadis berhijab itu. Pria tampan dan tinggi berlari ke tempat parkir dan dia tidak melihat motor Imah. Ponsel Leo berdering. Tangan putih itu mengambik gawai dari dalam saku jas. Dia melihat nama Fahima yang muncul.

“Fahima, kamu dimana?” tanya Leo menjawap panggilan dengan nada khawatir.

“Salam dulu, Tuan Leo.” Fahima tertawa.

“Maafkan aku, assalamualaikum dan jangan panggil aku Tuan ketika tidak di hotel!” Leo duduk di atas bagian depan mobilnya.

“Waalaikumusalam.” Fahima tersenyum.

“Kamu dimana?” Leo mengulangi pertanyaannya.

“Maaf, aku langsung pulang, kamu tidak perlu memberi gajiku untuk hari ini,” ucap Fahima.

“Apa yang terjadi?” tanya Leo lagi.

“Tidak ada apa-apa, bisakah kita bertemu?” tanya Fahima pelan.

“Tentu saja, apa kamu di rumah?” tanya Leo.

“Tidak, aku di pantai sebelah hotel Paraday,” jawab Fahima.

“Tunggu aku di sana.” Leo mematikan ponselnya dan masuk ke dalam mobil, ia tidak tahu Michael terus memperhatikan dirinya dari lokasi yang tidak jauh sehingga pria itu dapat mendengarkan semua percakapan di dalam ponsel.

“Hmm, sepertinya wanita itu terlalu special untuk Leo. Apa mereka sepasang kekasih?” Michael tersenyum.

“Harusnya aku membawa mobil sendiri.” Pria itu sangat ingin mengikuti Leo.

Mobil putih milik Leo keluar dari kawasan hotel Paraday dan menuju pantai Montain yang ada di sebelah hotel tempat ia bekerja. Leo mengendarai mobil dengan perlahan agar ia bisa melihat Fahima. Pria itu tersenyum, seorang gadis dengan gamis berwarna merah muda berdiri di tepi pantai dengan tas punggung berwarna hitam dan hijab panjang yang melambai-lambai tertiup angin.

Leo memarkirkan mobilnya dan dengan cepat berlari kearah Fahima, ia sangat senang bisa bertemu dengan wanita itu dengan hanya berdua saja. Ada banyak pria yang berharap bisa menjadi pasangan wanita berhijab dan cantik itu, tetapi semuanya sudah ditolak.

“Pantai masih sepi.” Leo berdiri di samping Fahima.

“Karena masih pagi. Terima kasih sudah datang.” Fahima tersenyum.

“Kita adalah teman sekolah dari dulu dan hingga saat ini, aku akan selalu ada untuk kamu.” Leo memiringkan kepalanya untuk melihat wajah cantik Fahima.

“Terima kasih.” Fahima menoleh dan wajah mereka hampir bertabarakan.

“Hah.” Fahima mundur dengan spontan.

“Maaf.” Leo memalingkan wajahnya. Dia sudah tidak bisa menahan pesona wanita itu.

“Apa aku masih bisa bekerja satu minggu di sana?” tanya Fahima duduk di pasir.

“Kamu bisa bekerja selama kamu suka.” Leo duduk di samping Fahima.

“Minggu depan aku akan pergi ke Serang,” ucap Fahima.

“Untuk apa kamu pergi ke Serang? Apakah tugas guru?” tanya Leo.

“Ya.” Fahima tersenyum.

“Ini pertama kalinya kamu pergi ke luar Bangka, dan pertama kali naik pesawat terbang. Apa kamu takut?” tanya Leo lembut.

“Aku tidak takut, Allah akan selalu menjagaku.” Fahima menoleh pada Leo. Bola cokelat itu berkilau menamah kecantikan wanita berhijab itu.

“Lalu, kenapa kamu terlihat ragu? Apa kamu mau aku temani?” Leo tersenyum dengan tidak ingin mengalikan pandangan dari wajah cantik Fahima.

“Aku tidak mau merepotkan kamu, tetapi tetap saja akan merepotkan.” Fahima menunduk.

“Katakanlah!” Leo memperhatikan bulu mata lentik dan alis lebat Fahima.

