Begitu mengetahui kabar sakitnya Romeo dari pembantu Bintang. Riska segera mengajak Dasha untuk bertemu. Tentu pertemuan itu untuk membahas rencana dari Dasha yang mungkin ingin menjenguk anaknya tersebut. Kembali sebuah restoran mewah menjadi tempat pertemuan dari Riska dan Dasha. Riska sudah tidak sabar untuk mengabarkan pada Dasha akan kondisi sakit yang dialami oleh Romeo. Bukan tidak mungkin Dasha akan sedih mendengar kabar yang akan dibawa oleh Riska pada dirinya. Sebelum benar-benar bertemu dengan Dasha, Riska mencoba mencari cara untuk mengatakan hal buruk itu pada Dasha. Ia tahu itu tidak akan mudah untuk Dasha. Mengetahui anaknya sakit adalah hal yang sulit untuk Dasha. Apalagi Dasha begitu mencintai kedua anaknya. Baru beberapa cara dicoba oleh Riska, Dasha yang sudah di tunggu olehnya. Sudah datang dengan wajah paniknya serta penasaran. Ia tentu ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Romeo. Kabar buruk itu benar-benar membuat Dasha penasaran. "Apa yang terjadi den
Bintang masih belum bisa tenang dengan kondisi dari Romeo. Anak itu masih belum sadarkan diri hingga saat ini. Ada sedikit kekhawatiran yang terus melanda hatinya. Pikiran dari Bintang juga tidak bisa hilang dari hal buruk. Sepertinya Bintang harus segera membuang jauh-jauh apa yang ada di pikirannya saat ini. Hal buruk akan Romeo terus membayangi dirinya, sehingga Bintang harus bisa menjernihkan pikirannya tersebut. Bintang mengangkat kedua tangannya, dia malu akan Tuhan. Sudah berapa lama ia tidak pernah bersujud. Sehingga ia merasa tidak pantas meminta bantuan pada Tuhan. Bintang yang sudah siap berdoa, seketika kembali mengurungkan niatnya. Orang sepertinya, dirasa tidak pantas mendapatkan sebuah mukjizat dari Tuhan. Tidak akan sampai doa dari Bintang, sebab ia merasa bukan hamba yang taat. Bintang hanya menangis melihat kondisi dari Romeo. Tidak tahu harus melakukan tindakan apapun, sehingga anaknya itu bisa kembali pulih dari sakitnya. Ditengah rasa sedih yang semakin dalam
Ada sedikit suara yang berbeda ketika Dasha membuka pintu rumah. Dia mendengar bagaimana indahnya suara piano yang ada di dalam rumah. Entah siapa yang bermain piano, tetapi suara piano itu benar-benar candu saat masuk ke dalam telinganya. Dasha terus mengikuti setiap alunan musik yang dihasilkan oleh suara piano tersebut. Bagi dirinya ini adalah alunan piano yang begitu indah. Dasha menyukai alunan piano yang lembut tersebut. Sehingga Dasha merasa alunan piano itu begitu enak untuk dijadikan lantunan saat berdansa. Benar yang ada dipikiran seorang Dasha, suara piano itu dimainkan oleh Oscar. Dia melihat dokter cabul itu sedang bermain piano dengan begitu baiknya. Wajahnya terlihat begitu bersemangat saat menekan setiap keyboard yang ada di pianonya. Dasha berjalan dengan sedikit hentakan kaki, mengikuti irama yang muncul dari piano tersebut. Suara hentakan kaki Dasha semakin lembut terdengar. Begitu ia mulai berada di dekat Oscar. Oscar seketika menghentikan permainan piano indahn
Dasha duduk di atas kasur dengan wajah kusut. Rasanya ia masih tidak percaya dengan penolakan yang dilakukan oleh Oscar pada dirinya. Sepertinya ini adalah penolakan yang begitu menyakitkan untuk Dasha. Tetapi ia harus legowo dalam menerima semuanya. Dasha melirik ke arah cermin, melihat bagaimana wajahnya yang terlihat semakin kusut. Make up seharian yang dia kenakan, semakin memudar. Sehingga ia harus segera menghapus make up di wajahnya tersebut. Dasha mengambil beberapa lembar tissue kering dan basah. Mengelap dengan tissue itu sedikit make up yang masih menempel. Sebelum ia pergi ke dalam kamar mandi untuk membersihkan seluruh bagian wajahnya yang masih terdapat make up. Dasha benar-benar membersihkan seluruh tubuhnya. Membuatnya semakin harum dengan aroma kasturi dari sabun yang ada di dalam kamar mandinya. Tubuhnya seketika begitu beraroma wangi yang segar. Siapa pun yang berada di dekat Dasha, ia akan menikmati aroma kasturi yang lembut. Dasha ingat betul, jika Oscar begit
