Share

Bab 7

Author: Bintu Hasan
last update Last Updated: 2024-10-24 13:35:16

"Jangan mudah percaya sama orang asing. Bisa jadi dia berusaha memanfaatkanmu, Sonia. Mungkin dia bersikap baik, tetapi tidak menutup kemungkinan kamu masuk dalam perangkapnya. Apalagi sekarang, kejujuran hampir punah, menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan," lanjut Kak Jes lagi.

Aku memutar otak, berusaha mencerna setiap kalimat yang terucap dari mulut wanita cantik itu. Dia melebarkan senyum, tetapi aku tidak bisa membaca pikirannya. Apa maksud kalimat tadi? Apakah secara tidak langsung menuduh Bi Sumi senang memanfaatkan orang lain? Jika iya, mengapa masih bekerja di sini?

Sungguh, aku ingin menanyakan semuanya pada Kak Jes, tetapi harus mengurungkan niat ketika melihat wanita paruh baya yang sedang dibicarakan tadi menatap lekat padaku seolah-olah ingin menyampaikan sesuatu.

"Jangan melamun, nanti kerasukan." Kak Jes kembali membuka suara. Kami beradu pandang. "Aku ke sini karena mau ngasih kamu sesuatu."

"Sesuatu?"

Kak Jes mengangguk, kemudian menarik tanganku masuk rumah dan berhenti tepat di ruang keluarga. "Semua hadiah ini untukmu."

"Tapi kenapa, Kak?"

"Sudah, jangan banyak tanya. Malam nanti kamu pakai salah satu baju itu. Aku juga beli kosmetik dan skincare, jangan disia-siakan. Mas Al harus bisa melirikmu."

"Kak, perjanjian kita adalah aku melahirkan anak untukmu, bukan mau menjadi orang ketiga sungguhan. Aku nggak peduli sama sikap Mas Al yang tak acuh."

Wanita itu memutar bola mata malas. "Ikuti saja perintahku, Sonia!"

Beberapa detik kemudian, ponselnya berdering. Entah kenapa aku ikut terusik meskipun tidak membaca nama kontak yang tertera. Wanita itu menampilkan air muka terkejut, kemudian bergegas keluar rumah.

Kedua kaki menuntun diri ini untuk mendekat. Aku bingung pada diri sendiri karena begitu penasaran dengan pembicaraan mereka. Kak Jes berdiri di depan rumah dan aku menguping di balik pintu yang sedikit terbuka.

Entah apa yang penelepon itu katakan.

"Percaya sama aku, Sayang. Semua akan baik-baik aja. Gadis itu pasti menuruti semua keinginanku." Ucapan Kak Jes tentu saja berhasil membuatku terkejut.

Apa gadis yang dimaksud adalah aku? Lantas rencana apa yang sedang dia susun dengan Mas Al? Entahlah, aku semakin bingung karena sikap Kak Jes selama ini sama sekali tidak mencurigakan. Tentang dia yang tiba-tiba tahu tentang utang Bapak, itu hal biasa karena dia sedang mencari gadis untuk melahirkan anak suaminya.

"Iya, iya. Setelah itu kita lari ke Amerika dan hidup bahagia. Aku juga nggak sabar melihat kehancurannya setiap mengingat kejadian beberapa tahun silam. Semesta sepertinya berpihak, aku merasa semua rencana kita berjalan dengan baik." Lagi, ucapan Kak Jes semakin menambah rasa penasaran.

Baru saja merogoh kantong untuk mengambil ponsel karena ingin merekam suara, tiba-tiba tanganku ditarik kasar untuk menjauh dari tempat itu. Rupanya Bi Sumi. Kami berhenti di ruang keluarga.

"Ambil barang-barang itu dan masuk kamar, Non. Jangan biasakan menguping di rumah ini karena kamu tidak tahu di mana CCTV diletakkan Bu Jessi."

"CCTV?"

"Iya, makanya Bibi tidak berani bertindak di sini. Hanya ada satu tempat yang aman dari pantauannya. Untuk itu, berhati-hatilah."

"Boleh aku memastikan sesuatu, Bi?" Dia mengangguk. "Sebenarnya Bibi ini punya rencana apa?"

"Suatu hari Non Sonia akan tahu," jawab Bi Sumi memalingkan wajahnya, "kamu hanya harus percaya sama Bibi, maka semua akan baik-baik aja. Minggu depan, dengan atau tanpa keinginanmu, Bibi akan coba membawa keponakan Bibi. Namanya Dewi."