“Aku memikirkan mama dan nenek, sebenarnya aku butuh bantuan kamu.” Fahima menoleh dan Leo langsung mengalihkan pandangannya.

“Katakan saja, aku akan membantu sebisaku.” Leo kembali melihat wajah cantik itu dengan lembut.

“Aku akan pergi selama dua bulan dan gajiku akan terpakai untuk kehidupanku di sana.” Suara Fahima semakin pelan.

“Hey, aku tidak suka melihat dirimu ragu.” Leo mengangkat tangannya ingin membelai kepala yang tertutup hijab tetapi tidak ia lakukan karena, Fahima tidak akan suka itu.

“Apa aku boleh meminjam uang untuk menutupi kebutuhan mama dan nenek selama aku di Serang?” Fahima mengangkat wajahnya dan melihat kearah Leo sekilas, wanita itu tidak akan menatap lawan jenisnya dengan lama.

“Tentu saja, berapa yang kamu butuhkan?” tanya Leo dan tersenyum, ia sangat bahagia karena Fahima meminta bantuan dirinya.

“Terima kasih.” Fahima tersenyum, ia bisa pergi ke Serang dengan tenang.

“Apa aku boleh bertanya sesuatu?” tanya Leo.

“Ya.” Mata indah Fahima menatap lurus ke lautan lepas dengan ombak yang tenang.

“Apa yang terjadi di kamar tamu hari ini?” tanya Leo pelan.

“Kenapa? Apa pria itu marah?” Fahima melihat kearah Leo dan kembali membuang pandangannya.

“Dia mau bertemu kamu.” Leo sangat penasaran dengan kejadian di kamar Michael.

“Kenapa dia mau bertemu denganku?” tanya Fahima khawatir.

“Tidak apa, tetapi katakan apa yang terjadi?” Leo tersenyum memaksakan Fahima untuk bercerita.

“Oooh, ini sangat memalukan.” Fahima memasukan wajahnya pada lutut yang ia tekuk.

“Apa kamu melakukan kesalaham?” tanya Leo.

“Hah, pria itu tidur telanjang,” jawab Fahima dengan wajah yang masih bersembunyi.

“Apa?’ Leo tertawa terbahak-bahak.

“Itu tidak lucu.” Fahima menatap tajam pada Leo dan kembali melihat kearah laut.

“Sayangnya, mata suci wanita ini telah ternodai.” Leo terus tertawa.

“Apa ada yang lain?” tanya Leo lagi.

“Aku membungkus tubuh pria itu dengan selimut seperti bayi sehingga ia tidak bisa bergerak, lalu aku pergi, itu saja,” jelas Fahima.

“Jika hanya itu, untuk apa dia mau bertemu dengan dirimu?” Leo berpikir.

“Mungkin dia marah karena aku membungkus tubuhnya.” Fahima tersenyum.

“Hmm, Michael tidak akan terlalu peduli dengan hal kecil dan sepele. Kejadian itu juga tidak disengaja.” Leo melihat jam di tangannya.

“Apa kamu kembali ke hotel?” tanya Fahima.

“Tidak, aku tidak mau di tanya tentang kamu.” Leo tersenyum.

“Ayo kita jalan-jalan di tepi pantai.” Fahima beranjak dari pasir.

“Ayo.” Leo tersenyum, tidak banyak kesempatan bisa bersama dengan wanita itu.

“Berapa yang kamu butuhkan?” tanya Leo menyentuh ujung hijab Fahima tanpa diketahui wanita itu.

“Aku belum menghitungnya.” Fahima menoleh dan Leo melepaskan tangannya dari hijab wanita itu.

“Kamu masih ada waktu seminggu.” Leo tersenyum.

“Ya, terima kasih.” Fahima balas tersenyu,.

Ketika waktu zuhur tiba, Fahima pulang ke rumah dan Leo kembali ke hotel. Mereka berpisah tepat di depan pintu gerbang Hotel Paraday. Pria itu tahu Michael sedang melakukan pertemuan dengan rekan bisnis, setidaknya untuk hari itu ia tidak akan bertemu dengan bos besar yang suka memerintah semua orang.

