Share

Bab 5

Author: Bintu Hasan
last update Last Updated: 2024-10-09 08:10:23

Saat makan malam, Kak Jess memberi isyarat bahwa aku harus memulai pembicaraan dengan Mas Al yang hanya diam. Entah kenapa, lelaki itu benar-benar terlihat ingin aku pergi karena dianggap sebagai benalu, mungkin. Tidakkah dia menyadari bahwa aku pun sangat membenci pernikahan ini? Tidak ada kebahagiaan seperti yang diceritakan oleh orang-orang.

"Pak Al tidak makan daging ikan, ya?" tanyaku basa-basi karena di piring lelaki itu hanya ada nasi, ayam, dan telur rebus. Orang kaya dengan lauk sederhana, aku tersenyum dalam hati.

"Panggil Mas Al, Sonia. Kalau manggil kek tadi, kesannya kamu itu bawahan atau anaknya." Kak Jess menegur dan aku hanya bisa menatapnya, ragu.

Setelahnya kembali hening. Lelaki batu itu meninggalkan meja makan begitu saja, mungkin dia marah pada Kak Jess karena memintaku memanggilnya 'Mas'. Entahlah. Aku harus banyak makan malam ini sebelum menjadi babu esok hari.

"Jangan lupa pakai parfum yang aku beri!" Wanita di sampingku pun berdiri dan mengejar suaminya. Ah, tidak, maksudku adalah suami kami.

"Non, maaf, Bibi mau tanya sesuatu." Bi Sumi mendekat, aku pun mengangguk sebagai bentuk persetujuan atas permintaannya. "Sudah lama kenal sama Bu Jessica?"

"Baru-baru ini, Bi. Kenapa, ya?" Aku mengerutkan kening menatap wanita paruh baya itu. Entahlah, hanya saja aku merasa ada sesuatu yang disembunyikan.

"Ah, tidak. Pak Al itu sangat cinta dan sayang sama Bu Jess. Bibi cuma heran karena Bapak mau menikah lagi, padahal sebelumnya mereka beradu mulut setiap kali Bu Jess memintanya."

Aku mengangguk sebagai respons karena enggan membuka suara. Bi Sumi sendiri langsung pergi begitu saja, entah apa yang ada dalam pikirannya. Meskipun seorang asisten rumah tangga, tetapi bukan berarti harus terbuka padanya. Kami belum saling mengenal, aku khawatir ada rencana yang sedang dijalankan dan melibatkan aku.

Bukan mau suuzon, tetapi kasus demikian sedang marak. Misal saja membunuh majikan demi uang atau mungkin hendak menjadikan anak gadisnya sebagai orang ketiga. Ah, memikirkan itu semua hanya mengulur waktu. Aku pun kembali melanjutkan makan sebelum terlambat.

Selesai makan, aku segera ke kamar yang ada diantai dua dan menunggu pesan dari Kak Jess. Katanya, jika Mas Al sudah dalam pengaruh obat, maka aku harus bergegas menuju kamarnya dan merebahkan diri dalam keadaan mati lampu. Aku hanya bisa pasrah dengan harapan segera hamil, melahirkan, dan meninggalkan kehidupan ini.

Ponsel bergetar, sekarang adalah waktunya. Aku melangkah panjang keluar kamar menuju ruangan dengan pintu bernuansa merah muda itu. Saat membukanya, ternyata sangat luas dan harum. Aku tersenyum, betapa beruntungnya Kak Jess menikah dengan Mas Al. Sadar akan tugas, aku segera mematikan lampu dan melepas piyama menyisakan pakaian kurang bahan lalu merebahkan diri di tempat tidur yang besar itu. Nyaman, suhu dalam ruangan begitu dingin, aku memeluk diri sendiri.

"Sayang ...." Suara berat itu berhasil membuatku tersentak.

Dia pasti Mas Al. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku sama sekali tidak punya pengalaman dan bagaimana jika dia menyadari hal itu ketika kami sedang dalam penyatuan? Jantung berdegup tidak normal, kedua mata berkedip lebih sering dari biasanya.

Tidak lama kemudian, aku merasakan seseorang menyentu kaki ini pelan sampai ke tangan. Dia menciumnya penuh kelembutan. Aku hanya bisa mematung, napas memburu, sementara jantung seperti ingin melompat.

