"Uangmu, aku mengembalikannya!"Aldrich memejamkan mata, wajahnya mengetat ingin sekali mamaki tetapi tahu wanita di sebelahnya sedang hamil. Anaknya akan mendapatkan dampak dari kemarahannya."Jack, percepat laju mobilmu!"Jack membawa kendaraan mahal itu dengan kecepatan sedikit lebih kencang, ia tahu bahwa apa yang tuannya katakan tidaklah harus selalu dituruti.Mobil melaju membelah jalan dengan dua orang yang saling membelakangi di kursi belakang. Jack menekan tombol kabin, membiarkan tuan dan nyonya--nya mendapatkan waktu pribadi. Mungkin saja ada yang mereka ingin bicarakan.Benar saja apa yang Jack perkirakan, keduanya langsung saling menatap dengan tatapan sengit. "Kenapa wajahmu begitu?""Apa yang kamu lakukan? Dewasalah sedikit Elea!""Kau tidak melihat bahwa aku sudah dewasa? Aku menikah dan menjadi istrimu, itu sudah termasuk aku dewasa."Aldrich menghembus napas kasar. "Setelah melahirkan, aku sarankan kamu mencuci otak, belajar menjadi lebih baik dari sekarang, karena a
"Bagus jika memang kamu tidak terlibat dengan kejahatannya, Rea. Kamu adalah adikku, bagaimanapun, aku tidak mau kamu mendapat masalah terlalu jauh!"Setelah mengatakan itu, Rich meninggalkan ibu dan adiknya, memilih untuk ke tempat lain, menenangkan pikiran dan mencoba membuat Eleanora sadar siapa dirinya yang sekarang."Lihatlah mama, kakak selalu saja seperti itu menuduhku yang bukan-bukan selama ini," sengaja Rea meajuk dan menggandeng tangan ibunya."Jangan pikirkan, Aldrich hanya tidak mau kamu mendapat masalah, itu saja.""Ya, tapi tidak dengan mengatakan kalau Olivia juga jahat. Selama ini, dia selalu baik pada kita, ya, kan ma?""Benar, andai saja Aldrich mendengarkan mama, menikah dengan wanita seperti Olivia maka semua akan baik-baik saja," sesal nyonya Anita.Rea tertawa dalam hati karena mamanya ada di pihaknya, setidaknya jika terjadi sesuatu mamanya akan menolongnya."Kalau begitu, Rea ke kamar dulu, Ma. Aku harus mengingatkan Olivia agar tidak terlambat datang ke acara
"Sepertinya menantumu sudah lelah, nyonya," ujar nyonya Margaret menatap perhatian pada menantu temannya.Nyonya Anita yang sejak tadi merasa tidak bersemangat karena seluruh tamunya lebih menyukai Eleanora--menantunya yang tidak dia sukai.Rea yang tidak sengaja mendengar ucapan ibu Olivia langsung memiliki ide cemerlang. Melangkah ke belakang dan mulai menyusul rencana."Kamu yakin ini akan berhasil? Rea, ini di tempat keramaian, bagaimana kalau Aldrich--,"Olivia menghentikan ucapannya walau di dalam hati dia sangat tidak sabar menyaksikan apa yang akan terjadi."Aku hanya khawatir, kamu akan mendapatkan masalah, Rea," ujarnya tidak sungguh-sungguh."Olivia, tenang saja. Aku sudah muak dengan wanita itu. Ini pesta mamaku, tetapi dia menguasai semuanya. Berlagak seperti ratu di hadapan semya orang," kesal Rea karena sejak acara ibunya dimulai hingga selesai pemotongan kue, pusat perhatian semua orang adalah Elea yang cantik walau sedang hamil."Rea, aku tahu ke khawatiranmu, tetapi
Beberapa jam setelah Eleanora dan bayinya di pindahkan ke ruangannya. Aldrich tetap tidak meninggalkan box bayi sejak tadi. Ada ibunya dan juga nyonya Margaret di sana, duduk di bangku dekat ranjang Eleanora yang baru saja membuka mata.Sementara Olivia dan Rea tidak terlihat sejak tahu bahwa Elea berhasil diselamatkan beserta bayi didalam kandungannya. Kedua gadis itu, sibuk mencari cara untuk selamat dari pemeriksaan Jack yang sudah seperti detektif handal."Ma, kenapa masih menangis," ucap Elea yang sejak tadi membujuk ibu mertuanya agar tidak terus menangis."Elea, mama sungguh tidak tahu kalau akan terjadi hal ini padamu," ungkapnya dengan suara serak. Ia tidak ingin Aldrich membencinya karena hal yang tidak diketahui."Aku, mengerti. Lagipula, ini bukan salah mama, Elea yang tidak melihat lantainya basah dan sampai terjatuh," katanya mengingat bagaimana dia terjatuh sampai tidak sadarkan diri."Rich ...." sang ibu menoleh ke belakang, menunggu respon anaknya yang sejak tadi tet
