Dasha duduk di atas kasur dengan wajah kusut. Rasanya ia masih tidak percaya dengan penolakan yang dilakukan oleh Oscar pada dirinya. Sepertinya ini adalah penolakan yang begitu menyakitkan untuk Dasha. Tetapi ia harus legowo dalam menerima semuanya. Dasha melirik ke arah cermin, melihat bagaimana wajahnya yang terlihat semakin kusut. Make up seharian yang dia kenakan, semakin memudar. Sehingga ia harus segera menghapus make up di wajahnya tersebut. Dasha mengambil beberapa lembar tissue kering dan basah. Mengelap dengan tissue itu sedikit make up yang masih menempel. Sebelum ia pergi ke dalam kamar mandi untuk membersihkan seluruh bagian wajahnya yang masih terdapat make up. Dasha benar-benar membersihkan seluruh tubuhnya. Membuatnya semakin harum dengan aroma kasturi dari sabun yang ada di dalam kamar mandinya. Tubuhnya seketika begitu beraroma wangi yang segar. Siapa pun yang berada di dekat Dasha, ia akan menikmati aroma kasturi yang lembut. Dasha ingat betul, jika Oscar begit
Dasha sudah tidak merasa malu lagi saat berjalan di dalam rumah hanya dengan celana dalam saja. Sudah tidak ada rasa malu lagi yang dirasakan oleh Dasha pada Oscar. Ia terlihat sudah terbiasa berpakaian minim di hadapan Oscar. Dasha pun menyambangi Oscar yang sedang memasak nasi goreng istimewa untuk sarapan pagi ini. Dia mencium aroma nasi goreng yang lezat. Sehingga Dasha tertantang untuk mencicipi nasi goreng yang dibuat oleh Oscar tersebut. Oscar pun sudah mulai tidak kaget melihat Dasha yang hanya mengenakan celana dalam saja di dalam rumah. Lingerie tipis yang menerawang dua gunung milik Dasha, seolah tidak ada artinya. Mengingat lingerie itu hanya menutupi bagian tubuh Dasha sampai pusarnya saja. Sementara sisanya, bisa terekspos oleh mata Oscar secara langsung. Oscar yang usil, seketika memukul pantat dari Dasha. Sedikit sakit, tapi Dasha suka dengan pukulan yang diberikan oleh Oscar pada dirinya. Sepertinya itu adalah pukulan yang lumayan keras. Tetapi Dasha menyukai apa y
Sebelum duduk di kursi miliknya, Dasha terlihat mengibaskan terlebih dahulu rambutnya. Dia ingin memamerkan rambutnya yang sudah cukup wangi tersebut. Sehingga Oscar bisa mencium aroma wangi yang muncul dari rambut Dasha. "Bagaimana dengan rambutku?" tanya Dasha kembali mengibas rambutnya yang sedikit basah. "Sama saja, tetap hitam dan panjang." jawab Oscar mengambil piring. "Maksudku aromanya, apa kamu mencium aroma yang berbeda?" tanyanya kembali. "Sama saja. Mending kamu sarapan saja, nasi goreng istimewa buatanku sudah jadi. Jadi kita bisa makan bersama." ucap Oscar mengambil nasi goreng ke piringnya. Dasha mencium kembali aroma nasi goreng yang berada di hadapannya. Ia begitu terpesona dengan aroma nasi goreng tersebut. Aroma nasi goreng itu cukup membuat ia merasa gembira. Sudah tidak sabar Dasha mencicipi rasa nasi goreng yang Oscar buat di pagi ini.Oscar memberikan centong nasi untuk Dasha mengambil nasi goreng itu ke piringnya. Dengan penuh semangat, Dasha mulai mengamb
Irina terlihat begitu bahagia saat menyaksikan dirinya begitu cantik dengan gaun pengantin berwarna putih. Ia tersenyum di depan cermin dengan senyuman yang penuh kegembiraan. Sepertinya ini adalah penampilan tercantik dari seorang Irina. Dia terlihat begitu mempesona dengan gaun pengantin yang dikenakan olehnya. Tidak ingin kehilangan momen yang ada, Irina pun langsung mengabadikan momen itu dengan langsung mengambil photo dengan handphone pintarnya. Beberapa kali ia mengambil gambar dengan dirinya yang masih mengenakan gaun pengantin tersebut. Tetapi Irina masih merasa kurang, sebab Bintang tidak ada di sisinya saat ini. Dia pun berharap Bintang akan bersama dengan dirinya saat ini. "Rasanya kurang saja, tidak ada Bintang saat ini. Padahal aku berharap dia ada saat ini. Memang anaknya itu beban untuk hubunganku dengan Bintang. Aku harap dia tidak akan menggangu hubunganku lagi dengan Bintang. Aku benci anak itu." ucap Irina dengan begitu kesalnya. Dia mencari nomor Bintang, mula