"Sayang, aku merindukanmu," katanya lagi. Ah, benar, suara itu milik Mas Al, tetapi kali ini terasa berat.

Aku memejamkan mata katika dia menyentuh leher belakang ini dan mengunci pergerakanku. Biar saja semuanya berlalu, aku tidak akan menyesal, semua demi Ibu. Lagi pula, tidak ada jalan untuk lari dari sini. Andaipun berhasil, Kak Jess pasti marah besar dan akan berakibat fatal bagiku sekeluarga. Miris memang.

Hawa dingin yang tadinya menusuk kulit, kini sirna bersamaan dengan suara-suara kecil yang keluar dari mulut kami. Mahkota itu telah hilang, direnggut lelaki yang berstatus suami. Sungguh, aku berharap waktu cepat berlalu setiap kali mendengarnya menyebut nama Kak Jess. Perempuan mana pun pasti merasa cemburu dan sakit hati.

Aku mengucek mata ketika menyadari seseorang menepuk pelan pipi ini. Ternyata itu Kak Jess dan .... Apa? Aku segera bangun, tetapi enggan beranjak begitu menyadari pakaian berada di bawah lantai. Menoleh ke kanan, Mas Al masih terlelap.

"Pakai sekarang sebelum Mas Al bangun!" perintah Kak Jess menyerahkan piyama padaku.

Tanpa menunggu waktu lagi, aku segera mengenakan pakaian itu. Aneh rasanya karena tanpa dalaman. Namun, sebelum pergi, aku menatap dalam pada Kak Jess lantas berkata, "Kak, maafin aku. Tolong jangan benci aku!"

"Tidak, Sonia. Aku malah senang karena rencana kita berhasil. Semalam Mas Al unboxing kamu, kan?"

Aku mengangguk. "Bagaimana dengan darah yang ada diseprei ini, Kak? Kalau Mas Al lihat, pasti tahu kalau yang tidur semalam dengannya itu bukan Kak Jess. Aku takut."

"Kenapa harus takut? Mas Al suami kamu juga. Sudah, sekarang kamu mandi dan sarapan, aku harus bangunkan Mas Al dulu."

"Berhenti di sana!" Suara berat Mas Al mengejutkanku. "Ada yang harus aku sampaikan."

Aku pun menoleh. Lelaki itu telah berada dalam posisi duduk, bersandar pada kepala ranjang. Tatapannya tajam dan lagi-lagi tanpa senyuman. Bibir itu ... aku merasakannya tadi malam.

"Kamu telah mendapatkan tujuanmu. Mulai hari ini, jaga jarak dengan saya dan jangan mengharapkan apa pun. Semoga kamu segera hamil, melahirkan, dan enyah dari hadapanku!"

Kalimat menusuk itu .... Aku hanya bisa menghela napas, kemudian mengangguk sebelum meninggalkan kamar mereka. Sebelum benar-benar masuk kamar sendiri, tangan ini ditarik oleh Bi Sumi. Dia memelukku erat, sekilas.

"Non, sebelum semuanya terlambat, tolong pergi dari sini." Bi Sumi mengatup kedua tangan di depan dada.

"Apa yang terlambat, Bi?"

"Bapak sudah ...?" Aku mengangguk. Wajahnya menyiratkan putus asa. "Ya sudah, kalau Non Sonia butuh bantuan, cari Bibi saja. Bibi sudah lama bekerja di sini. Siapa tahu bisa ngasih solusi."

"Aku nggak paham maksud Bibi apa. Maaf, ya, aku mau mandi dulu." Setelah mengucapkan itu, aku bergegas masuk kamar, tetapi telinga ini masih bisa mendengar suara wanita paruh baya tadi dengan samar. Kalau tidak salah, dia memintaku berhati-hati dengan Kak Jess.

Kenapa? Bukankah Kak Jess itu baik? Dia membantuku melunasi utang meskipun harus menikah dengan suaminya. Mas Al sangat mencintai Kak Jess, bukankah artinya dia adalah istri yang baik? Bi Sumi ada-ada saja, aku malah menaruh curiga padanya.

Ponsel yang tergeletak indah di nakas bergetar. Aku mendekat, meraih, dan membaca pesan dari Kak Jess.

[Makasih, ya, udah mau bantu aku, Sonia. Kalau berhasil, Mas Al pasti takluk sama kamu. Aku bahagia, kamu bahagia, masing-masing.]

