Irwan terdiam didepan teras rumah, ia mengingat putri nya yaitu Sarah. Sudah satu bulan ia tak bertemu semenjak pertemuan paksa yang dilakukan Alexander diam-diam. "Ayah, tumben didepan nungguin Amelia ya?." tanya Amelia tersenyum. "Iya nak, kamu sudah pulang kuliah. ""Umm,, iya yah tadi ada sedikit pelajaran yang sulit aku mengerti yah." keluh Amelia. Irwan hanya tersenyum, pikirannya selalu menuju ke Sarah yang sebentar lagi ulang tahun. Irwan sangat ingin merayakan hari ulang tahun Sarah, tapi disisi lain ia tak tega menghianati Amelia. "Ayah kenapa diam aja? ada sesuatu?." tanya Amelia bingung. "Ayah hanya rindu dengan kakak mu saja nak, bentar lagi diulang tahun. Ayah pengen melihat dia meniup lilin. " ucap Irwan. Amelia terdiam, ia menghela nafas kesalnya. Tapi ia tak ingin jika ayahnya berdekatan dengan Sarah. "Umm,, ayah mau makan apa biar Amelia masakin." "Sudah mel, tadi ibu mu sudah masakin ayah." ucap Irwan. Amelia menganggukkan kepala, ia masuk kedalam rumah. Ia
Daniel menarik tangan Amelia membawa ke ruangan lain, ia menanyakan dari mana Amelia mengetahui tentang perselingkuhan Alexander. "Kok anda kepo sekali ya." "Emm,, jelas karena ini menyangkut tuan ku. " "Hah,, lalu anda membela nya padahal jelas-jelas dia salah." ucap Amelia kesal. Amelia udah tak tahan lagi, ia tak percaya lagi dengan ucapan keluarga Alexander. Kemarin saja mama nya Alexander berjanji akan membela dan menolong Sarah nyatanya hanya diam saja. "Jadi berita ini sudah sampai kepada nyonya Elizabeth?." tanya Daniel penasaran. "Jelas saja, kenapa emang?. Pantas saja nya dia maksa buat jangan beritahu dengan kak Sarah karena ini dia ingin menyembunyikan perbuatan putra nya. " ucap Amelia kesal. Daniel terdiam, ia berfikir mungkin kah Elizabeth tau tentang Emily karena Amelia. Jika seperti ini maka Sarah akan tau cepat atau lambat tentang perselingkuhan Alexander. "Amelia, aku bisa minta tolong sesuatu dengan mu?." tanya Daniel. "Tentang apaan?, tentang menutup
Alexander pulang ke rumah dengan suasana hati tidak enak sama sekali, ia memikirkan apa yang diucapkan oleh Amelia. "Tuan Alex, apa yang sedang anda pikir kan?." tanya Daniel penasaran. "Kenapa?, kenapa aku ngga pernah merasakan kebahagiaan?, Aku yang terjebak dalam pernikahan karena hubungan satu malam, dan kini aku harus memilih antara orang yang ku cintai atau ibu dari calon anakku. " ucap Alexander. "Tuan, lebih baik anda memilih orang yang bersama anda sekarang?." Alexander menghela nafas kasarnya, ia tau apa yang dimaksud oleh Daniel, pastinya Daniel lebih memilih Sarah dibanding kan Emily. "Sudahlah Daniel seperti nya aku salah meminta pendapat mu." "Maaf tuan aku hanya bisa membantu seperti itu saja." Alexander meminta Daniel untuk mengendarai mobilnya dengan cepat. Tak butuh waktu lama mereka pun tiba dirumah. Alexander langsung masuk kedalam tanpa basa-basih, bahkan ia pun mengacuhkan kehadiran mama papa nya yang duduk diruang tamu. "Daniel, ada apa dengan Al
Setelah beberapa hari Sarah terus mengawasi Alexander, ia bisa merasakan bahwa Alexander benar-benar berubah. Alexander yang sering pulang malam,jarang makan dirumah bahkan ia sering memberikan perhatian kecil padahal tidak diinginkan oleh Sarah. "Mama, aku izin keluar bentar." "Sarah, mau kemana sayang?." "Emm,, aku ingin bertemu dengan ayah biasa mah aku lagi kangen pengen lihat ayah dari jauh" ucap Sarah. Elizabeth tersenyum ia mengangguk iya, bahkan Elizabeth menawarkan penjagaan yang ketat dengan Sarah agar tidak terjadi sesuatu di luar sana. "Ngga perlu mah, aku baik-baik saja kok. Cukup pergi dengan sopir aja. " ucap Sarah. "Iya sudah jika emang seperti itu, aku akan pinta Daniel untuk menemanimu. " Sarah mengalihkan pandangannya, ia berfikir jika dia pergi dengan Daniel maka semuanya akan tahu. Sarah tak ingin jika Elizabeth mengetahui bahwa Alexander sudah berubah. "Sarah, ada apa?." "Ngga apa-apa kok ma, aku pergi sendiri saja dengan sopir lain. Daniel biark