Fahima tiba di rumah dengan motornya, ia segera membersihkan diri dan melaksanakan salat zuhur, merapikan koper dan perlengkapan yang akan ia bawa ke Serang. Jika bukan untuk masa depan yang lebih baik, ia tidak mau pegi ke luar Bangka, meninggalkan mama dan neneknya.

“Imah, apa kamu tidak bekerja?” tanya mama lembut.

“Hari ini aku hanya pergi bertemu Leo.” Fahima tersenyum.

“Apa mama dan nenek sudah makan siang?” tanya Fahima dan beranjak dari lantai.

“Ayo kita makan berdua.” Mama menarik tangan Fahima.

“Bagaimana keadaan nenek?” Fahima menghentikan langkah kakinya dan melihat ke kamar nenek.

“Nenek sedang tidur.” Mama tersenyum. Wanita itu tidak mau membuat putrinya ragu untuk pergi ke Serang.

“Hmm.” Fahima melangkah kakinya menuju dapur sederhana yang menyatu dengan meja dan kursi kayu sebagai ruang makan.

Nenek kamu harus segera dirawat.” Mama melirik Fahima yang sedang menikmati makanan sederhana, karena mereka harus berhemat. Waktu berlalu begitu cepat, Fahima telah berada di atas tempat tidur, ia berusaha memejamkan matanya tetapi bayangan tubuh telanjang Michael mengganggu dirinya.

“Astaqfirullah, ya Allah, hapuslah ingatanku tentang hari ini.” Fahima memindahkan imaginasinya dengan ingatan yang lainnya dan berusaha melupakan pria asing yang tidak ia kenal.

Fahima berhasil terlelap dalam tidur, mimpi tentang masa lalu kembali muncul, ingatan ketika ia masih sekolah, Fahima termasuk gadis yang populer sehingga banyak pemuda yang menyukai dan kagum pada dirinya. Seorang pemuda keturunan Tionghoa menyatakan cinta tetapi di tolak oleh gadis berhijab itu.

Penolakan itu membuat pemuda yang menjadi kakak kelas Fahima marah sehingga ia menarik tangan Fahima, mencium paksa pipi dan memeluk tubuh itu. Pengalaman itu menjadi mimpi buruk bagi Fahima membuat dirinya membenci pria keturunan Tionghoa. Di matanya mereka adalah orang yang tidak tahu aturan dan tidak menghormati agamanya.

“Kenapa ingatan yang sudah lama itu kembali muncul?” Mata indah Fahima terbuka, sayup-sayup terdengar suara Azan. Dengan cepat ia turun dari ranjang tua dan berkarat berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan melaksanakan perintah Tuhan.

“Aku kesulitan tidur sehingga tidak terbangun di waktu tahajud.” Fahima mengambil Alquran dan membacanya dengan suara lembut, lantunan ayat-ayat suci memenuhi rumah tua itu.

Wanita itu melakukan rutinitas pagi menyiapkan semuanya dengan sempurna untuk nenek dan mamanya. Air mata mengalir di wajah cantik ketika ia selesai mengerjakan semua pekerjaanya. Ia harus perdi selama dua bulan dan meninggalkan dua wanita yang ia sayangi.

“Ma, ayo makan.” Fahima menarik tangan mamanya.

“Kenapa kamu bersedih, ingat kamu harus lulus.” Mama mengusap kepala Fahima.

“Imah, pasti lulus.” Fahima tersenyum lebar dan menikmati sarapannya hingga selesai.