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Bintu Hasan
terima kasih, Kak
goodnovel comment avatar
Meyke Sartika
Cerita ini bagis, alur, penyusunan kaliimatnya, gaya bahasanya, semua ku suka.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 6

    Bab 6Ternyata hari yang aku lalui tidak semudah yang dibayangkan. Kami pernah berbagi, tetapi lelaki itu seolah-olah hanya menganggapku hama. Ketika berusaha mendekat karena permintaan Kak Jes, misal saja membuatkan sarapan, dia pasti menolak. Aku pun semakin menyadari bahwa dia hanya mencintai istri pertamanya.Sungguh, aku sama sekali tidak mengharapkan balasan karena suatu hari pasti diusir dari sini setelah melahirkan anak mereka. Rasanya memuakkan, ingin mengamuk sebisa mungkin. Namun, bagaimana dengan Ibu dan Tania? Bahagia mungkin saja menyapa karena kami bisa berkumpul seperti dulu, hanya saja ....Ah, ini berat sekali. Kak Jes terlalu baik mau melunasi semua utang, bahkan memberi jaminan untuk makan sehari-hari keluargaku. Kabarnya Tania juga akan dibiayai, terutama jika aku melahirkan anak laki-laki nanti. Bukankah ini sedikit lebih baik daripada tinggal di rumah bordil? Menghela napas, takdir benar-benar tidak berpihak.Dulu, aku pernah melihat keluarga yang selalu dipenuh

    Last Updated : 2024-10-24
  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 7

    "Jangan mudah percaya sama orang asing. Bisa jadi dia berusaha memanfaatkanmu, Sonia. Mungkin dia bersikap baik, tetapi tidak menutup kemungkinan kamu masuk dalam perangkapnya. Apalagi sekarang, kejujuran hampir punah, menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan," lanjut Kak Jes lagi.Aku memutar otak, berusaha mencerna setiap kalimat yang terucap dari mulut wanita cantik itu. Dia melebarkan senyum, tetapi aku tidak bisa membaca pikirannya. Apa maksud kalimat tadi? Apakah secara tidak langsung menuduh Bi Sumi senang memanfaatkan orang lain? Jika iya, mengapa masih bekerja di sini?Sungguh, aku ingin menanyakan semuanya pada Kak Jes, tetapi harus mengurungkan niat ketika melihat wanita paruh baya yang sedang dibicarakan tadi menatap lekat padaku seolah-olah ingin menyampaikan sesuatu."Jangan melamun, nanti kerasukan." Kak Jes kembali membuka suara. Kami beradu pandang. "Aku ke sini karena mau ngasih kamu sesuatu.""Sesuatu?"Kak Jes mengangguk, kemudian menarik tanganku masuk rumah

    Last Updated : 2024-10-24
  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 8

    "Kak, aku nggak harus tinggal di sini. Sebaiknya aku pulang ke rumah ibuku saja.""Kenapa gitu?""Aku nggak mau hubungan Kak Jes dan Mas Al memburuk karena aku. Aku nggak mau mood Mas Al rusak karena melihat aku. Jika aku hamil, aku pasti mengabari Kak Jes.""Gimana kamu mau hamil kalau nggak tinggal di sini, Sonia? Meskipun kamu hamil anak Mas Al, Mas Al pasti nggak mau mengakui itu darah dagingnya karena bisa aja, kan, kamu tidur sama lelaki lain?""Tidur sama lelaki lain?" Kedua mataku seketika menyipit mendengar tuduhan itu. Apa Kak Jes menyadari apa yang tadi dia ucapkan?"Maksudku bisa jadi Mas Al berprasangka gitu. Udah, kamu di sini aja. Aku gak apa-apa dan gak ngerasa cemburu, kok. Malah senang kalau kalian bisa dekat.""Kenapa?"Kak Jes hanya tersenyum, kemudian meraih camilan yang ada di sampingnya. Pertanyaanku tadi tidak menemukan jawaban. Pun susah menerka-nerka karena raut wajah Kak Jes biasa saja, bahkan bisa tertawa lepas ketika menonton acara komedi.Kata orang, semu

    Last Updated : 2024-10-24
  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 9

