"Tuan, menjauhlah. Jangan membuat kami melakukan sesuatu yang tidak Anda bayangkan," kata salah seorang penjaga Eleanora."Siapa bos kalian sebenarnya? Apakah pria tua bangka?" Julian menyeringai remeh, ia menatap Elea yang memunggunginya lalu berkata. "Sebegitu frustasinya kah kau Elea sampai menjadi simpanan pria tua?"Elea mengepalkan tangan. Ia berbalik dan menatap tajam pada Julian. "Setidaknya, dia jauh lebih baik darimu, Julian Matthew!"Julian yang geram disebut namanya secara jelas ingin melakukan sesuatu pada mantan kekasihnya. Akan tetapi tangannya lebih dulu dipelintir oleh pria berbadan besar kebanggan Aldrich."Sudah ku peringatkan Tuan. Jangan melakukan apapun pada nyonya kami, atau kalian berdua akan kami buang dari lantai atas," ujarnya dengan mata melotot.Fera yang ketakutan lebih dulu menarik tangan Julian dan menjauh. Ia tidak akan menyiakan hidupnya hanya untuk Eleanora yang tidak jelas."Sayang, sudah biarkan saja Eleanora. Aku tidak ingin mati karena berurusan
Elea memejamkan mata dan menutup telinga karena dua orang pengawal yang tadi bersamanya sudah bereaksi bak pahlawan.Rosa yang tidak tahu apapun hanya diam mematung karena terkejut. Ia yang tidak sempat berbicara semakin syok saat Aldrich menarik tangan Elea dan membawanya ke sebelahnya.Aldrich melirik pada Rosa, yang terlihat bingung karena kehadiran Elea di sebelahnya. Bukan hanya Rosa, seluruh pengunjung pun merasa penasaran dengan gadis di samping Aldrich."Maaf atas ketidaknyaman yang terjadi Nona."'Apakah dia adik tuan Aldrich?' Rosa mengira, Eleanora adalah Rea."Jangan khawatir Tuan, saya tidak masalah!" ucapnya masih tidak tahu harus mengatakan apa, karena genggaman Aldrich seolah tidak ingin lepas."Dia ....?""Dia Eleanora!" Aldrich memperkenalkan Elea pada Rosa.Rosa mengerutkan kening karena merasa aneh, ia tahu bahwa nama adik Aldrich adalah Reanita, bukan Elea.Aldrich tahu kebingungan Rosa namun ia tidak perlu menjelaskan. "Jika tidak keberatan, kami akan kembali leb
"Selamat pagi, Tuan Jack," Elea membungkuk kecil dengan teh di tangannya. Ia mendapati Jack yang datang dengan tergesa."Ah, selamat pagi, Nyonya. Maaf karena saya tidak melihat Anda," katanya merasa bersalah.Elea mengibaskan tangan. "Aku sebesar ini tak nampak? Anda keterlaluan." Jack menggaruk tengkuk karena merasa semakin bersalah.Elea akhirnya mengalihkan pembicaraan karena melihat Asisten suaminya yang salah tingkah. "Ada apa? Di mana Tuanmu? Aku tidak mendapatkannya sejak pagi," kata Elea yang tidak melihat keberadaan Aldrich. Padahal, sudah berusaha bangun sangat pagi."Tuan di mansion utama, Nyonya. Nyonya besar mengadakan acara untuk tuan Aldrich.""A-acara?" Elea merasa aneh, mertua dan adik iparnya tidak menyukainya sehingga acara untuk suaminya saja tidak diberitahukannya."Ulang tahun tuan. Juga acara peresmian hotel atas nama tuan," jelas Jack merasa tidak enak karena ia yang harus menjelaskan ini."Oh, apakah aku memang tidak boleh tahu sampai mereka tidak memberitahu
Di hari yang Jack katakan. Eleanora sudah menanti sejak pagi, jika Aldrich akan mengatakan padanya tentang acara yang akan ibu mertuanya adakan. Namun, sampai hari sudah gelap Aldrich tidak mengatakan apapun.Yang lebih membuat Elea kesal, Aldrich tidak kembali sejak siang. Jack pun tidak mengatakan apapun padanya.Menghela napas berat. Gadis berusia 22 tahun itu, mendengus berulang kali menatap kotak kecil yang dibungkus dengan kertas coklat pastel. Ada pita berwarna cream muda juga sebagai pemanis.'Apa dia melupakanku? Kenapa tuan Jack tidak menjemput atau mengabariku?' batinnya duduk di depan meja rias."Atau jangan-jangan Tuan Aldrich tidak ingin aku menghadiri acara itu!" bahunya luruh, ia menyadari satu hal. Pernikahan mereka di rahasiakan, juga statusnya hanya sebagai istri rahasia."Ada apa dengan otakku? Kenapa aku mengharapkan berdiri di sebelahnya dengan gaun indah?" Elea berdecak. Ia berdiri menatap diri didepan cermin dan bersedekap. "Eleanora Wilson. Kau jangan bermimpi