Related chapters

  • Terjebak Miliarder Posesif   Kesialan Pertama

    Michael Hardianto duduk di sebuah villa kecil yang berada di tengah laut pada pulau yang terhubung dengan daratan melalui batuan yang dibuat jembatan cantik. Pria itu sibuk dengan laptop untuk mencari guci yang sama dengan milik keluarga mereka. Fendy ikut sibuk dibuat bosnya.“Tuan, ini koleksi yang mereka punya.” Fendy memperlihatkan foto-foto guci yang ada di layar laptop.“Kenapa setiap guci memiliki ciri khas sendiri? Tidak adalah yang benar-benar sama?” Michael kesal.“Apa?” Fendy terkejut dengan kejelian mata yang dimiliki Tuannya.“Apa mereka memesan guci itu secara khusus? Di mana?” Michael menatap Fendy. Pria itu mau jawaban pasti.“Saya akan mencari tahu,” jawab Fendy.“Kamu harus cari dengan cepat di mana ada pengrajin guci antic. Ah, temukan kembali pecahan guci.” Michael men

    Last Updated : 2022-01-18
  • Terjebak Miliarder Posesif   Menjadi Pelayan Michael

    Michael sudah berganti pakaian dan berjalan menuju restaurant yang ada di tepi pantai untuk menikmati makan siang bersama Fendy. Pria itu berjalan dengan sangat elegan. Pakaian yang rapi serta bersih.“Tuan, saya sudah menemukan pecahan guci,” ucap Fendy mengikuti langkah kaki Michael.“Bagus. Cari tahu dimana mereka membuat guci itu.” Michael menghentikan langkah kakinya dan melihat Leo sedang bersama Fahima.“Dia sudah menemukan gadis itu. Kenapa tidak membawanya menemuiku.” Michael melangkahkan kaki keluar dari bebatuan. Dia mau memanjat pembatas pantai agar bisa menemui Leo dan Fahima.“Tuan itu berbahaya. Kita harus mengitari pagar.” Fendy kebingungan.“Itu terlalu lama.” Michael masih kesal dengan kejadian di villa tengah laut. Dia sudah tidak sabar ingin memarahi Leo dan Fahima.“Tuan, k

    Last Updated : 2022-01-18
  • Terjebak Miliarder Posesif   Hari Pertama menjadi Pelayan

    Michael merebahkan tubuh di atas kasur empuk. Pria itu mengambil ponsel untuk mematikannya karena dia sudah bersiap untuk tidur. Sebuah nama muncul di layar dan lelaki tampan tanpa baju menggeserkan icon hijau menerima panggilan dari mamanya. Dia tidak perlu khawatir dengan guci pecah karena sedang berusaha mencari penggantinya.“Halo, Ma.” Michael menerima panggilan dari mamanya.“Sayang, apa guci pernikahan masih aman?” tanya nyonya Li.“Ah, aku sedang berusaha,” jawab Michael.“Apa maksud kamu sedang berusaha?” tanya nyonya Li.“Berusaha menjaganya,” jawab Michael lagi.“Sayang, hati-hati. Kamu akan mengalami kesialan tiada henti jika guci itu pecah tanpa ada wanita di dekat kamu,” jelas nyonya Li.“Jika, ada wanita?” tanya Michael yang segera

    Last Updated : 2022-01-18
  • Terjebak Miliarder Posesif   Perjalanan ke Pangkal Pinang

    Michael dan Fendy terlihat sibuk bekerja. Fahima berdiri di tepi pantai. Tidak ada yang bisa dia lakukan. Pria yang suka memerintah itu terlihat sangat fokus ketika sedang bekerja dan tidak peduli apa pun seakan dunia itu hanya miliknya sendiri. Gadis berhijab berjalan menuju batuan. Dia duduk di atas batu dan menikmati deburan ombak dengan percikan air laut bersama angin. Wajah mulus itu telah basah begitu juga dengan ujung gamisnya.“Kemana dia?” tanya Michael.“Aku tidak tahu,” jawab Fendy melihat ke kursi dan mangkung yang telah kosong.“Apa dis pulang?” Michael berdiri dan melihat Fahima yang sedang bermain dengan air lau yang masuk ke dalam bebatuan. Ada siput dan kepiting kecil serta umang-umang.“Apa yang kamu lakukan?” tanya Michael berdiri di belakang Fahima. Dia bisa melihat ombak yang tenang tidak seperti kemarin, terlalu b