Irwan melihat Amelia duduk sendrian di teras rumah, ia menghampiri Amelia yang sedang melamun. "Amel,, " sapa Irwan. "Eh, ayah ada apa? kok kesini, kak Sarah dimana?." tanya Amelia. "Sarah ada, sedang di kamar nya. " Amelia tersenyum mengangguk, ia mengalihkan pandangannya kearah lain seraya memanyunkan bibirnya. Irwan bisa merasakan perasaan Amelia sekarang. "Sayang, terimakasih ya." "Emm,, terimakasih untuk apa yah?." tanya Amelia bingung. "Terimakasih karena kamu memberikan kesempatan untuk ayah bertemu dengan Sarah. Ayah benar merindukan nya, ayah sangat bahagia nak diusia ayah yang tak lagi muda akhirnya bisa melihat kedua putri ayah dirumah ini. " ucap Irwan. Amelia menundukkan kepala nya, ia menghela nafas panjangnya merasakan ada kebahagiaan kecil ada juga rasa sakit saat ayah nya berbicara seperti itu. "Haha,, apaan sih yah, lagian aku tadi liat dia didepan gerbang rumah kita iya udah aku suruh sekalian masuk kan. " ucap Amelia. "Iya ayah tahu, sebenarnya h
Kebetulan Sarah pulang dari rumah ayahnya agak malam, ia tiba pukul 20:30.Dimana keadaan rumah sudah mulai rusuh karena kuatir dengan keadaan Sarah, mana lagi telepon nya tak dapat dihubungi. "Selamat malam." sapa Sarah tersenyum. Sarah melihat mama dan papa nya menatap tanpa ekspresi ditambah tatapan tajam dari Alexander. Sarah merasakan bulu nyan berdiri, ia takut jika mereka marah terhadapnya. "Kau lihat disana." ucap Alexander menujuk kearah belakang Sarah. Sarah berbalik badan, ia melihat jam dinding besar menunjukkan jarum ke angka setengah sembilan. Seketika Sarah menelan ludahnya, ia bisa merasakan hawa panas kemarahan dari Alexander. "Iya aku melihat nya. ""Lalu kenapa kamu pulang lewat dari jam 3 sore, dimana kamu seharian?, apa kamu bertemu dengan Dr. Bayu hah?." tanya Alexander. "Hah,, ngga lah mas. Aku pulang kerumah ayah, aku jengukin dia. ""Ngga usah berbohong Sarah, aku tahu bahwa ibu dan adik mu tak memberikan izin kepada mu untuk berubah temu dengan ayah mu.
Hati Sarah benar-benar terasa teriris, ia merasakan pilu dikehidupannya. Sarah hanya mampu menangis di ujung tempat tidur seraya mengelus perutnya. krekkkk,, suara pintu kamar terbuka,bayangan tinggi besar memasuki kamar Sarah, dengan secara perlahan ia berjalan menuju kearah Sarah. "Sarah aku ingin berbicara empat mata dengan mu.""Bukan kah dikamar ini hanya terdapat kita berdua mas.""Sarah, bukan maksud ku melukai mu. Tapi ku mohon kamu juga ngertiin aku, aku sayang dengan Emily aku ngga bisa kehilangan dia untuk kedua kalinya. " ucap Alexander. Hati Sarah terasa amat sakit mendengar pengakuan suaminya, ia merasa hidup nya tak ada gunanya sama sekali. Sarah tinggal di rumah besar, dengan kehidupan serba ada namun ia harus merasakan sakit hati. "Baiklah, lalu kenapa mas Alex melarang aku untuk dekat dengan dokter Bayu, kenapa mas fitnah aku yang melakukan perselingkuhan, kenapa mas?." tanya Sarah dengan air mata terus mengalir. "Sarah aku ngga pernah nuduh kamu selingkuh, aku
Alexander datang ke rumah Emily atas permintaan Emily. Dia beralasan bahwa keran di rumahnya tiba-tiba bocor, dan Alexander merasa wajib untuk membantu.Saat Alexander mengetuk pintu, Emily membukanya dengan senyum manis. "Terima kasih sudah datang, Alex. Keran di dapur benar-benar kacau. Aku tidak tahu harus menghubungi siapa lagi.""Di mana kerannya? Aku akan coba melihat apa yang bisa kulakukan." ucap Alexander mengangguk, berusaha tetap tenang meskipun hatinya penuh keraguan.Emily memimpin Alexander ke dapur, tetapi ketika mereka sampai di sana, Alexander segera menyadari bahwa tidak ada yang salah dengan keran itu. Semuanya tampak normal. Dia berbalik untuk menatap Emily dengan tatapan curiga."Emily, apa maksud semua ini? Kerannya baik-baik saja."Emily tersenyum, tetapi ada kilatan licik di matanya. "Alex, aku merindukanmu. Kita sudah terlalu lama berpisah. Aku ingin kita menghabiskan waktu bersama, seperti dulu." "Emily,kau menelpon ku hanya untuk hal bodoh seperti ini,aku s