Dasha di kejutkan dengan suara bel yang berbunyi dari gerbang rumah. Seseorang sepertinya datang ke rumah untuk mengantarkan sesuatu pada Oscar. Sehingga Dasha segera membuka gerbang rumah. Orang yang sama, dengan paket yang sama kembali datang ke rumah Oscar. Pengirim paket dari pacar Oscar, kembali datang dengan sebuah paket berukuran besar. Jika dilihat dari ukuran yang ada. Sepertinya paket itu berisi sepasang sepatu. Bentu paket itu, menyerupai kardus sepatu. Tidak heran bagi Dasha untuk menebak isi paket itu adalah sepatu. "Apakah ini paket untuk Oscar?" tanya Dasha. "Benar sekali, ini paket untuk dokter Oscar." jawab si kurir dengan penuh semangat. Kurir itu pun memberikan sebuah kertas yang harus ditandatangani. Itu adalah bukti, jika paket sudah diterima oleh Dasha sebagai perwakilan dari Oscar. Kurir itu segera pergi dari rumah Oscar, sebab dia masih harus mengirim paket lainnya. Dasha semakin penasaran dengan isi paket yang dikirim oleh pacar Oscar tersebut. Apakah ben
Entah aplikasi mana lagi yang harus Irina buka untuk membunuh rasa suntuk yang datang pada dirinya. Sudah hampir semua aplikasi di handphone pintarnya dibuka. Tetapi Bintang tidak urung datang untuk melakukan fitting baju pengantin seperti yang dia harapkan. "Jenuh juga ternyata menunggu seperti ini. Aku sudah bosan melihat semua yang ada di sosial media. Semuanya hal yang tidak penting, aku sudah cukup bosan melihat semua yang ada di sosial media. Semuanya tentang drama kehidupan yang tidak ada manfaatnya sedikit pun." ucap Irina dengan wajah kesalnya. Dia kembali membuka aplikasi pesan singkat di handphone. Berharap akan ada pesan dari Bintang untuk dirinya. Tetapi tidak ada satu pun pesan yang datang pada dirinya. Sehingga ia melanjutkan perjalanan dalam kebosanan itu dengan melihat status dari teman-teman yang ada di kontak handphone-nya. Salah satu status dari temannya cukup membuat Irina khawatir. Bagaimana tidak, temannya itu ditinggalkan oleh pasangan dalam keadaan hamil. T
Oscar sengaja tidak memasukkan mobil miliknya ke dalam rumah. Dia membuka handphone miliknya. Lalu mengirim pesan pada Dasha untuk keluar menemui dirinya."Kamu sibuk hari ini?" pesan yang ditulis Oleh Oscar. Tidak lama berselang, Dasha pun membalas pesan yang dikirim oleh Oscar. "Sepertinya tidak, memang ada apa?" balas Dasha."Aku ingin mengajakmu membeli pakaian untuk pergi kondangan ke tempat Bintang dan Irina. Apa kamu ingin ikut bersamaku?" tawar Oscar. "Boleh jika memang kamu ingin mengajakku." balas Dasha dengan senyuman. "Aku tunggu 5 menit dari sekarang. Kamu harus segera datang keluar rumah." pinta Oscar. Dasha melihat jendela kaca rumah, melihat mobil Oscar yang sudah berada diluar gerbang rumah. Ia pun segera pergi ke kamar untuk mengganti pakaiannya. 5 menit tentu waktu yang singkat untuk bisa mengganti pakaian. Sehingga Dasha harus bisa mengganti pakaiannya secepat mungkin. Tidak ada make up yang dikenakan oleh dirinya. Hanya ada sedikit aroma parfum yang harum di
Dasha seketika dibuat terkejut saat membuka pintu rumah. Wajah marah, dengan dua bola mata yang melotot. Seketika membuat Dasha ketakutan dengan ekspresi yang ditunjukkan oleh ibu Oscar. Seperti seekor singa yang hendak menerkam mangsanya, ibu Oscar menunjukkan ekspresi yang begitu mengerikan di hadapan Dasha. "Selamat siang Tante." sapa Dasha sedikit basa-basi. "Sudah berapa lama kamu tinggal di rumah anak saya?" tanya ibu Oscar dengan wajah marahnya. "Mungkin sekitar kurang dari 2 bulan." jawab Dasha sedikit ketakutan. "Apa yang kamu incar dari anak saya. Harta, atau apa. Sampai kamu rela mengubah wajah kamu untuk mirip dengan mantan anak saya. Padahal saya benci dengan sosok perempuan itu. Kamu seharusnya sadar akan hal itu." ucap ibu Oscar dengan suara tinggi. Dasha tidak bisa mengatakan apapun lagi. Dia hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya. Sepertinya akan semakin rumit saat dia membalas ucapan dari ibu Oscar yang begitu marah pada dirinya. "Jawab! Ayo jawab. Kamu gak