    Last Updated : 2022-01-18
  • Terjebak Miliarder Posesif   Takdir dan Jodoh

    Mobil hitam telah memasuki kawasan ibu kota kepulauan itu. Kota kecil yang aman, nyaman dan damai. Penduduk yang berbaur dengan keanekaragaman budaya yang saling menghargai dan menghormati. Budaya melayu dan Chines adalah penduduk yang memiliki jumlah sama rata sehingga mereka semua seperti saudara tanpa memandang suku bangsa dan ras. Kesunyian yang terjadi selama perjalanan. Tidak ada yang berbicara. Fahima yang terus melihat ke jendela kaca seakan berusaha menghindari Michael hingga mereka tiba di galeri cantik.“Selamat datang, Tuan.” Seorang wanita chines dan masih muda menyambut kedatangan Michael. Dia melirik Fahima yang berpakain muslimah sangat kontras dengan pria tinggi itu.“Aku mau mencari guci pernikahan dengan ukir burung phonic dan bunga teratai,” ucap Michael langsung.“Apa Anda akan menikah?” tanya wanita paruh baya dengan pakaian tradisional Chines.

    Last Updated : 2022-01-18
  • Terjebak Miliarder Posesif   Benang Perjodohan

    Tubuh tinggi dan seksi serta putih tanpa ditutupi kain itu berada di atas kasur empuk dengan posisi telentang. Mata tajam menatap langit-langit kamar yang masih terang. Michael seakan baru menyadari bahwa dirinya baru saja ditolak oleh seorang wanita miskin yang bisa dia beli begitu saja. Kejadian di kolam jodoh terus terbayang di dalam ingatan pria itu.“Apa aku sudah ditolak?” Michael duduk.“Aku tidak sedang melamarnya.” Mata Michael menatap guci pernikahan yang sama persis dengan miliknya. Dia meletakkan guci antic itu di atas meja dan jauh dari tempat tidur.“Aku tidak mungkin jatuh cinta pada wanita kampuangan itu. Kulitku bahkan lebih putih darinya.” Michaek tersenyum kecut. Dia berusaha menolak kekaguman yang ada di dalam hatinya pada Fahima.“Aku harus tidur dan besok langsung pulang ke Jakarta saja.” Michael melihat jam yang melingkar di perge

    Last Updated : 2022-02-04
  • Terjebak Miliarder Posesif   Kesialan dalam Percintaan

    Pak Wang mengendarai mobil menuju desa Kunday mengantarkan Michael kembali ke rumah opa dan oma dari sebelah papa. Cleya mengikuti dari belakang yang juga ditemani seorang sopir dari hotel. Dia sangat penasaran dengan tujuan dari pria tampan itu karena belum bisa kembali ke Jakarta. Wanita itu sangat berharap menjadi menantu keluarga Hardianto yang memiliki dua putra, tetapi dia sangat ingin menikah dengan Michael˗Anak pertama yang paling membanggakan.Michael adalah pemegang utama perusahaan orang tua mereka dan milik pribadinya. Dia yang mengembangkan dan membuat semakin maju. Itu yang membuatnya menjadi jimat keberuntungan keluarga. Pria itu sangat terkenal di Indonesia dan dunia. Wajahnya selalu terpampang di majalah bisnis dan televisi. Di mata Cleya, hanya Michael yang pantas menjadi kekasih dan suaminya di masa depan.“Rumah siapa ini?” tanya Cleya pada dirinya sendiri, tetapi mampu didengarkan oleh sopir. Wanita itu melih

    Last Updated : 2022-02-04
  • Terjebak Miliarder Posesif   Pergi Ke Serang

    Pagi hari, Fahima melakukan rutinitas seperti biasa. Dia menyiapkan semuanya dengan sempurna untuk nenek dan mamanya. Air mata mengalir di wajah cantik ketika selesai mengerjakan semua pekerjaanya. Guru cantik itu harus pergi selama dua bulan dan meninggalkan dua wanita yang ia sayangi.“Ma, ayo makan.” Fahima menarik tangan mamanya.“Ya.” Mama tersenyum. Mereka berdua makan dengan tenang tanpa ada yang bersuara. Makanan dengan lauk dan sayuran sederhana.Selesai makan, Fahima langsung mencuci piring dengan sangat hati-hati agar tidak membat gamisnya basah dan kotor. Mama memperhatikan wajah cantik putri semata wayang yang terlihat sedih dan menanggung beban berat hingga menyelesaikan pekerjaanya.“Kenapa kamu bersedih? Ingat kamu harus lulus. Serang itu jauh dan kamu sudah menghabiskan banyak waktu untuk belajar dan bisa berangkat ke sana.” Mama mengusap kepala Fa

