"Kawin kontrak?" ucap Keisha ketika ia membaca judulnya. "Maksudnya?"
"Baca dulu sampai selesai baru bertanya."
Keisha melirik Kenzie sambil mengambil surat itu. Ia bisa melihat Kenzie diam-diam tersenyum menyeringai. Wajahnya seolah tengah menyiratkan suatu hal yang mencurigakan, dan tentu saja membuat penasaran.
“Abang nggak lagi kerjain aku, kan?” tanya Keisha penuh kecurigaan.
Namun, Kenzie hanya menghela napas. “Baca, Keisha.”
Keisha mendengus dan mulai membaca isi kontrak itu secara detail. Dahinya terus berkerut di setiap kalimat yang dibacanya. Memang tidak aneh, tapi kenapa dia merasa sedang dipermainkan Kenzie di sini.
Perjanjian Pernikahan Kontrak Keisha - Kenzie.
Pernikahan ini hanya berupa status semata. Oleh karena itu kedua belah pihak harus berakting di depan kedua orang tua.
Tidak diperkenankan melakukan skinship jika salah satu di antara mereka tidak menginginkannya.
Mereka juga bebas melakukan apa pun termasuk berpacaran, dengan catatan harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Keisha membacanya dengan saksama, sampai akhirnya jatuh pada pasal terakhir.
"Dua tahun?" tanya Keisha sambil menatap Kenzie dengan bingung. "Kenapa pernikahannya harus selama itu? Nggak bisa apa kalau semisal 6 bulan atau setahun aja?"
Kenzie menggeleng pelan seraya menyunggingkan senyuman. "Jika kita berpisah secepat itu, mereka pasti akan minta kita buat mempertimbangkannya kembali. Mereka pasti bilang kalau masa awal pernikahan emang selalu banyak pertengkaran."
“Berarti, apa untungnya buat aku?! Mau pakai kontrak atau nggak, kita tetap nikah sama, kan? Gimana sih, Bang!” sungut Keisha kesal sambil meletakkan kertas itu di sebelahnya.
Kenzie mengangkat bahu. “Ya, terserah kamu, sih. Padahal saya udah tawarin keuntungan besar dari pernikahan kontrak kita ini loh, Kei.”
Mendengar kata keuntungan besar, sontak membuat konsentrasi Keisha buyar. Ia yang sedari tadi sibuk memahami isi kontrak tersebut, kini beralih menatap Kenzie dengan ekspresi wajahnya yang penasaran.
“Tell me, please,” pinta Keisha.
“Makanya, saya bilang baca sampai habis.” Kenzie kembali memberikan kertas itu dan membaliknya. Ada tulisan lagi di sana. “Yang pertama, uang jajan kamu akan jadi double, dari Ayah, dan juga dari saya.”
Keisha mengangguk-angguk sambil membaca tulisan ceker ayam itu. “Oke, terus?”
“Kamu yang awalnya dilarang keluar malam, kini bisa bebas menjelajahi dunia itu bersama saya. Kamu mau pergi ke mana pun, silakan. Asal … seperti yang saya bilang tadi, kamu harus perginya bareng saya.”
Keisha berdecak. Memang tawaran menarik, tapi tidak cukup untuk membuatnya mengiakan pernikahan itu.
“Dan setiap mereka datang.” Kenzie menunjuk ke arah ponsel Keira yang memampangkan sekelompok pria muda tampan yang menjadi idola gadis itu. “Kamu bisa bertemu mereka semua secara langsung, tanpa perlu mengeluarkan satu rupiah pun.”
Jiwa fangirling Keira langsung meronta-ronta. Ia meneguk ludahnya dengan kasar. Ia mulai goyah, apakah harus mempertahankan logika atau ego hedonisme ini.
Sebagai anak bungsu, Keisha memang hidup dimanjakan. Namun, bukan berarti ia tidak memiliki logika. Pernikahan itu hal yang besar, ia tidak bisa bermain-main hanya karena kesalahpahaman. Apalagi, ia sudah menganggap Kenzie sebagai kakaknya sendiri.