Tidak lama kemudian, terdengar langkah kaki seseorang. Bi Sumi segera pergi, sementara aku langsung mengambil semua hadiah itu hendak membawanya ke kamar. Akan tetapi, sebelum mengambil paper bag terakhir, suara Kak Jes kembali mengusik indra pendengaran.

"Sonia, besok aku harus melakukan perjalanan ke luar kota dan kamu di sini aja sama Mas Al. Siapkan pakaian untuknya dan jangan lupa menemaninya sarapan. Sekarang aku mau ke kantor Mas Al dulu untuk meminta izin."

Aku mengangguk, kemudian meninggalkan ruangan itu dengan hati yang diselimuti banyak pertanyaan. Meskipun sekilas, tetapi aku bisa melihat Kak Jes tersenyum miring. Sekali lagi, kenapa? Apa keputusanku melahirkan anak untuk mereka adalah sebuah kesalahan?

Entahlah, aku tidak banyak tahu tentang keluarga ini. Jika Kak Jes benar-benar menjadikanku umpan atau semacamnya, maka kupastikan dia hidup dalam penyesalan. Namun, sebenarnya apa yang sedang direncanakan Bi Sumi? Mengapa tidak memberitahuku semuanya sekarang?

Malam telah tiba. Kami bertiga sudah duduk di meja makan. Aku tidak tahu daging apa ini, tetapi rasanya sangat empuk dan enak. Selain itu, ada ikan salmon. Nikmat, ini kali pertama dalam hidup karena aku berasal dari keluarga miskin. Biasanya makanan paling enak adalah ayam goreng meskipun tidak pakai sambal, hanya ditaburi sedikit penyedap rasa.

"Mas, kok, diem aja?" Kak Jes membuka pembicaraan.

"Memangnya mau bahas apa?"

"Kamu lihat Sonia. Dia pakai baju bagus, lipstick-nya natural dan itu membuat wajahnya segar. Parfumnya juga kek beda, deh."

Aku melipat bibir. Apa maksud Kak Jes?

"Penampilan Sonia berubah atau tidak, itu sama sekali nggak penting. Lagi pula, baju dan apa pun yang dia pakai sekarang pasti karena keinginanmu, kan?" balas Mas Al tanpa mengalihkan pandangannya dari makanan.

Lelaki itu terlihat sangat menikmati masakan istrinya. Aku menarik napas dalam dan mengembuskan perlahan.

Setelah makan malam selesai, aku melihat lelaki itu tersenyum lembut dan menarik tangan Kak Jes menuju ruang keluarga, mungkin ingin menonton acara TV. Aku hanya mengamati, menelan duri karena kesalahan sendiri. Andai tidak ada utang yang ditinggalkan oleh Bapak, mungkin aku juga bisa hidup bahagia dan diratukan oleh lelaki yang tulus mencintaiku.

"Sonia, ke sini sebentar!" panggil Kak Jes.

Aku menurut, melangkah cepat menuju sumber suara. Di sofa warna krem itu, Mas Al duduk bersama istri tercintanya. Dia terlihat bahagia dan tidak sedingin saat di meja makan, tetapi pandangan matanya tetap di satu titik yang sama. Ragu, aku mendekat.

"Iya, Kak?"

"Duduklah, kita nonton bertiga."

"Sayang!" tegur Mas Al menatap tidak suka.

Lagi, aku menghela napas berat lantas menolak ajakan tadi dengan alasan lebih suka membaca novel, padahal tidak ada buku di dalam kamar. Kak Jes tertawa kecil, aku kembali beralasan bahwa maksudnya adalah novel online.

"Pokoknya kamu harus ikut nonton!" pinta Kak Jes lagi dan kali ini penuh penekanan.

Mas Al tiba-tiba berdiri. "Baiklah, kalau kamu bersikeras mengajak gadis itu menonton, silakan. Aku mau ke kamar duluan, ada beberapa hal yang harus aku kerjakan malam ini."

"Kok, gitu, Mas?" Kak Jes menarik tangan Mas Al, tetapi lelaki itu menepis dengan lembut, kemudian melangkah panjang meninggalkan kami. Bagaimana rasanya dianggap sebagai orang ketiga serta merusak kebahagiaan mereka? Mungkin jika anak ini lahir, Mas Al pun tidak akan menyukainya.