    Last Updated : 2022-02-04

Latest chapter

  • Terjebak Miliarder Posesif   Bab 52 Pernyataan Cinta

    Jordan mendapatkan libur dari Michael dan pria itu langsung mengendarai mobilnya menuju Serang. Dia ingin bertanya pada Fahima alasan wanita itu memblokir nomor ponselnya. Mobil putih tinggi dengan ban besar telah berhenti di depan masjid kosan. “Di mana dia? Apa di kampus?” Jordan turun dari mobil dan berjalan menuju pintu pagar.“Permisi,” sapa Jordan.“Ada apa, Pak?” tanya petugas keamanan.“Maaf, Pak. Apa Fahima ada di dalam?” tanya Jordan.“Oh, mereka semua pergi ke kampus,” jawab petugas keamanan.“Kapan dia kembali?” tanya Jordan.“Siang nanti setelah salat zuhur,” jawab pria itu.“Tidak lama lagi.” Jordan tersenyum melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.“Terima kasih, Pak. Saya pamit dulu,” ucap Jorda.“Iya, sama-sama,” balas petugas keamanan.Jordan kembali ke mobil dan mengendarinya menuju ke kampus UNTIRTA. Pria itu menunggu di depan pintu gerbang kampus dengan tetap duduk di dalam mobil. Tidak butuh waktu lama, wanita yang ditunggu berjalan santai bersama den

  • Terjebak Miliarder Posesif   Bab 51 Jatuh Cinta

    Malam hari mereka tiba di depan musalah yang berhadapan dengan kosan Fahima. Wanita cantik dan masih sangat muda itu masih duduk diam di kursi. Michael membuka sabuk pangaman dan menoleh pada Fahima.“Apa aku harus membukakan sabuk pengaman untukmu?” tanya Michael tersenyum.“Tidak.” Fahima segera melepaskan sabuk pengaman.“Kita tidak akan bertemu lagi setelah ini.” Fahima menoleh pada Michael.“Hanya dalam satu minggu,” tegas Michael.“Tidak ada pesan dan panggilan,” ucap Fahima meyakinkan.“Aku janji.” Michael menatap Fahima dan wanita itu segera memalingkan wajahnya.“Aku sangat ingin memeluk dan menciumnya.” Michael memperhatikan lekukan wajah Fahima dari samping.“Terima kasih untuk hari ini dan hadiahnya,” ucap Fahima tanpa menoleh lagi. Dia sadar pria di sampingnya memang sangat tampan, tetapi keturunan dan asal Michael membuatnya tidak tertarik sama sekali pada lelaki itu. Masa lalu memang menjadi bayangan yang selalu mengikutinya karena tidak mampu untuk melupakan walaupun te

  • Terjebak Miliarder Posesif   Bab 50 Cincin Pasangan

    Mobil Michael berhenti di tempat parkir sebuah restaurant yang ada di Banten. Fahima menurut saja, karena dia kasihan pada orang kaya yang sudah terlambat makan siang karena buru-buru datang ke Serang.“Aku salat dulu,” ucap Fahima melihat musalah yang ada di samping restaurant.“Salat apa?” tanya Michael.“Asar,” jawab Fahima.“Aku akan menemani kamu.” Michael menatap Fahima.“Kamu masuk dan pesan makanan. Aku akan menyusul,” ucap Fahima.“Tidak,” tegas Michael memegang tas Fahima.“Kenapa?” Fahima menaikkan alisnya heran.“Kamu akan lari dariku,” jawab Michael menatap tajam pada Fahima yang tersenyum lucu melihat ketakutan pria di depannya. “Kenapa kamu tersenyum?” tanya Michael.“Bawa tas aku bersama kamu.” Fahima melepaskan tali tas dan memberikan pada Michael.“Pergi dan makanlah!” Fahima berjalan menuju musalah.“Hm, aku tidak bisa memesan makanan,” ucap Michael menghentikan langkah kaki Fahima.“Apa?” Fahima menoleh.“Ya. Aku tidak pernah memesan makanan sendiri,” ucap Michael