    Badan terasa remuk ketika tangan seseorang menyentuh lembut pundak ini. Aku membuka mata, menguceknya berulang kali agar pandangan tidak lagi pudar. Setelah mandi pagi tadi, rupanya aku terlelap. Bagaimana tidak, Mas Al mengamuk tadi malam karena aku tergugu di depan kamar dengan isakan kecil.Dia begitu jahat, padahal apa salahnya menganggap aku ini adik atau mungkin teman? Tidak bisakah dia tersenyum manis barang sebentar? Memang hati ini tidak menaruh harap, tetapi tetap membutuhkan kasih sayang karena bagaimanapun aku adalah seorang perempuan.Sebelum semuanya berubah, aku adalah gadis kecil yang manja. Bapak begitu menyayangi kami. Untuk itu, aku seperti tidak percaya ketika beliau berubah hampir seratus persen. Mengapa? Setiap malam aku akan bertanya kepada bulan alasan Bapak bersikap demikian, tetapi tidak kunjung menemukan jawaban."Sonia!" Suara berat itu menggema dalam kamar membuat tersadar dari lamunan.Mas Al berdiri tanpa ekspresi. Aku segera bangun dan membalas tatapann

    Last Updated : 2024-10-24
  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 10

    "Bi Sumi, bicaralah!" pintaku penuh penekanan.Wanita paruh baya itu menunduk sekilas sebelum kembali menatap mataku. Dia pun menjawab, "Bibi akan cerita kalau Non Sonia percaya sama Bibi.""Kenapa gitu?""Karena ada kemungkinan Non Sonia ngadu ke Bu Jessi.""Paling aku mengawasi saja, Bi."Detik selanjutnya kami terdiam begitu lama. Aku sibuk menerka apa yang sedang dipikirkan oleh Bi Sumi dan mungkin dia sendiri sedang berusaha menyusun kalimat. Entahlah. Pada intinya, kami tenggelam dalam pikiran masing-masing.Andai saja boleh, bukankah aku mendambakan kebebasan? Aku berharap bisa segera pergi dari sini dan hidup sesuai keinginan hati. Akan tetapi, terlalu besar resikonya apabila nanti melarikan diri sesuai saran dari Bi Sumi. Mereka orang kaya dan tentu mudah menemukan aku di mana pun.Hidup miskin memang nasib buruk karena kita terkadang harus masuk dalam perangkap dosa. Bukan hanya itu, keadilan tidak berlaku bagi kami. Dalam sebuah drama yang pernah aku lihat, ada salah satu d

    Last Updated : 2024-10-25
  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 11

    Jam dua siang. Seharusnya aku terlelap karena sejak tadi merasa mengantuk, badan pun terasa pegal. Akan tetapi, pikiran yang bersarang memang sangat mengganggu, apalagi tidak ada lawan bicara.Teman? Aku punya banyak teman, hanya satu yang bisa dipercaya. Sayang sekali karena dia sedang berada di Kalimantan menyusul orang tua tunggalnya. Aku rindu dan kami lost contact entah mengapa. Jika dia tahu beratnya kehidupan yang aku jalani, apakah dia menjatuhkan air mata?Ponsel yang tergeletak di nakas berdering memecah lamunan. Aku segera meraihnya dan segera merekahkan senyuman begitu membaca nama kontak yang tertera. 'Dek Tania'. Dia pasti baru pulang dari sekolah dan merindukan kakaknya yang paling baik dan tidak sombong ini."Halo, Dek?" sapaku dengan nada suara khas orang kegirangan."Kak, Ibu mau bicara, kangen katanya. Aku alihkan ke panggilan video, ya?"Aku mengiakan, kemudian panggilan pun teralihkan. Air mata sejuk seketika meleleh di kedua pipi ini. Ibu dan Tania tersenyum, jel

    Last Updated : 2024-10-25
  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 12

    "Istri kedua? Maksudnya orang ketiga?" timpal yang lain.Aku memaksakan senyum lantas kembali memutar badan demi menatap mereka satu per satu, kecuali Bi Sumi. Mungkin memang sudah terbiasa mengomentari hidup orang hingga dia bisa bersikap biasa saja seolah-olah tidak mengatakan apa pun. Bagaimana menghadapi mereka? Mungkin aku ini dianggap remeh karena terkesan lebih muda, tetapi sebaiknya sadar akan posisinya.Memang benar bahwa aku adalah istri kedua, tetapi calon ibu dari anak Mas Al nanti. Tentu saja dia akan melindungi aku walau hanya di hadapan mereka jika tidak ingin nama baiknya tercoreng. Aku pun bisa membalas apabila mereka mencoba mencari masalah."Aku rasa kalian mau menanyakan sesuatu. Katakan sebelum aku kembali ke kamar!""Kamu istri kedua Pak Al, kan? Bu Jessi yang malang, dia harus berbagi suami karena orang ketiga. Dengar-dengar kamu itu dibantu, tapi malah memanfaatkan kelemahannya. Mentang-mentang mereka belum punya keturunan, kamu malah merebut suaminya. Gadis ti

