Hari ini Amelia akan pergi ke suatu tempat dengan teman-temanya. Namun ia tak sengaja melihat Alexander duduk sendirian di cafe tanpa seorang teman. "Itu kan kak Alex, sama siapa dia? sama kak Sarah atau sama om Daniel. " ucap Amelia sendirian. Amelia terus menatap Alexander, karena seperti nya Alexander menunggu seseorang. Hal tersebut lah membuat Amelia penasaran, masa iya Alexander menunggu Sarah harusnya Sarah sudah duduk didepan Alexander. "Amelia ayo pulang." ajak salah satu temannya. "Ohh,, kalian aja duluan nanti aku susul." "Tapi kan kita udah selesai ngerjain tugasnya." "Iya duluan aja, nanti aku susul deh kalo ngga aku pulang naik taksi." ucap Amelia. Teman-teman mengangguk iya, dan mereka segera pergi meninggalkan Amelia sendiri. Mata Amelia terus memperhatikan Alexander, sampai seseorang wanita muda menghampiri Alexander. "Loh loh itukan bukan kak Sarah, siapa dia." ucap Amelia terkejut.. Amelia juga melihat wanita tersebut mencium pipi kanan kiri Alexander, bahk
Setelah mendapat informasi dari Amelia, Elizabeth langsung mengepalkan tangannya ia takut jika Sarah tau tentang kepulangan Emily. "Mama kok disini?." tanya Sarah tiba-tiba. "Oh bukan apa-apa kok sayang.""Ohiya ma, tadi kayak nya ada yang manggil-manggil aku? siapa ya mah?." tanya Sarah melihat kearah luar. "Bukan siapa-siapa sayang, biasa orang yang mintak sedekah. Jadi bibi manggil kamu karena mama sedang mandi tadi.".Sarah mengangguk iya , Sarah duduk di sofa seraya bermain ponsel. Sedangkan Elizabeth ketakutan jika Sarah mengetahui apa yang dilakukan oleh Alexander. "Amelia, kenapa ya nelpon aku." ucap Sarah. "Siapa Sarah?." tanya Elizabeth"Oh ini mah, Amelia tadi nelepon 2 panggilan tak terjawab." Sarah berniat ingin menelpon Amelia, namun ditahan oleh Elizabeth. Elizabeth berusaha mengalihkan perhatian Sarah, agar Sarah tak fokus lagi dengan Amelia. "Sarah, bagaimana kemarin kamu cek kandungan?, apa kata Dr. Bayu?." tanya Elizabeth. "Ohh,, iya mah aku lupa beri kabar
Elizabeth mencari tahu tentang keberadaan Emily dan berakhir menemukan hal yang membuat nya terkejut yaitu keberadaan Emily di apartemen pribadi milik Alexander. "Alex benar-benar keterlaluan, ini ngga bisa dibiarin." ucap Elizabeth. Elizabeth langsung keluar dari kamar nya, namun terhenti karena suaminya memanggil melihat nya ingin pergi. "Mau kemana mah?. " tanya Suaminya. "Ada sesuatu yang aku harus aku urus pah, ini penting untuk masa depan putra kita dan menantu kita. ""Maksudnya bagaimana?."Elizabeth bercerita bahwa Alexander sudah bertemu dengan Emily bahkan membiarkan Emily tinggal di apartemen pribadi nya. Elizabeth ngga bisa biarkan itu semua, ia tak rela jika putra nya harus bersama dengan seorang wanita matre seperti Emily. "Lalu kamu apakan dia?." "Papa kayak ngga tau mama saja, sejak dulu mama benci dengan wanita itu, intinya mama akan melindungi pernikahan putra kita. ""Baiklah tapi jangan sampai kamu buat masalah ya.""Tenang saja, papa ngga perlu kuatir. Pali
Emily merasa tertampar dengan kata-kata Elizabeth, ia terdiam melihat kepergian Elizabeth begitu saja. Walaupun Alexander membela Emily namun tetap saja Emily merasa kesal. "Sayang, maafin mama kamu kan tau kalo ma... " Iya aku tau kok, tante Eliz ngga bakal pernah suka sama aku. Mau aku sebaik apapun pun, secantik apapun, sepintar apapun tetap saja tante Eliz ngga suka. " ucap Emily kesal. "Emily,, kamu harus tahu mama ngga seperti itu kok, dia hanya.. " Udahlah Lex, mau gimana pun hubungan kita nih ngga bakal dapat restu dari mama kamu. Aku tau kok aku orang yang tidak punya apa-apa, lagian juga cinta ku tulus dengan mu. " ucap Emily. Alexander meraih tangan Emily dan memeluk nya, ia meminta maaf atas tindakan mama nya jika mungkin menyakiti perasaan Emily, tapi Alexander juga tak tahu kenapa mama nya tiba-tiba datang ke apartemen ini, padahal Alexander tak memberitahu nya. "Hem,, aku rasa hubungan kita memang ngga pernah mendapatkan restu dari orang tua mu lex, apa perlu kita