Related chapters

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 8

    "Kak, aku nggak harus tinggal di sini. Sebaiknya aku pulang ke rumah ibuku saja.""Kenapa gitu?""Aku nggak mau hubungan Kak Jes dan Mas Al memburuk karena aku. Aku nggak mau mood Mas Al rusak karena melihat aku. Jika aku hamil, aku pasti mengabari Kak Jes.""Gimana kamu mau hamil kalau nggak tinggal di sini, Sonia? Meskipun kamu hamil anak Mas Al, Mas Al pasti nggak mau mengakui itu darah dagingnya karena bisa aja, kan, kamu tidur sama lelaki lain?""Tidur sama lelaki lain?" Kedua mataku seketika menyipit mendengar tuduhan itu. Apa Kak Jes menyadari apa yang tadi dia ucapkan?"Maksudku bisa jadi Mas Al berprasangka gitu. Udah, kamu di sini aja. Aku gak apa-apa dan gak ngerasa cemburu, kok. Malah senang kalau kalian bisa dekat.""Kenapa?"Kak Jes hanya tersenyum, kemudian meraih camilan yang ada di sampingnya. Pertanyaanku tadi tidak menemukan jawaban. Pun susah menerka-nerka karena raut wajah Kak Jes biasa saja, bahkan bisa tertawa lepas ketika menonton acara komedi.Kata orang, semu

    Last Updated : 2024-10-24
  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 9

    Badan terasa remuk ketika tangan seseorang menyentuh lembut pundak ini. Aku membuka mata, menguceknya berulang kali agar pandangan tidak lagi pudar. Setelah mandi pagi tadi, rupanya aku terlelap. Bagaimana tidak, Mas Al mengamuk tadi malam karena aku tergugu di depan kamar dengan isakan kecil.Dia begitu jahat, padahal apa salahnya menganggap aku ini adik atau mungkin teman? Tidak bisakah dia tersenyum manis barang sebentar? Memang hati ini tidak menaruh harap, tetapi tetap membutuhkan kasih sayang karena bagaimanapun aku adalah seorang perempuan.Sebelum semuanya berubah, aku adalah gadis kecil yang manja. Bapak begitu menyayangi kami. Untuk itu, aku seperti tidak percaya ketika beliau berubah hampir seratus persen. Mengapa? Setiap malam aku akan bertanya kepada bulan alasan Bapak bersikap demikian, tetapi tidak kunjung menemukan jawaban."Sonia!" Suara berat itu menggema dalam kamar membuat tersadar dari lamunan.Mas Al berdiri tanpa ekspresi. Aku segera bangun dan membalas tatapann

    Last Updated : 2024-10-24
  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 10

    "Bi Sumi, bicaralah!" pintaku penuh penekanan.Wanita paruh baya itu menunduk sekilas sebelum kembali menatap mataku. Dia pun menjawab, "Bibi akan cerita kalau Non Sonia percaya sama Bibi.""Kenapa gitu?""Karena ada kemungkinan Non Sonia ngadu ke Bu Jessi.""Paling aku mengawasi saja, Bi."Detik selanjutnya kami terdiam begitu lama. Aku sibuk menerka apa yang sedang dipikirkan oleh Bi Sumi dan mungkin dia sendiri sedang berusaha menyusun kalimat. Entahlah. Pada intinya, kami tenggelam dalam pikiran masing-masing.Andai saja boleh, bukankah aku mendambakan kebebasan? Aku berharap bisa segera pergi dari sini dan hidup sesuai keinginan hati. Akan tetapi, terlalu besar resikonya apabila nanti melarikan diri sesuai saran dari Bi Sumi. Mereka orang kaya dan tentu mudah menemukan aku di mana pun.Hidup miskin memang nasib buruk karena kita terkadang harus masuk dalam perangkap dosa. Bukan hanya itu, keadilan tidak berlaku bagi kami. Dalam sebuah drama yang pernah aku lihat, ada salah satu d

    Last Updated : 2024-10-25
  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 11