    Last Updated : 2024-10-25
  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 13

    Aku membawa nampan berisi nasi yang sudah ada lauknya sesuai pilihan Mas Al sebelum Dea bertingkah, segelas air pun harus ada atau dia akan tersedak. Tiba di depan pintu yang setengah terbuka, jantung tiba-tiba berdegup kencang, hati diselimuti rasa takut, berbagai prasangka begitu mengganggu. "Letakkan di situ!" perintahnya menunjuk meja kecil dengan dagu. Kedua matanya fokus menatap laptop. Entah apa yang sedang dia lakukan melihat tangan kekar itu tidak bergerak sama sekali. "Kalau gitu aku—" "Duduk. Saya mau tanya sesuatu sama kamu!" Aku menuruti perintah lelaki itu seraya memutar otak berusaha menemukan jawaban atas pertanyaan yang terlintas dalam hati. Bagaimana jika Mas Al membahas masalah kemarin, akankah dia bisa memaklumi? Tidak. Dia tidak harus peduli padaku. Lelaki bertubuh tinggi itu hanya mencintai satu wanita seumur hidupnya. Apa yang bisa diharapkan selain amarah? Bahkan aku bisa merasakan bagaimana darah itu mendidih dalam dirinya. Beberapa detik kemudian,

    Last Updated : 2024-10-26

Latest chapter

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 61

    Baru saja ingin merebahkan diri di tempat tidur, pintu kamar terketuk pelan. Sonia terpaksa bangun lagi begitu mendengar suara suaminya dari luar.Daun pintu terbuka lebar menampilkan sosok lelaki bertubuh tinggi tegap itu. Dia tersenyum lalu melangkah masuk sebelum berbicara sepatah kata pun. Sonia mengikuti dari belakang, tentu setelah mengunci pintu."Mas, malem ini nggak mau sama Kak Jes?""Kenapa? Kamu nggak suka aku ada di sini?""Bukan gitu, tapi aku rasa Kak Jes pasti ngerasa sedih. Aku gak masalah kalau misal Mas Al lebih banyak menghabiskan waktu sama Kak Jes karena aku ini cuman istri kedua yang—""Yang apa?"Sonia menghela napas berat. Sesuai saran dari Megan, dia harus tahu bagaimana perasaan lelaki itu yang sebenarnya. Jika masih ragu, mereka tentu sulit bertindak lebih jauh karena khawatir cinta menutup mata Albian dan membiarkan kejahatan Jessica begitu saja."Mas.""Sonia, mungkin kamu harus tahu perasaan aku yang sebenarnya sama kamu," kata Albian dengan suara pelan,

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 60

    Sonia baru saja keluar dari kamar mandi ketika seseorang mengetuk pintu kamarnya. Dia tidak penasaran dan memang tidak ingin membukanya karena masih memakai handuk. Dia harus mengurus diri sendiri terlebih dahulu sebelum mengetahui apa yang akan terjadi di luar sana.Dia ingin mengganti pakaian, bahkan menyisir rambut dengan santai dulu. Selama bukan sesuatu yang darurat, Sonia menganggap semua masih bisa ditunda. Dia harus bisa rileks agar pikiran tidak mempengaruhi kesehatan jiwanya.Bagaimana dengan keberadaan Jessica dan Megan yang masih tanda tanya? Entahlah, mungkin semua akan berlalu sesuai apa yang digariskan oleh Tuhan. Dia hanya perlu hati-hati dalam mengambil keputusan. Selama belum cukup yakin kalau wanita yang mengaku sebagai bodyguard-nya itu memang jujur, maka dia tidak ingin terbuka lebih banyak.Ketukan pintu tidak lagi terdengar. Sekarang Sonia mengulum senyum, kemudian menyisir rambut dan mengikatnya serapi mungkin. Dia merasa gerah, padahal ada pendingin ruangan. E