“Jadi, gimana?” Kenzie memiringkan kepalanya. “Saya kembali lagi ke kamu. Kalau kamu tetap nggak setuju, saya bisa bilang ke Ayah nanti. Meski saya tetap nggak menjamin beliau setuju, sih.”
Keisha mengangkat kepalanya, dan menatap Kenzie. “Bang, nikah itu bukan mainan loh…”
“Siapa yang bilang mainan?” Kenzie malah bertanya balik.
“Tapi aku nggak cinta sama Bang Kenzie. Gimana kita mau nikah?”
Kenzie tidak menjawab, malah mengambil kertas kontrak dari tangan Keisha, seolah mengingatkannya tentang pernikahan kontrak yang tadi ia tawarkan.
“Saya nggak maksa kamu, Keisha.” Pria itu pun bangkit dari kasur sambil membawa kertas kontraknya.
Sekarang Keisha benar-benar bimbang. Ini tentang uang jajan, konser boygroup kesukaannya, atau menjadi istri Kenzie, si dosen dingin sekaligus teman Bang Reyhan.
Ceklek!
“Saya akan kabarin Ayah buat batalin pernikahan–”
“OKE, AKU MAU, BANG!”
Suara pintu terbuka dan (sedikit) ancaman Kenzie membuat mulut Keisha bekerja lebih cepat. Namun detik itu juga, Keisha menyesali ucapannya. Apalagi setelah melihat senyum tipis Kenzie yang menyebalkan itu.
Keisha mengepalkan tangannya. ‘Y-ya Tuhan… apa aku malah masuk ke lubang buaya, ya?!’
Baru dua hari yang lalu Keisha menyesali dengan keputusan gila yang ia buat, hari ini sang ibu semakin membuatnya menyesal. Pagi-pagi sekali, Keisha dibangunkan oleh sang ibu karena kedatangan Kenzie di rumahnya. Hari ini ia memang ada kelas, tapi tidak biasanya laki-laki itu menjemput Keisha di rumah. Ralat. Bukan tidak biasanya, tapi tidak pernah! “Aneh banget, nih, orang tiba-tiba jemput,” gerutu Keisha ketika ia bersiap-siap. Kalau bukan karena dipaksa Ibu, Keisha mana mau semobil dengan Kenzie. Apa kata warga kampus nanti kalau tiba-tiba ia terlihat keluar dari mobil dosen dingin ini? Keisha bahkan menyembunyikan fakta kalau mereka bertetangga dan Kenzie adalah sahabat Reyhan, kakak pertamanya. Sibuk dengan pemikiran aneh dan ketakutannya, Keisha sampai tidak menyadari kalau mereka sudah memasuki area kampus. Ia baru sadar ketika mobil Kenzie melewati halte bus di depan Fakultas Seni. Keisha refleks berteriak, “Eh, Bang! Stop, stop! Sampe sini aja.” Keisha buru-buru melepa
“Baris kedua dari belakang.” Tiba-tiba, Kenzie menunjuk Keisha dan kedua temannya yang sontak menjadi pusat perhatian satu kelas. Pikiran Keisha yang beberapa detik lalu masih mengawang pun dipaksa masuk kembali. Ia merasakan Cindy terus menyenggol lengannya. “Ya, tiga mahasiswi di sana. Apa kalian sudah mengerti materi yang saya jelaskan hari ini?” lanjut Kenzie. “S-sudah, Pak,” Keisha menjawab refleks saking terkejutnya. “Kalau sudah, coba terangkan di depan,” sahutnya tegas seraya memberikan spidol papan tulis kepada Keisha. “Eh….” Keisha menelan ludahnya gugup. “M-maksudnya belum, Pak.” Kenzie menghela napasnya kasar dan mengetuk papan tulis dengan jarinya sebanyak dua kali. “Saya diam sejak tadi, bukan berarti saya tidak mendengar,” sambungnya membuat Keisha dan dua temannya menutup mulut rapat-rapat. “Dengarkan baik-baik kalau tidak mau ada tugas tambahan untuk kalian.” “I-iya, Pak,” jawab ketiganya dengan wajah pucat. Keisha berdecak. Sia-sia saja debaran jantungnya tad