  • Terjebak Miliarder Posesif   Bab 49 Cemburu Michael

    Jane sangat kecewa dengan perlakukan dua bersaudara yang telah menolaknya setelah mendapatkan tanda tangan kontrak kerja sama, tetapi dia cukup senang karena bisa bertemu dengan pria yang cerdas dan tidak mudah di dekati khususnya Michael.“Sepertinya aku akan betah berada di sini.” Jane dengan pakai renang seksi keluar dari air.“Silakan Nona.” Sekretaris Jane memberikan baju handuk kepada Jane.“Selidiki kekasih Michael dan Jordan!” perintah Jane.“Baik, Nona.” Assisten Jane membungkuk. Jane masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri dan berganti pakaian. Wanita itu lebih terpesona pada Michael dari pada Jordan yang lebih mudah didekati.Michael terlihat sibuk dengan pekerjaanya. Dia harus menandatangan banyak berkas kerja sama dan hasil laporan dari karyawan setiap awal tahun. Pekerjaan cukup bisa membuat pria itu lupa pada Fahima karena dia tipe orang yang sangat fokus. Pria itu tidak sadar dengan pesan yang telah masuk ke dalam ponsel khususnya.“Permisi, Pak.” Fendy berdiri di

  • Terjebak Miliarder Posesif   Bab 48 Lamaran

    Fahima dan rekannya pulang ke Serang dengan tumpangan dari dosen Reno. Tidak ada yang bisa menolak dan itu menjadi keberuntungan bagi mereka karena tidak mengeluarkan biasa untuk ojek online. Dosen Reno selalu mengantarkan Pak Dedy dan Pak Mer terlebih dahulu dengan alasan tidak perlu mengitari komplek perumahan. Padahal mereka tahu dosen tampan dan masih muda itu ingin mempunyai kesempatan untuk bersama Fahima.“Terima kasih, Pak. Maaf merepotkan,” ucap Pak Mer.“Sama-sama,” balas dosen Reno.“Dadah.” Fahima melambaikan tangannya. Dia duduk di samping dosen Reno karena tidak mungkin berdempetan dengan dua rekannya yang laki-laki.“Hati-hati ya!” teriak Pak Dedy tersenyum.“Ya.” Fahima balas tersenyum. Mereka sudah seperti keluarga karena suka duka bersama dan saling membantu sebagai anak rantai di tempat orang.“Apa kamu mau langsung pulang?” tanya dosen Reno mengendarai mobilnya.“Ya, hari sudah sangat sore,” jawab Fahima.“Bagaimana dengan pertanyaanku?” tanya dosen Reno lagi.“Pert

  • Terjebak Miliarder Posesif   Bab 47 Rasa yang Menyiksa

    Michael tiba di perusahaannya. Dia menghentikan mobil di tempat parkir khusus. Pria dewasa itu berjalan memasuki lift yang akan mengantarkan dirinya langsung ke ruangan kerja. Wajah tampan, putih dan tubuh tinggi dengan setelan jas biru terlihat sempurna membuat semua kaum hawa menjadi terpana akan pesona yang tidak bisa digapai.“Selamat datang, Pak.” Para karyawan menyambut kedatangan Michael yang sudah cukup lama tidak muncul sejak kecelakaan jatuh dari tangga.“Selamat datang, Pak.” Mereka menyambut Jirdan yang berjalan tepat di belakang Michael dan masuk ke dalam lift bersama.“Siapa yang datang hari ini?” tanya Michael.“Miss Jane,” jawab Jordan.“Kenapa seorang wanita? Apa dia pemilik perusahaan A****n?” tanya Michael lagi.“Putrinya,” jawab Jordan tersenyum.“Apa arti senyuman itu? Aku tidak suka.” Michael menatap Jordan.“Dia suka. Apa kamu akan menikah dengan gadis Amerika, Eropa atau Inggris?” Jordan tersenyum lepas.“Aku suka wanita Indonesia,” jawab Michael keluar dari lif