    Jam dua siang. Seharusnya aku terlelap karena sejak tadi merasa mengantuk, badan pun terasa pegal. Akan tetapi, pikiran yang bersarang memang sangat mengganggu, apalagi tidak ada lawan bicara.Teman? Aku punya banyak teman, hanya satu yang bisa dipercaya. Sayang sekali karena dia sedang berada di Kalimantan menyusul orang tua tunggalnya. Aku rindu dan kami lost contact entah mengapa. Jika dia tahu beratnya kehidupan yang aku jalani, apakah dia menjatuhkan air mata?Ponsel yang tergeletak di nakas berdering memecah lamunan. Aku segera meraihnya dan segera merekahkan senyuman begitu membaca nama kontak yang tertera. 'Dek Tania'. Dia pasti baru pulang dari sekolah dan merindukan kakaknya yang paling baik dan tidak sombong ini."Halo, Dek?" sapaku dengan nada suara khas orang kegirangan."Kak, Ibu mau bicara, kangen katanya. Aku alihkan ke panggilan video, ya?"Aku mengiakan, kemudian panggilan pun teralihkan. Air mata sejuk seketika meleleh di kedua pipi ini. Ibu dan Tania tersenyum, jel

    Last Updated : 2024-10-25
  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 12

    "Istri kedua? Maksudnya orang ketiga?" timpal yang lain.Aku memaksakan senyum lantas kembali memutar badan demi menatap mereka satu per satu, kecuali Bi Sumi. Mungkin memang sudah terbiasa mengomentari hidup orang hingga dia bisa bersikap biasa saja seolah-olah tidak mengatakan apa pun. Bagaimana menghadapi mereka? Mungkin aku ini dianggap remeh karena terkesan lebih muda, tetapi sebaiknya sadar akan posisinya.Memang benar bahwa aku adalah istri kedua, tetapi calon ibu dari anak Mas Al nanti. Tentu saja dia akan melindungi aku walau hanya di hadapan mereka jika tidak ingin nama baiknya tercoreng. Aku pun bisa membalas apabila mereka mencoba mencari masalah."Aku rasa kalian mau menanyakan sesuatu. Katakan sebelum aku kembali ke kamar!""Kamu istri kedua Pak Al, kan? Bu Jessi yang malang, dia harus berbagi suami karena orang ketiga. Dengar-dengar kamu itu dibantu, tapi malah memanfaatkan kelemahannya. Mentang-mentang mereka belum punya keturunan, kamu malah merebut suaminya. Gadis ti

    Last Updated : 2024-10-25
  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 13

    Aku membawa nampan berisi nasi yang sudah ada lauknya sesuai pilihan Mas Al sebelum Dea bertingkah, segelas air pun harus ada atau dia akan tersedak. Tiba di depan pintu yang setengah terbuka, jantung tiba-tiba berdegup kencang, hati diselimuti rasa takut, berbagai prasangka begitu mengganggu. "Letakkan di situ!" perintahnya menunjuk meja kecil dengan dagu. Kedua matanya fokus menatap laptop. Entah apa yang sedang dia lakukan melihat tangan kekar itu tidak bergerak sama sekali. "Kalau gitu aku—" "Duduk. Saya mau tanya sesuatu sama kamu!" Aku menuruti perintah lelaki itu seraya memutar otak berusaha menemukan jawaban atas pertanyaan yang terlintas dalam hati. Bagaimana jika Mas Al membahas masalah kemarin, akankah dia bisa memaklumi? Tidak. Dia tidak harus peduli padaku. Lelaki bertubuh tinggi itu hanya mencintai satu wanita seumur hidupnya. Apa yang bisa diharapkan selain amarah? Bahkan aku bisa merasakan bagaimana darah itu mendidih dalam dirinya. Beberapa detik kemudian,

    Last Updated : 2024-10-26
  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 14

    Bab 14"Sonia, kamu di mana?" Sekali lagi Mas Al memanggil. Aku segera menyimpan foto tadi ke dalam kotak, kemudian memindahkan pot sekuat tenaga. Berat memang, tetapi tidak ada jalan lain.Setelah beres, aku segera menoleh ke belakang dengan harapan masih sendirian di taman. Alhamdulillah, Tuhan masih memberi pertolongan. Aku sendirian dan entah di mana lelaki jangkung itu. Kenapa pula dia mencari, padahal seolah-olah muak dekat dengan wanita lain, kecuali Kak Jes?"Sonia!""Mas Al!"Bersamaan, seperti diberi aba-aba. Aku mendekat padanya yang menatap dingin. Dia mengikis jarak di antara kami. "Kamu ngapain di sini?""Nggak, Pak. Tadi aku cuma ngerasa jenuh aja.""Malam-malam begini ngerasa jenuh?""Iya, Pak. Tamannya terang banget kek siang, jadi aku suka melihat tanaman di sini." Semoga saja Mas Al percaya."Kenapa harus ke taman setelah makan malam dan bukannya tidur?""Sebelum kita menikah, tidak ada peraturan aku hanya boleh ke taman pagi atau sore aja, Pak. Mau aku tidur di sin