Kenzie tidak langsung menjawab, malah menatap Keisha cukup lama. Tentu itu membuat Keisha semakin kesal dan mulai mencubit paha pria itu. Barulah setelah itu, Kenzie menjawab sambil terkekeh. “Iya.” Keisha langsung beralih ke arah ponsel dan menatap Reyhan canggung. “Tuhkan, Bang Rey denger, hehehe!” Lalu, karena takut Reyhan menginterogasinya, Keisha buru-buru mengakhiri panggilan. “Nanti telepon lagi, ya, Bang! Dah! Aku mau lanjut ngerjain tugas dulu!” Tut! Sambungan diputuskan Keisha sepihak. Ia membuang napasnya, lalu menatap Kenzie dengan kesal. Kenapa pria ini suka sekali membuatnya panik tiba-tiba?! “Belum bilang sama Rey?” tanya Kenzie tiba-tiba. “Abang kan tau sifat Bang Rey gimana? Mana mungkin dia setuju-setuju aja sama pernikahan ini apalagi kalo tau alasan kita nikah?” decak Keisha. “Emangnya Abang mau dia terbang sekarang, balik ke Indo, cuma buat gebukin Bang Kenzie?” Kenzie hanya mengangguk-angguk. “Aku aja bilang ke Ibu supaya Bang Rey jangan dikasih tau dulu
Kenzie masuk ke mobilnya lebih dulu, lalu diikuti Keisha. Ia hanya diam setelah pintu ditutup. Padahal, ia mau Kenzie sedikit peka kalau dirinya sedang kesal. Keisha terus menggerutu dalam hati, sampai sebuah sentuhan ringan ia rasakan di ujung kelingking tangannya. “Kenapa, sih?” pekik Keisha jengkel. “Ya aneh aja kamu diam dari tadi,” jawab Kenzie enteng. Keisha berdecak, tapi tetap malas menatap pria itu. Ia bahkan sengaja menaikan dagunya. “Buka tuh HP. Aku chat dari tadi nggak dibales, malah asyik ngobrol sama Bu Olive. Aku dimarahin Ibu dari kemarin disuruh ke butik buat fitting baju. Abang mah enak, nggak bakal kena omel. Tapi aku yang dicecer abis-abisan kalo gak nurut.” Keisha mengembuskan napasnya kesal karena teringat bayang Kenzie dan Olive mengobrol tadi. “Abang juga ngapain sih ngobrol sama Bu Olive? Pas kampus udah sepi lagi. Abang mau emangnya jadi sasaran gosip anak-anak kalo mereka dilihat berduaan sama Bu Olive di tempat sepi?” Keisha berbicara tanpa jeda ka
Keisha jadi menelan air ludahnya susah payah ketika Kenzie mendekat. Pria itu berdiri tepat di hadapannya, hanya berjarak sekitar lima senti saja. Keisha juga bisa mencium parfum bergamot yang manis dari pria itu. Tangan Kenzie terulur ke belakang leher Keisha, membuat perempuan itu menutup matanya rapat-rapat. Padahal gaun ini menutupi sebagian pundaknya, tapi entah kenapa Keisha bisa merasakan sentuhan ringan dari Kenzie. 'Gila! Gila! Gila! Jantung... Tolong jangan ribut dong! Kalau Bang Kenzie denger gimanaaaa!' hati Keisha mulai ugal-ugalan. "Hm...." Keisha bisa mendengar suara rendah Kenzie di telinganya. "Cocok," ucap Kenzie kemudian. “Harganya cocok.” Tepat setelah itu, Kenzie pergi meninggalkan Keisha begitu saja, membuat Keisha membuka mataya secepat kita. Ternyata pria itu hanya ingin melihat tag harga yang ada di belakang gaun Keisha. Perempuan itu melongo tidak percaya. Mulutnya sampai terbuka setengah dan tangannya lemas di sisi tubuhnya. Ia tidak bisa berkata-kat