  • Terjebak Miliarder Posesif   Bab 46 Posesif

    Fahima masuk ke dalam mobil Michael yang berada tepat di depan rumah makan. Mereka melewati jalan raya dan mengitari komplek perumahan. Keduanya hanya diam hingga mobil berhenti di depan masjid. Michael masih mengunci pintu sehingga Fahima tidak bisa keluar.“Apa lagi?” tanya Fahima yang paham benar pria itu masih belum mengizinkannya turun dari mobil.“Besok aku akan kembali ke Jakarta,” ucap Michael.“Lalu?” Fahima merapikan duduknya untuk mendengarkan pria itu berbicara.“Kamu harus menerima panggilan dariku, membalas pesanku dan tidak boleh dekat dengan pria mana pun!” Michael menatap Fahima.“Kamu siapa?” Fahima menoleh dan mata mereka bertemu.“Calon suami kamu,” tegas Michael.“Aku tidak suka dengan wanita gampangan yang sangat mudah disentuh oleh pria lain.” Michael memperhatikan Fahima.“Aku senang karena kamu selalu menjaga jarak itu.” Michael tersenyum.“Kenapa kamu menjadi halu yang seharusnya dilakukan pemuja seorang Ceo seperti di dalam novel romansa?” Fahima tersenyum si

  • Terjebak Miliarder Posesif   Bab 45 Makan Malam di Pemadam Kelaparan

    Waktunya makan malam para anak kosan empang. Nama itu mereka berikan karena kamar kos berada di atas air sungai yang kadang pasang dan surut. Cukup sering melihat hewan yang masuk seperti ular, biawak dan ikan. Tiga wanita siap pergi ke rumah makan Pemadam Kelaparan dengan berjalan kaki melewati gang perumahan yang padat. Dibandingkan dengan Bangka di Serang makanan di jual dengan harga yang murah.“Berangkat”! teriak Bu Sri semangat dengan menggandeng tangan Fahima dan Vina di kiri dan kanannya.“Hey, hey mau kemana?” tanya Susi yang baru saja datang bersama Eni. Dua orang itu baru pulang dari rumah keluarga yang ada di Banten.“Makan malam dong. Nanti mati tak makan sekalipun,” jawab Bu Sri mengedipkan matanya.“Tunggu dong, Bu Rt. Kita juga mau makan bersama,” ucap Eni.“Ya udah, cepetan. Kita tunggu di sini.” Bu Sri melotot.“Siap.” Susi dan Eni berlari ke kamar untuk mengantarkan barang bawaan mereka dan kembali secepat kilat agar tidak tertinggal.Seorang pria mempehatikan para w

  • Terjebak Miliarder Posesif   Bab 44 Pria Arogan

    Mobil Michael berhenti di depas Masjid. Pria itu menoleh pada Fahima yang tertidur. Dia benar-benar lelah dengan kegiatan yang padat dan malam hari kurang tidur.“Kamu sangat tidak waspada.” Michael memperhatikan wajah cantik yang terlelap. Pria itu sangat ingin menyentuhnya. Alis tebal berpadu dengan bulu mata lentik dan panjang. Hidung mancung dan bibir mungil tetapi penuh begitu menggoda.“Hm.” Fahima membuka matanya dan Michael menjauh.“Aw!” Kepala Michael terpantuk pintu.“Ada apa?” Fahima menatap Michael.“Tak apa. Kita sudah sampai,” ucap Michael mengusap kepalanya.“Ah, iya.” Fahima membuka pintu dan turun dari mobil tinggi itu.“Aku akan berada di Serang selama kamu ujian kinerja.” Michael sudah berdiri di depan Fahima.“Kenapa memberitahukan kepadaku?” Fahima melihat sekilas pada Michael.“Karena aku di Serang untuk menunggu kamu menyelesaikan PPG ini,” jawab Michael.“Apa urusannya denganku?” Fahima menaikan alisnya.“Setelah kamu menyelesaikan pendidikan ini. Kita akan ke

DMCA.com Protection Status