    Last Updated : 2024-10-26
  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 15

    "Siapa pengirim pesan ini? Apa mungkin Dea?" tanyaku pada diri sendiri sambil terus membaca ulang kalimat tadi.Sebuah pesan berisi ancaman. Di dunia ini hanya beberapa orang yang tahu aku adalah istri kedua, kurang dari sepuluh manusia melihat kelakuanku sehari-hari. Selain Dea, tidak ada yang seolah-olah membenci diriku. Bagaimana mungkin itu adalah Mas Al?Meski begitu, aku tidak boleh merasa takut. Memangnya apa yang sudah aku lakukan? Orang itu pun aku pastikan mustahil tertawa di atas penderitaanku, siapa pun dia.Sial. Nomor asing itu kembali mengirim pesan.[Jangan merasa bangga karena menikah dengan lelaki itu. Dia sama sekali tidak mencintaimu. Aku mengenal dia lebih dari siapa pun. Jessica yang bodoh malah membiarkannya menikah lagi. Aku yakin suatu hari dia pasti menyesali keputusannya meskipun punya anak hasil dari berbagi. Dan kamu, jangan pernah berpikir bisa merebut lelaki itu. Mengerti?!]Aneh. Orang itu mengenal Kak Jes juga. Akan tetapi, hanya menyebut nama. Hal ini

    Last Updated : 2024-10-27

Latest chapter

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 61

    Baru saja ingin merebahkan diri di tempat tidur, pintu kamar terketuk pelan. Sonia terpaksa bangun lagi begitu mendengar suara suaminya dari luar.Daun pintu terbuka lebar menampilkan sosok lelaki bertubuh tinggi tegap itu. Dia tersenyum lalu melangkah masuk sebelum berbicara sepatah kata pun. Sonia mengikuti dari belakang, tentu setelah mengunci pintu."Mas, malem ini nggak mau sama Kak Jes?""Kenapa? Kamu nggak suka aku ada di sini?""Bukan gitu, tapi aku rasa Kak Jes pasti ngerasa sedih. Aku gak masalah kalau misal Mas Al lebih banyak menghabiskan waktu sama Kak Jes karena aku ini cuman istri kedua yang—""Yang apa?"Sonia menghela napas berat. Sesuai saran dari Megan, dia harus tahu bagaimana perasaan lelaki itu yang sebenarnya. Jika masih ragu, mereka tentu sulit bertindak lebih jauh karena khawatir cinta menutup mata Albian dan membiarkan kejahatan Jessica begitu saja."Mas.""Sonia, mungkin kamu harus tahu perasaan aku yang sebenarnya sama kamu," kata Albian dengan suara pelan,

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 60

    Sonia baru saja keluar dari kamar mandi ketika seseorang mengetuk pintu kamarnya. Dia tidak penasaran dan memang tidak ingin membukanya karena masih memakai handuk. Dia harus mengurus diri sendiri terlebih dahulu sebelum mengetahui apa yang akan terjadi di luar sana.Dia ingin mengganti pakaian, bahkan menyisir rambut dengan santai dulu. Selama bukan sesuatu yang darurat, Sonia menganggap semua masih bisa ditunda. Dia harus bisa rileks agar pikiran tidak mempengaruhi kesehatan jiwanya.Bagaimana dengan keberadaan Jessica dan Megan yang masih tanda tanya? Entahlah, mungkin semua akan berlalu sesuai apa yang digariskan oleh Tuhan. Dia hanya perlu hati-hati dalam mengambil keputusan. Selama belum cukup yakin kalau wanita yang mengaku sebagai bodyguard-nya itu memang jujur, maka dia tidak ingin terbuka lebih banyak.Ketukan pintu tidak lagi terdengar. Sekarang Sonia mengulum senyum, kemudian menyisir rambut dan mengikatnya serapi mungkin. Dia merasa gerah, padahal ada pendingin ruangan. E