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 59

    Begitu Kamila datang membawa ponsel wanita berbadan dua itu, wajahnya terlihat pucat, tetapi tiada siapa pun yang bertanya. Sonia pun menganggap dia sedang lelah saja dan butuh istirahat.Menekan tombol power, ada pesan dari nomor yang tidak dikenal.[Hati-hati. Dia tidak sebaik yang kamu kira.]Siapa pengirim itu dan mengapa memberi peringatan? Sonia juga tidak mengerti kata "dia" mengacu pada siapa sehingga memilih mengabaikan pesan itu lantas memasuki kolom chat Albian. Dia segera menyampaikan maksudnya tanpa berbasa-basi.Lama menunggu tanpa balasan, Indah menyarankan Sonia agar mengecek pemilik kontak itu di salah satu aplikasi berwarna biru muda. Dia menurut, tetapi sayang sekali karena tidak ada penanda di sana.Nomor baru? Siapa?"Mungkin Megan, Non. Siapa tahu dia udah save nomer Non Sonia duluan," kata Kamila setelah berpikir lama."Jangan yakin juga. Selama bukan Megan langsung yang ngaku, kita harus hati-hati, Non. Aku malah khawatir pemilik pesan itu Bu Jessi. Selain Bu J

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 58

    "Sonia, aku rasa kamu menginjak pada tanah yang basah."Sonia mengerutkan kening ketika mendengar apa yang dikatakan oleh kakak madunya. Dia salah telah mengira bahwa seseorang tadi adalah Dea. Rupanya wanita licik itu masih berada di rumah. Sekarang apa yang harus dia lakukan, menuruti saran dari wanita yang mengaku sebagai bodyguard-nya atau melawan sesuka hati?Bukan tanpa alasan, tetapi wanita berbadan dua itu jauh lebih khawatir apabila nanti ada kesalahan di mana dirinya yang bersalah, sebut saja merusak sebuah rencana besar di mana Jessica tidak akan memiliki kesempatan mengelak."Aku ngantuk, nggak ngerti Kak Jes ngomong apa." Sonia pun pura-pura menguap, kedua mata mendadak sayu.Baru saja wanita berbadan dua itu ingin melangkah cepat ke lantai dua ketika Jessica menghalangi jalannya. Dia tersenyum miring untuk sesaat dengan raut wajah yang jelas sekali menunjukkan kemarahan. Detik selanjutnya, suasana tegang itu berubah menjadi lebih santai ketika Indah dan Kamila mendekat u

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 57

    "Kamu siapa? Kalau gak ada kepentingan sama Non Sonia, lebih baik menjauh!" perintah Megan dengan tegas tanpa senyuman. Dia memang tidak ingin percaya pada pelayan di rumah itu karena ada kemungkinan suatu hari berpaling pada Jessica."Itu siapa, Meg?""Aku nggak tahu, Non, tapi dia kayak mencurigakan. Apa dia yang namanya Dea?" Wanita itu membuka pintu semakin lebar seraya sedikit bergeser agar Sonia bisa melihat siapa yang berdiri di sana."Mbak Indah?" Sonia mengerutkan kening lantas menghampiri mereka. "Kenapa, Mbak? Ada sesuatu yang mencurigakan?""Itu ... itu ...." Indah tidak bisa melanjutkan apa yang akan dia ucap karena ada Megan. Dia pun memberi isyarat dengan mata agar wanita berbadan dua itu segera keluar dari kamar karena ada hal yang harus mereka bicarakan.Melihat wajah pucat Indah membuat wanita itu menurut. Dia pun meminta Megan menunggu di kamar sendiri dan nanti akan dipanggil. Namun, wanita itu menolak. Dia tahu ada sesuatu yang Indah curigai darinya."Aku tahu kam

