Setiba dirumah, Alexander mengumpulkan semua asisten rumah tangga. Disini Alexander benar-benar marah karena istri nya terjatuh akibat keteledoran dirinya. "Siapa yang bertugas membersihkan kamar mandi kamar ku?." tanya Alexander dengan tatapan mata tajam. "Mas Alex, udahlah aku ngga apa-apa kok. Lagian ini bukan salah mereka, aku yang salah tidak berhati-hati. " sahut Sarah. "Apaan sih Sarah, kalo hal seperti ini dibiarkan semuanya akan ngulanjak." Amarah Alexander benar-benar tak terbendung kan, ia benar-benar kesal dan marah. Ia tak akan memaafkan siapapun itu yang membuat istrinya terjatuh apa lagi sampai calon anaknya hilang. "Kenapa semua diam saja, apakah kalian tidak memiliki mulut hah. " teriak Alexander. "Alex, kamu kenapa jadi seperti ini. Ayolah nak ini hanya kecelakaan kecil saja." ucap Papa nya Alexander. "Pah, ini semua ngga bisa dianggap sepele. Bagiku tetap saja ini kesalahan besar, aku ngga akan pernah kasih peluang orang yang udah buat istri ku terjatuh sampa
Alexander yang sibuk mengurus Sarah, membuatnya lupa memberikan kabar kepada Emily hal tersebut lah membuat masalah bagi hubungan Alexander dan Emily. "Kenapa Alex ngga susah dihubungi sih, ada apa sebenarnya?." Emily terus menerus menghubungi Alexander namun tak ada di jawaban dari Alexander, mana nomer Alexander sulit sekali dihubungi membuat Emily frustasi. Emily bolak balik ruangan apartemen seraya melihat ponselnya, sudah lebih tiga hari Alexander menghilang sejak kedatangan Elizabeth di apartemen mereka. "Pasti ini gara-gara tante Eliz, Alex ngga pernah kek gini kalo ngga gara-gara wanita tua itu." oceh Emily. Emily melemparkan ponselnya ke atas kasur, tiba-tiba ada suara bell berbunyi membuat Emily bahagia ia pikir itu adalah Alexander. "Alex,, "Emily langsung berlarian menuju pintu apartemen, namun saat ia membuka pintu ia terkejut, Karena yang datang bukanlah Alexander melainkan Elizabeth. "Tante.. Plakk... Elizabeth langsung melayangkan satu tamparan kepada Emily.
Suatu malam Alexander melihat Sarah sudah tertidur pulas, rasanya ada sesuatu yang menganggu pikirannya, Ia ingin sekali menghubungi Emily. "Kenapa aku jadi kangen berat nya dengan Emily. " ucap Alexander. Alexander beranjak dari tempat tidurnya, ia meraih laci mengambil ponsel cadangannya. Alexander berjalan pelan menuju ke kamar mandi, ia rasa disana lah tempat aman untuk menghubungi Emily. "Ayoo,, Emily angkat kenapa lama sekali.""Hallo kenapa?, kenapa kamu menghubungi ku setelah sekian lama menghilang?." tanya Emily dari panggilan. "Sayang maaf, aku sedang sibuk ada beberapa pekerjaan yang harus aku urus. " Emily hanya menghela nafas, ia merasa kesel dengan Alexander. Hilang nya Alexander beberapa hari sudah membuat nya berada dalam masalah besar. "Masalah besar?, maksudnya?." tanya Alexander penasaran. "Kamu tahu, mama ku tadi siang kesini. Dia usir aku dari apartemen mu lex, semua barang-barang yang kamu belikan diambil dia, mama mu benar-benar jahat banget lex." "Mama
Sarah yang mendapatkan panggilan dari Dr. Bayu, ia segera meminta izin kepada Elizabeth. "Sarah mau kemana?, kok udah rapih aja." tanya Elizabeth yang bingung dengan penampilan Sarah. "Um,, aku mau pergi sebentar mah, soalnya Dr. Bayu tadi nelpon Sarah katanya ada sesuatu yang harus didiskusikan." ucap Sarah. Elizabeth terdiam, ia bingung harus bagaimana. Mana bisa ia mengizinkan Sarah pergi sedangkan Sarah sedang hamil besar, tapi yang ingin ia temui adalah Dokternya sendiri. "Bagaimana jika Dr. Bayu suruh kesini aja, dari pada kamu jauh-jauh sayang capek nanti. " ucap Elizabeth. "Ngga bisa mah, kata Dr. Bayu aku harus menemuinya di cafe sekitar rumah sakit dia, aman mah tenang aja kan aku pergi ngga sendiri ada sopir juga. " "Iya mama tau, tapi mama takut jika terjadi sesuatu dengan mu. ""Ngga kok mah, aman boleh nya ma?." tanya Sarah penuh harap. Elizabeth bisa saja mengizinkan Sarah pergi, tapi bagaimana jika Alexander pulang dan mencari keberadaan Sarah pasti nanti Elizab