Aldrich mendekat, duduk di kursi tempat ibunya tadi duduk. Ia menggenggam tangan Elea erat dan menciumnya. "Aku bersalah karena membiarkanmu masuk ke kamar sendiri, seharusnya aku mengantar kamu dulu," ucapnya mengecup punggung tangan istrinya lembut.Mendapatkan perhatian yang manis berkali-kali seperti ini dari Aldrich semakin membingungkannya. "Rich, apakah aku boleh bertanya satu hal?"Aldrich mendongak dan mengangguk. Elea tersenyum kecil dan berkata. "Aku merasa belakangan ini kamu sedikit berlebihan padaku, aku--,""Apa yang aku lakukan adalah dari hatiku, kamu istriku, jadi sudah seharusnya aku memperhatikan kamu, Elea," potongnya langsung karena seolah mengerti apa yang Elea pikirkan."Karena kontrak kita?"Aldrich menggeleng. "Kontraknya sudah kubakar dan tidak ada lagi," jawabnya lugas semakin tidak peduli Elea terbelalak kaget."Ba--kar? Kamu membakarnya? Lalu, bagaimana?"Kening Aldrich mengkerut. "Jelas, kamu akan menjadi istriku selamanya. Kita akan membesarkan anak ki
Aldrich memejamkan mata, mengerang kesal karena Eleanora sangat suka berteriak padanya setelah hamil."Sekarang berbaliklah, aku sudah selesai," bisiknya karena putra mereka kembali tertidur.Aldrich menoleh, ia mendapati putra pertamanya memang sudah pulas setelah perut kecilnya terisi. "Dia sangat tampan sepertiku, benar, kan?"Elea mengusap sayang pipi merah anaknya dengan jempol, ia berdehem. "Benar, dia sangat tampan, bahkan aku yang mengandung dan melahirkannya hanya mendapatkan bagian ini," ucapnya secara mengusap lembut bibir anaknya."Berikan padaku, aku akan menggendongnya!" Aldrich sudah menyodorkan tangan, ingin memeluk anaknya sampai pagi kalau bisa. Namun dengan tegas Eleanora menolak dan tetap meminta anaknya dibaringkan agar lebih nyaman."Hanya sebentar, dia merindukanku!""Baringkan dulu, setelah dia bangun kamu bisa bersamanya lagi," ujar Elea tidak ingin ada drama lain. Aldrich belum tidur sejak semalam, kesehatan suaminya harus dijaga."Ah, sayang sekali," ucapnya
"Selamat atas kelahiran putra pertama Anda, nyonya," ucap Jack setelah meletakkan buah yang ia beli di perjalanan tadi.Aladrich masih menimang anaknya. Tadi setelah putra tampannya bangun dan meminta kehidupan lagi, Aladrich langsung menggendong dan tidak melepasnya di dalam box."Terima kasih, tuan Jack," balas Elea tersenyum lembut seperti biasa. Aldrich meletakkan anaknya di box, dan Jack tahu bahwa tuannya sudah ingin mendengar apa yang akan dilaporkan pada tuannya. "Jack ikut denganku!"Jack menelan ludah kasar. Ia melirik nyonya--nya untuk meminta doa. Sementara Elea yang tahu ketakutan Jack hanya terkikik kecil. "Jangan khawatir, Rich tidak akan melakukan hal buruk padamu," kata Elea memberi semangat.Jack melangkah mengikuti tuan--nya. Menutup pintu dengan perlahan dan menghilang dari balik pintu. Elea hanya menghela napas karena sudah berusaha agar suaminya tidak lagi membahas hal yang sudah berlalu. Ia juga tidak tahu siapa yang melakukan itu padanya. Tetapi, Elea yakin
"Itu ... aku, aku ...." mendadak tidak bisa mengatakan apapun."Apa? Kamu rindu juga, ya?" goda Aldrich melihat wajah memerah sang istri."Tidak!" bantah nya tidak ingin diketahui bahwa terkadang ia rindu Aldrich, ingin memeluk tetapi sadar bahwa pernikahan mereka hanya sementara. Elea takut jika ia merasa nyaman dan terluka disaat yang bersamaan."Benarkah? Tapi, aku melihat yang lain, kamu bahkan sampai memakai kemejaku," ujar Aldrich ingin melihat sampai mana kejujuran Elea, dia suka melihat rona merah di wajah sang istri. Terlihat sangat manis.Ela langsung menoleh karena tertangkap. Bagaimana bisa ketahuan sementara dia melepas kemeja itu sebelum Aladrich menyadari semuanya. Dan itu ia lakukan selama kehamilannya. "Kenapa tidak jujur saja padaku? Aku juga terkadang merindukanmu," akunya membuat Elea semakin tidak percaya."Rich, aku ... mana berani aku jujur, kamu tentu tidak akan suka mendengarnya," jujurnya meremas jarinya.Aladrich duduk dipinggir ranjang. "Maaf ya, sudah memb