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 59

    Begitu Kamila datang membawa ponsel wanita berbadan dua itu, wajahnya terlihat pucat, tetapi tiada siapa pun yang bertanya. Sonia pun menganggap dia sedang lelah saja dan butuh istirahat.Menekan tombol power, ada pesan dari nomor yang tidak dikenal.[Hati-hati. Dia tidak sebaik yang kamu kira.]Siapa pengirim itu dan mengapa memberi peringatan? Sonia juga tidak mengerti kata "dia" mengacu pada siapa sehingga memilih mengabaikan pesan itu lantas memasuki kolom chat Albian. Dia segera menyampaikan maksudnya tanpa berbasa-basi.Lama menunggu tanpa balasan, Indah menyarankan Sonia agar mengecek pemilik kontak itu di salah satu aplikasi berwarna biru muda. Dia menurut, tetapi sayang sekali karena tidak ada penanda di sana.Nomor baru? Siapa?"Mungkin Megan, Non. Siapa tahu dia udah save nomer Non Sonia duluan," kata Kamila setelah berpikir lama."Jangan yakin juga. Selama bukan Megan langsung yang ngaku, kita harus hati-hati, Non. Aku malah khawatir pemilik pesan itu Bu Jessi. Selain Bu J

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 58

    "Sonia, aku rasa kamu menginjak pada tanah yang basah."Sonia mengerutkan kening ketika mendengar apa yang dikatakan oleh kakak madunya. Dia salah telah mengira bahwa seseorang tadi adalah Dea. Rupanya wanita licik itu masih berada di rumah. Sekarang apa yang harus dia lakukan, menuruti saran dari wanita yang mengaku sebagai bodyguard-nya atau melawan sesuka hati?Bukan tanpa alasan, tetapi wanita berbadan dua itu jauh lebih khawatir apabila nanti ada kesalahan di mana dirinya yang bersalah, sebut saja merusak sebuah rencana besar di mana Jessica tidak akan memiliki kesempatan mengelak."Aku ngantuk, nggak ngerti Kak Jes ngomong apa." Sonia pun pura-pura menguap, kedua mata mendadak sayu.Baru saja wanita berbadan dua itu ingin melangkah cepat ke lantai dua ketika Jessica menghalangi jalannya. Dia tersenyum miring untuk sesaat dengan raut wajah yang jelas sekali menunjukkan kemarahan. Detik selanjutnya, suasana tegang itu berubah menjadi lebih santai ketika Indah dan Kamila mendekat u

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 57

    "Kamu siapa? Kalau gak ada kepentingan sama Non Sonia, lebih baik menjauh!" perintah Megan dengan tegas tanpa senyuman. Dia memang tidak ingin percaya pada pelayan di rumah itu karena ada kemungkinan suatu hari berpaling pada Jessica."Itu siapa, Meg?""Aku nggak tahu, Non, tapi dia kayak mencurigakan. Apa dia yang namanya Dea?" Wanita itu membuka pintu semakin lebar seraya sedikit bergeser agar Sonia bisa melihat siapa yang berdiri di sana."Mbak Indah?" Sonia mengerutkan kening lantas menghampiri mereka. "Kenapa, Mbak? Ada sesuatu yang mencurigakan?""Itu ... itu ...." Indah tidak bisa melanjutkan apa yang akan dia ucap karena ada Megan. Dia pun memberi isyarat dengan mata agar wanita berbadan dua itu segera keluar dari kamar karena ada hal yang harus mereka bicarakan.Melihat wajah pucat Indah membuat wanita itu menurut. Dia pun meminta Megan menunggu di kamar sendiri dan nanti akan dipanggil. Namun, wanita itu menolak. Dia tahu ada sesuatu yang Indah curigai darinya."Aku tahu kam