Setiba dirumah, Alexander mengumpulkan semua asisten rumah tangga. Disini Alexander benar-benar marah karena istri nya terjatuh akibat keteledoran dirinya. "Siapa yang bertugas membersihkan kamar mandi kamar ku?." tanya Alexander dengan tatapan mata tajam. "Mas Alex, udahlah aku ngga apa-apa kok. Lagian ini bukan salah mereka, aku yang salah tidak berhati-hati. " sahut Sarah. "Apaan sih Sarah, kalo hal seperti ini dibiarkan semuanya akan ngulanjak." Amarah Alexander benar-benar tak terbendung kan, ia benar-benar kesal dan marah. Ia tak akan memaafkan siapapun itu yang membuat istrinya terjatuh apa lagi sampai calon anaknya hilang. "Kenapa semua diam saja, apakah kalian tidak memiliki mulut hah. " teriak Alexander. "Alex, kamu kenapa jadi seperti ini. Ayolah nak ini hanya kecelakaan kecil saja." ucap Papa nya Alexander. "Pah, ini semua ngga bisa dianggap sepele. Bagiku tetap saja ini kesalahan besar, aku ngga akan pernah kasih peluang orang yang udah buat istri ku terjatuh sampa
Alexander yang sibuk mengurus Sarah, membuatnya lupa memberikan kabar kepada Emily hal tersebut lah membuat masalah bagi hubungan Alexander dan Emily. "Kenapa Alex ngga susah dihubungi sih, ada apa sebenarnya?." Emily terus menerus menghubungi Alexander namun tak ada di jawaban dari Alexander, mana nomer Alexander sulit sekali dihubungi membuat Emily frustasi. Emily bolak balik ruangan apartemen seraya melihat ponselnya, sudah lebih tiga hari Alexander menghilang sejak kedatangan Elizabeth di apartemen mereka. "Pasti ini gara-gara tante Eliz, Alex ngga pernah kek gini kalo ngga gara-gara wanita tua itu." oceh Emily. Emily melemparkan ponselnya ke atas kasur, tiba-tiba ada suara bell berbunyi membuat Emily bahagia ia pikir itu adalah Alexander. "Alex,, "Emily langsung berlarian menuju pintu apartemen, namun saat ia membuka pintu ia terkejut, Karena yang datang bukanlah Alexander melainkan Elizabeth. "Tante.. Plakk... Elizabeth langsung melayangkan satu tamparan kepada Emily.
Suatu malam Alexander melihat Sarah sudah tertidur pulas, rasanya ada sesuatu yang menganggu pikirannya, Ia ingin sekali menghubungi Emily. "Kenapa aku jadi kangen berat nya dengan Emily. " ucap Alexander. Alexander beranjak dari tempat tidurnya, ia meraih laci mengambil ponsel cadangannya. Alexander berjalan pelan menuju ke kamar mandi, ia rasa disana lah tempat aman untuk menghubungi Emily. "Ayoo,, Emily angkat kenapa lama sekali.""Hallo kenapa?, kenapa kamu menghubungi ku setelah sekian lama menghilang?." tanya Emily dari panggilan. "Sayang maaf, aku sedang sibuk ada beberapa pekerjaan yang harus aku urus. " Emily hanya menghela nafas, ia merasa kesel dengan Alexander. Hilang nya Alexander beberapa hari sudah membuat nya berada dalam masalah besar. "Masalah besar?, maksudnya?." tanya Alexander penasaran. "Kamu tahu, mama ku tadi siang kesini. Dia usir aku dari apartemen mu lex, semua barang-barang yang kamu belikan diambil dia, mama mu benar-benar jahat banget lex." "Mama
Sarah yang mendapatkan panggilan dari Dr. Bayu, ia segera meminta izin kepada Elizabeth. "Sarah mau kemana?, kok udah rapih aja." tanya Elizabeth yang bingung dengan penampilan Sarah. "Um,, aku mau pergi sebentar mah, soalnya Dr. Bayu tadi nelpon Sarah katanya ada sesuatu yang harus didiskusikan." ucap Sarah. Elizabeth terdiam, ia bingung harus bagaimana. Mana bisa ia mengizinkan Sarah pergi sedangkan Sarah sedang hamil besar, tapi yang ingin ia temui adalah Dokternya sendiri. "Bagaimana jika Dr. Bayu suruh kesini aja, dari pada kamu jauh-jauh sayang capek nanti. " ucap Elizabeth. "Ngga bisa mah, kata Dr. Bayu aku harus menemuinya di cafe sekitar rumah sakit dia, aman mah tenang aja kan aku pergi ngga sendiri ada sopir juga. " "Iya mama tau, tapi mama takut jika terjadi sesuatu dengan mu. ""Ngga kok mah, aman boleh nya ma?." tanya Sarah penuh harap. Elizabeth bisa saja mengizinkan Sarah pergi, tapi bagaimana jika Alexander pulang dan mencari keberadaan Sarah pasti nanti Elizab