"Selamat malam, Nona," ujar Julian menatap pada Olivia yang menegang lalu mengalihkan perhatian pada Aldrich yang tetap biasa saja."Selamat atas pencapaian Anda selama ini, Tuan Aldrich," ucapan selamat Julian tidak sebenarnya tulus. Pria yang menjadi mantan kekasi Eleanora ini masih terus mencari cara menjatuhkan sang ahli waris."Seleramu tidak buruk juga, dia kekasihmu?" tembak Aldrich pada Fera yang menatapnya takjub. Dibandingkan dengan Julian pria ini jauh di atas segalanya.Fera berdehem, menyalurkan tangan tetapi tidak Olivia maupun Aldrich yang menyambutnya. "Eh, saya Fera, Tuan." "Tuan Julian, sepertinya kekasihmu sangat lapar hingga tidak sadar bahwa kau berada di sebelahnya," sindir Aldrich memasang senyum remehnya.Julian melirik Fera yang langsung terdiam mendengar sindiran untuknya. Pria tampan ini tidak bisa berkata manis padahal dia sudah berpenampilan sangat cantik dan molek."Nona, aku berharap pria di sebelahmu tidak menganggap boneka seperti ucapannya beberapa s
"Bagaimana? Dia kenapa? Apa benar masuk angin?" Aldrich menyodorkan minuman ke hadapan sang Dokter.Pria muda yang sedikit lebih tua dari Aldrich, mungkin selisih usia mereka adalah 5 tahun. Setelah menyesap teh miliknya, sang dokter membenarkan letak kacamata yang menjadi penambah ketampanan seorang dokter."Aku sudah meminta Jack untuk menebus resep yang aku tuliskan. Akan tetapi--," sang dokter menjeda ucapannya."Aku tetap saja marah karena kau benar-benar tidak mengundangku di pernikahanmu, Aldrich.""Yang penting sekarang kamu sudah tahu. Dia istriku," ujarnya menyesap teh miliknya kemudian kembali bertanya. "Bagaimana keadaannya? Dia tidur tanpa menutup jendela, karena itu dia masuk angin," katanya menjelaskan apa yang Elea katakan padanya.William--dokter berusia 36 tahun itu tertawa rendah dan menggeleng pelan. "Kau masih belum sadar juga?"Alis Aldrich tertaut. Mencerna apa yang dokter di hadapannya ucapkan. "Sadar? Maksudmu?""Istrimu hamil!"Tubuh Aldrich menegang. Untuk s
Aldrich mulai frustasi karena Elea masih terus menangis sesegukan. "Elea, berhentilah menangis," ujar Aldrich lelah sejak tadi mencoba membuat sang istri terdiam.Elea mendongak, mata sembabnya terlihat lucu. "Aku hanya takut. Aku tidak memiliki ibu. Tahu rasanya sangat menyakitkan saat anak lain memeluk ibunya sementara aku, tidak bisa melakukannya," ucapnya.Menghela napas. "Kau tidak mengantuk?""Tentu saja mengantuk!"Aldrich mengangguk, ia melangkah ke arah ranjang, naik duluan menepuk sisi ranjang meminta Elea untuk tidur disana. Awalhya gadis yang mulai sensitif itu ragu, namun dengan senyum mengembang, ia melangkah dan naik ke atas ranjang.Elea membaringkan diri, menarik selimut dan memejamkan mata. Aldrich sampai tidak bisa mengatakan apapun karena tingkah Elea.______"Benar, Tuan. Nyonya hamil," kata dokter wanita yang baru saja memeriksa Eleanora. Setelah melakukan pembujukan selama hampir satu jam, Elea akhirnya mau ke rumah sakit.Elea dan Aldrich saling pandang kemudia
"Benarkah?" Elea menyelidik, mencari kebohongan pada wajah Asisten suaminya. "Wajahmu tampan, tidak mungkin masih sendiri," katanya tidak percaya."Aku menebak ini semua karena tuanmu yang kaku itu, dia pasti menyusahkanmu, kan?"Jack menggeleng takut, bagaimana bisa ia mengatakan kalau memang sebenarnya apa yang nyonya Elea katakan tidak salah? Matilah dia jika membuka mulut."Jangan menyangkal, tidak apa jujur padaku, aku tahu dia memang sedikit menyebalkan," bisiknya kemudian mencoba sedikit roti daging pesanannya."Ah, ini sangat enak," katanya memakan roti miliknya hingga setengah."Tuan, kau tidak makan roti milikmu? Cobalah ini sangat enak," katanya menggigit kembali sisa roti miliknya.Menggeleng dan menyodorkan roti miliknya. "Jika Nona ingin, silakan nona habiskan, kebetulan saya masih sangat kenyang.""Boleh?"Jack mengangguk. Pemandangan romantis itu kembali mengundang para pengunjung lain untuk diam-diam mengambil gambar Jack dan Eleanora.Dan dengan cepatnya gambar itu t