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 56

    Bab 56"Ini pasti Bu Jessi yang Pak Al ceritakan itu, ya?" Megan tersenyum manis pada wanita licik itu."Nggak usah pura-pura, ya. Tujuan kamu ke sini apa? Aku ragu kalau Mas Al yang nyari kamu."Megan menatap Sonia sekilas, kemudian melangkah panjang menuju taman dan itu membuat Jessica mengerti, dia pun mengikuti dari belakang seolah-olah dirinya bukan pemilik rumah.Sementara itu, wanita berbadan dua tadi hanya bisa mematung dengan seribu tanya yang bersarang dalam pikiran. Kalau benar Megan tidak memiliki rahasia, mengapa harus menjauh sekadar memberi jawaban mengapa dia ada di sini? Lantas apa alasannya pura-pura tidak mengenali Jessica tadi?"Pasti ada yang nggak beres," gumam wanita itu lalu melangkah panjang menuju dapur sekadar mencari seseorang yang bisa membantunya.Sial, dia tidak menemukan indah, tetapi waktu mendesaknya untuk segera menemukan seseorang. Melihat Dewi, dia segera memanggil gadis itu dan menceritakan semuanya dengan cepat pun suara pelan. Dewi mengangguk pa

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 55

    Daun pintu terbuka lebar menampilkan seorang wanita dengan penampilan yang tidak mengejutkan lagi bagi seorang bodyguard. Dia memakai kacamata hitam, rambut panjangnya digulung rapi sehingga leher jenjang itu terlihat semakin indah."Non Sonia?" tebaknya membuat wanita berbadan dua itu mengangguk ragu, "kenalin, aku Megan."Ketika wanita bernama Megan itu mengulurkan tangan, Sonia menyambut beriring senyum penuh paksaan. Dia berusaha meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja. Ketika kaca mata hitam itu dilepas, ternyata mata Megan lebih tajam dari yang dibayangkan.Menyadari mereka harus terbiasa bersama membuat wanita berbadan dua itu menyilakan Megan masuk. Mereka duduk di ruang tamu, sekadar berbasa-basi; Megan berusaha mengenali bagaimana watak Sonia, begitu juga sebaliknya."Non Sonia nggak perlu khawatir." Megan mendekat agar bisa memelankan suara. "Aku memang kenal sama Jessica, tapi bukan orang yang percaya sama dia.""Maksud kamu?""Ada kisah di masa lalu yang buat aku

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 54

    Bab 54Begitu tiba di rumah, Albian langsung naik ke lantai dua karena harus segera berangkat, sementara sang istri muda memilih mencari salah seorang pelayan yang sudah dianggap sebagai keluarga itu. Rupanya mereka sedang sibuk dengan tugas masing-masing.Sonia menghela napas panjang tatkala teringat lelaki tua itu. Apakah memang Jessica terlibat tentang kejadian tadi malam? Rencana yang berubah di tengah jalan karena rasa cemburu yang mungkin merajai hati ataukah ketakutan membelenggu jiwa?Tidak ada yang tahu pasti tujuan wanita licik itu melakukan segalanya, kecuali dia sendiri. Ada kemungkinan lain bahwa dia sedang tersudut. Secepat itu?"Sayang, aku berangkat dulu, kamu baik-baik di sini. Jangan sendirian, jangan melamun, jangan lupa makan." Albian membuyarkan lamunan Sonia. Saat melihat jam dinding, ternyata sudah satu jam berlalu. Waktu bergerak cepat karena lelaki yang dia cintai akan meninggalkan rumah meskipun sejatinya akan kembali.Setelah pamit, Albian menemui istri terc

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 53

    Mereka berdua duduk di meja makan dengan posisi saling berhadapan. Bu Siti menampilkan air muka serius membuat Sonia semakin bertanya-tanya."Sebenarnya siang tadi waktu ketemu bapakmu, Ibu curiga dia ada kerja sama dengan Jessica, Nak.""Kenapa Ibu mikir gitu? Ada buktinya?""Entahlah, tapi waktu Ibu ngasih tahu kalau Ibu nggak akan bantu sepeser pun, ada yang nelfon bapak ... maksud Ibu, ada yang nelfon Pak Haris.""Lalu Ibu langsung nyimpulin itu Kak Jes?"Bu Siti menggeleng cepat, kemudian memberitahu bahwa di kontak tertera nama Jessica Albian. Jika bukan wanita yang dia kenali, lantas siapa? Hanya saja yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana mereka saling mengenal, kemudian bertemu di mana, serta apa tujuannya?Mendengar semua penjelasan itu, bahkan termasuk obrolan yang Bu Siti dengar, Sonia terperanjat. Dia menduga kalau kakak madunya memang sengaja melenyapkan mereka dengan tangan Pak Haris sendiri agar dirinya dianggap tidak tahu apa-apa.Tujuannya tentu agar Sonia hidup se

DMCA.com Protection Status