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 56

    Bab 56"Ini pasti Bu Jessi yang Pak Al ceritakan itu, ya?" Megan tersenyum manis pada wanita licik itu."Nggak usah pura-pura, ya. Tujuan kamu ke sini apa? Aku ragu kalau Mas Al yang nyari kamu."Megan menatap Sonia sekilas, kemudian melangkah panjang menuju taman dan itu membuat Jessica mengerti, dia pun mengikuti dari belakang seolah-olah dirinya bukan pemilik rumah.Sementara itu, wanita berbadan dua tadi hanya bisa mematung dengan seribu tanya yang bersarang dalam pikiran. Kalau benar Megan tidak memiliki rahasia, mengapa harus menjauh sekadar memberi jawaban mengapa dia ada di sini? Lantas apa alasannya pura-pura tidak mengenali Jessica tadi?"Pasti ada yang nggak beres," gumam wanita itu lalu melangkah panjang menuju dapur sekadar mencari seseorang yang bisa membantunya.Sial, dia tidak menemukan indah, tetapi waktu mendesaknya untuk segera menemukan seseorang. Melihat Dewi, dia segera memanggil gadis itu dan menceritakan semuanya dengan cepat pun suara pelan. Dewi mengangguk pa

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 55

    Daun pintu terbuka lebar menampilkan seorang wanita dengan penampilan yang tidak mengejutkan lagi bagi seorang bodyguard. Dia memakai kacamata hitam, rambut panjangnya digulung rapi sehingga leher jenjang itu terlihat semakin indah."Non Sonia?" tebaknya membuat wanita berbadan dua itu mengangguk ragu, "kenalin, aku Megan."Ketika wanita bernama Megan itu mengulurkan tangan, Sonia menyambut beriring senyum penuh paksaan. Dia berusaha meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja. Ketika kaca mata hitam itu dilepas, ternyata mata Megan lebih tajam dari yang dibayangkan.Menyadari mereka harus terbiasa bersama membuat wanita berbadan dua itu menyilakan Megan masuk. Mereka duduk di ruang tamu, sekadar berbasa-basi; Megan berusaha mengenali bagaimana watak Sonia, begitu juga sebaliknya."Non Sonia nggak perlu khawatir." Megan mendekat agar bisa memelankan suara. "Aku memang kenal sama Jessica, tapi bukan orang yang percaya sama dia.""Maksud kamu?""Ada kisah di masa lalu yang buat aku

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 54

    Bab 54Begitu tiba di rumah, Albian langsung naik ke lantai dua karena harus segera berangkat, sementara sang istri muda memilih mencari salah seorang pelayan yang sudah dianggap sebagai keluarga itu. Rupanya mereka sedang sibuk dengan tugas masing-masing.Sonia menghela napas panjang tatkala teringat lelaki tua itu. Apakah memang Jessica terlibat tentang kejadian tadi malam? Rencana yang berubah di tengah jalan karena rasa cemburu yang mungkin merajai hati ataukah ketakutan membelenggu jiwa?Tidak ada yang tahu pasti tujuan wanita licik itu melakukan segalanya, kecuali dia sendiri. Ada kemungkinan lain bahwa dia sedang tersudut. Secepat itu?"Sayang, aku berangkat dulu, kamu baik-baik di sini. Jangan sendirian, jangan melamun, jangan lupa makan." Albian membuyarkan lamunan Sonia. Saat melihat jam dinding, ternyata sudah satu jam berlalu. Waktu bergerak cepat karena lelaki yang dia cintai akan meninggalkan rumah meskipun sejatinya akan kembali.Setelah pamit, Albian menemui istri terc

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 53

    Mereka berdua duduk di meja makan dengan posisi saling berhadapan. Bu Siti menampilkan air muka serius membuat Sonia semakin bertanya-tanya."Sebenarnya siang tadi waktu ketemu bapakmu, Ibu curiga dia ada kerja sama dengan Jessica, Nak.""Kenapa Ibu mikir gitu? Ada buktinya?""Entahlah, tapi waktu Ibu ngasih tahu kalau Ibu nggak akan bantu sepeser pun, ada yang nelfon bapak ... maksud Ibu, ada yang nelfon Pak Haris.""Lalu Ibu langsung nyimpulin itu Kak Jes?"Bu Siti menggeleng cepat, kemudian memberitahu bahwa di kontak tertera nama Jessica Albian. Jika bukan wanita yang dia kenali, lantas siapa? Hanya saja yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana mereka saling mengenal, kemudian bertemu di mana, serta apa tujuannya?Mendengar semua penjelasan itu, bahkan termasuk obrolan yang Bu Siti dengar, Sonia terperanjat. Dia menduga kalau kakak madunya memang sengaja melenyapkan mereka dengan tangan Pak Haris sendiri agar dirinya dianggap tidak tahu apa-apa.Tujuannya tentu agar Sonia hidup se

DMCA.com Protection Status