Dasha sudah tidak merasa malu lagi saat berjalan di dalam rumah hanya dengan celana dalam saja. Sudah tidak ada rasa malu lagi yang dirasakan oleh Dasha pada Oscar. Ia terlihat sudah terbiasa berpakaian minim di hadapan Oscar. Dasha pun menyambangi Oscar yang sedang memasak nasi goreng istimewa untuk sarapan pagi ini. Dia mencium aroma nasi goreng yang lezat. Sehingga Dasha tertantang untuk mencicipi nasi goreng yang dibuat oleh Oscar tersebut. Oscar pun sudah mulai tidak kaget melihat Dasha yang hanya mengenakan celana dalam saja di dalam rumah. Lingerie tipis yang menerawang dua gunung milik Dasha, seolah tidak ada artinya. Mengingat lingerie itu hanya menutupi bagian tubuh Dasha sampai pusarnya saja. Sementara sisanya, bisa terekspos oleh mata Oscar secara langsung. Oscar yang usil, seketika memukul pantat dari Dasha. Sedikit sakit, tapi Dasha suka dengan pukulan yang diberikan oleh Oscar pada dirinya. Sepertinya itu adalah pukulan yang lumayan keras. Tetapi Dasha menyukai apa y
Sebelum duduk di kursi miliknya, Dasha terlihat mengibaskan terlebih dahulu rambutnya. Dia ingin memamerkan rambutnya yang sudah cukup wangi tersebut. Sehingga Oscar bisa mencium aroma wangi yang muncul dari rambut Dasha. "Bagaimana dengan rambutku?" tanya Dasha kembali mengibas rambutnya yang sedikit basah. "Sama saja, tetap hitam dan panjang." jawab Oscar mengambil piring. "Maksudku aromanya, apa kamu mencium aroma yang berbeda?" tanyanya kembali. "Sama saja. Mending kamu sarapan saja, nasi goreng istimewa buatanku sudah jadi. Jadi kita bisa makan bersama." ucap Oscar mengambil nasi goreng ke piringnya. Dasha mencium kembali aroma nasi goreng yang berada di hadapannya. Ia begitu terpesona dengan aroma nasi goreng tersebut. Aroma nasi goreng itu cukup membuat ia merasa gembira. Sudah tidak sabar Dasha mencicipi rasa nasi goreng yang Oscar buat di pagi ini.Oscar memberikan centong nasi untuk Dasha mengambil nasi goreng itu ke piringnya. Dengan penuh semangat, Dasha mulai mengamb
Irina terlihat begitu bahagia saat menyaksikan dirinya begitu cantik dengan gaun pengantin berwarna putih. Ia tersenyum di depan cermin dengan senyuman yang penuh kegembiraan. Sepertinya ini adalah penampilan tercantik dari seorang Irina. Dia terlihat begitu mempesona dengan gaun pengantin yang dikenakan olehnya. Tidak ingin kehilangan momen yang ada, Irina pun langsung mengabadikan momen itu dengan langsung mengambil photo dengan handphone pintarnya. Beberapa kali ia mengambil gambar dengan dirinya yang masih mengenakan gaun pengantin tersebut. Tetapi Irina masih merasa kurang, sebab Bintang tidak ada di sisinya saat ini. Dia pun berharap Bintang akan bersama dengan dirinya saat ini. "Rasanya kurang saja, tidak ada Bintang saat ini. Padahal aku berharap dia ada saat ini. Memang anaknya itu beban untuk hubunganku dengan Bintang. Aku harap dia tidak akan menggangu hubunganku lagi dengan Bintang. Aku benci anak itu." ucap Irina dengan begitu kesalnya. Dia mencari nomor Bintang, mula
Dasha di kejutkan dengan suara bel yang berbunyi dari gerbang rumah. Seseorang sepertinya datang ke rumah untuk mengantarkan sesuatu pada Oscar. Sehingga Dasha segera membuka gerbang rumah. Orang yang sama, dengan paket yang sama kembali datang ke rumah Oscar. Pengirim paket dari pacar Oscar, kembali datang dengan sebuah paket berukuran besar. Jika dilihat dari ukuran yang ada. Sepertinya paket itu berisi sepasang sepatu. Bentu paket itu, menyerupai kardus sepatu. Tidak heran bagi Dasha untuk menebak isi paket itu adalah sepatu. "Apakah ini paket untuk Oscar?" tanya Dasha. "Benar sekali, ini paket untuk dokter Oscar." jawab si kurir dengan penuh semangat. Kurir itu pun memberikan sebuah kertas yang harus ditandatangani. Itu adalah bukti, jika paket sudah diterima oleh Dasha sebagai perwakilan dari Oscar. Kurir itu segera pergi dari rumah Oscar, sebab dia masih harus mengirim paket lainnya. Dasha semakin penasaran dengan isi paket yang dikirim oleh pacar Oscar tersebut. Apakah ben