Keisha membuang napas panjangnya ketika kata-kata Reyhan kemarin kembali terputar di otaknya. Sejak itu, perasaan Keisha selalu cemas. Ia tidak bisa berbohong terus-terusan pada Reyhan. Mau bagaimana pun, Reyhan adalah abang yang paling ia sayang. Keisha tidak sampai hati kalau harus mengecewakan Reyhan karena sikapnya saat ini. “Kei!” Keisha tersentak ketika merasakan seseorang menyenggol lengannya. Ia menoleh. Ah… ia lupa kalau sedang bersama dua sahabatnya di kantin. “Ngelamun apa, sih? Itu dari tadi ada telepon.” Cindy menunjuk layar ponselnya yang menunjukkan tulisan ‘Bang Kenzie is calling…’ Keisha mengerjap. Ia sampai tidak sadar kalau ponselnya bunyi sejak tadi. “Halo, Bang?” jawab Keisha cepat, khawatir teman-temannya semakin curiga. “Cepet ke parkiran,” suara dalam Kenzie menyapa Keisha dengan renyah, membuat jantung perempuan itu entah kenapa langsung berdebar lebih cepat. “Hah? Harus banget?!” untuk menutupi kegugupannya, Keisha memekik. “Iya.” Keisha berdecak pe
Pria itu masih pada posisinya, begitu pun Keisha. Tidak ada dari keduanya yang bergerak menjauh atau memberikan jarak. Dengan debaran jantungnya, Keisha menatap bola mata Kenzie bergantian, lalu turun ke hidung dan bibir laki-laki itu. Jari telunjuk Kenzie yang masih berada di ujung hidung Keisha, perlahan turun ke bibir perempuan itu. Darah Keisha berdesir. ‘Gila! Gila! Gila! Aku beneran gila!’ Terbawa suasana, Keisha menutup matanya perlahan, bukannya mendorong Kenzie. Kepalanya sudah berisik, menduga apa yang akan terjadi berikutnya. ‘Ini Bang Kenzie mau cium aku kan? Kita mau ciuman kan? Ini ciuman pertama kita kan?’ “Kamu… suka rumahnya?” suara berat Kenzie kembali terdengar, bersamaan dengan jari dinginnya yang menjauh dari bibir Keisha. Keisha kembali membuka matanya. Ia melihat Kenzie sudah mundur selangkah, memberi jarak dirinya dengan Keisha. Pipi Keisha merona, malu dengan pikiran kotornya beberapa saat lalu. Mau dipikirkan beberapa kali pun, ciuman itu tidak m
Keisha sebenarnya tidak ingin termakan dengan kata-kata dan perlakuan Kenzie karena pria itu sendiri yang bilang padanya, kalau pernikahan ini adalah pernikahan kontrak. Pernikahan pura-pura. Kenzie tidak mungkin sungguhan menyukai Keisha yang usianya terpaut jauh 6 tahun. Bagi Kenzie, Keisha pasti hanya seorang bocah yang mungkin sedang laki-laki itu manfaatkan. Namun, kenapa kehangatan bibirnya terus terasa sampai sekarang? Bahkan setelah acara berakhir, dan seluruh tubuhnya terasa sangat lelah, hanya ciuman Kenzie yang terus teringat di benaknya. Seharian ini, Keisha hampir tidak bisa duduk dengan tenang karena sibuk menyalami para tamu undangan. Kebanyakan dari mereka adalah teman-teman dan kerabat orangtua Keisha dan Kenzie. Setelah makan malam bersama, mama Kenzie dan keluarganya izin pulang, sedangkan Kenzie akan menginap di rumah Keisha sesuai permintaan ibu Keisha. ‘Wait?! Jadi, gue harus tidur sekamar sama dia?!’ Keisha baru teringat fakta itu kala melihat Kenzie iku