Irwan terdiam didepan teras rumah, ia mengingat putri nya yaitu Sarah. Sudah satu bulan ia tak bertemu semenjak pertemuan paksa yang dilakukan Alexander diam-diam. "Ayah, tumben didepan nungguin Amelia ya?." tanya Amelia tersenyum. "Iya nak, kamu sudah pulang kuliah. ""Umm,, iya yah tadi ada sedikit pelajaran yang sulit aku mengerti yah." keluh Amelia. Irwan hanya tersenyum, pikirannya selalu menuju ke Sarah yang sebentar lagi ulang tahun. Irwan sangat ingin merayakan hari ulang tahun Sarah, tapi disisi lain ia tak tega menghianati Amelia. "Ayah kenapa diam aja? ada sesuatu?." tanya Amelia bingung. "Ayah hanya rindu dengan kakak mu saja nak, bentar lagi diulang tahun. Ayah pengen melihat dia meniup lilin. " ucap Irwan. Amelia terdiam, ia menghela nafas kesalnya. Tapi ia tak ingin jika ayahnya berdekatan dengan Sarah. "Umm,, ayah mau makan apa biar Amelia masakin." "Sudah mel, tadi ibu mu sudah masakin ayah." ucap Irwan. Amelia menganggukkan kepala, ia masuk kedalam rumah. Ia
Daniel menarik tangan Amelia membawa ke ruangan lain, ia menanyakan dari mana Amelia mengetahui tentang perselingkuhan Alexander. "Kok anda kepo sekali ya." "Emm,, jelas karena ini menyangkut tuan ku. " "Hah,, lalu anda membela nya padahal jelas-jelas dia salah." ucap Amelia kesal. Amelia udah tak tahan lagi, ia tak percaya lagi dengan ucapan keluarga Alexander. Kemarin saja mama nya Alexander berjanji akan membela dan menolong Sarah nyatanya hanya diam saja. "Jadi berita ini sudah sampai kepada nyonya Elizabeth?." tanya Daniel penasaran. "Jelas saja, kenapa emang?. Pantas saja nya dia maksa buat jangan beritahu dengan kak Sarah karena ini dia ingin menyembunyikan perbuatan putra nya. " ucap Amelia kesal. Daniel terdiam, ia berfikir mungkin kah Elizabeth tau tentang Emily karena Amelia. Jika seperti ini maka Sarah akan tau cepat atau lambat tentang perselingkuhan Alexander. "Amelia, aku bisa minta tolong sesuatu dengan mu?." tanya Daniel. "Tentang apaan?, tentang menutup
Alexander pulang ke rumah dengan suasana hati tidak enak sama sekali, ia memikirkan apa yang diucapkan oleh Amelia. "Tuan Alex, apa yang sedang anda pikir kan?." tanya Daniel penasaran. "Kenapa?, kenapa aku ngga pernah merasakan kebahagiaan?, Aku yang terjebak dalam pernikahan karena hubungan satu malam, dan kini aku harus memilih antara orang yang ku cintai atau ibu dari calon anakku. " ucap Alexander. "Tuan, lebih baik anda memilih orang yang bersama anda sekarang?." Alexander menghela nafas kasarnya, ia tau apa yang dimaksud oleh Daniel, pastinya Daniel lebih memilih Sarah dibanding kan Emily. "Sudahlah Daniel seperti nya aku salah meminta pendapat mu." "Maaf tuan aku hanya bisa membantu seperti itu saja." Alexander meminta Daniel untuk mengendarai mobilnya dengan cepat. Tak butuh waktu lama mereka pun tiba dirumah. Alexander langsung masuk kedalam tanpa basa-basih, bahkan ia pun mengacuhkan kehadiran mama papa nya yang duduk diruang tamu. "Daniel, ada apa dengan Al
Setelah beberapa hari Sarah terus mengawasi Alexander, ia bisa merasakan bahwa Alexander benar-benar berubah. Alexander yang sering pulang malam,jarang makan dirumah bahkan ia sering memberikan perhatian kecil padahal tidak diinginkan oleh Sarah. "Mama, aku izin keluar bentar." "Sarah, mau kemana sayang?." "Emm,, aku ingin bertemu dengan ayah biasa mah aku lagi kangen pengen lihat ayah dari jauh" ucap Sarah. Elizabeth tersenyum ia mengangguk iya, bahkan Elizabeth menawarkan penjagaan yang ketat dengan Sarah agar tidak terjadi sesuatu di luar sana. "Ngga perlu mah, aku baik-baik saja kok. Cukup pergi dengan sopir aja. " ucap Sarah. "Iya sudah jika emang seperti itu, aku akan pinta Daniel untuk menemanimu. " Sarah mengalihkan pandangannya, ia berfikir jika dia pergi dengan Daniel maka semuanya akan tahu. Sarah tak ingin jika Elizabeth mengetahui bahwa Alexander sudah berubah. "Sarah, ada apa?." "Ngga apa-apa kok ma, aku pergi sendiri saja dengan sopir lain. Daniel biark