Tiga kali ketukan pintu yang dilakukan oleh ibunya dan Elisa di pintu rumah Oscar. Tidak juga membuat Oscar keluar dari dalam rumahnya. Mereka berdua pun sudah tidak sabar untuk datang memberikan kejutan pada Oscar. Apalagi Elisa yang sudah lama tidak berjumpa dengan Oscar. Sudah merasa rindu melihat wajah Oscar yang tampan tersebut. Satu ketukan kembali dilakukan oleh ibu Oscar. Dengan sedikit kuat, mungkin Oscar akan segera keluar dari dalam rumah. Oscar tetap saja tidak membuka pintu rumahnya. Padahal ibunya sudah mengetuk pintu rumah Oscar dengan cukup kuat. "Mungkin Oscar sedang pergi ke luar Tante. Coba aku telepon dia terlebih dahulu." ucap Elisa mencari nomor telepon Oscar. Seperti biasa, Oscar tidak mengangkat panggilan telepon dari Elisa. Oscar memang tidak pernah mengangkat panggilan telepon dari Elisa. Dia merasa tidak begitu penting bagi Oscar untuk berbicara di telepon dengan Elisa. Sebab Oscar sama sekali tidak nyaman untuk mengobrol dengan Elisa yang terkadang egois
Uwe... Uwe.... Uwe.... Suara muntahan dari seorang Irina terdengar oleh Bintang yang berada di luar kamar mandi bandara. Tidak seperti biasanya yang tidak pernah mabuk perjalanan. Namun kali ini Irina mabuk perjalanan di saat yang tidak tepat bagi Bagi Bintang. Bintang mulai kesal menunggu Irina yang tidak kunjung keluar dari dalam toilet. Padahal dia sudah cukup lama menunggu Irina sedari tadi. Tetapi Irina tidak urung keluar dari dalam toilet. Meninggalkan sebuah pertanyaan besar dari diri Bintang. Mengapa Irina yang sudah sering berpergian ke mana-mana, masih mabuk perjalanan? "Yang... Masih belum selesai juga muntahnya?" tanya Bintang dengan suara yang begitu keras. "Baru nunggu sebentar saja sudah banyak omong. Sabar sedikit bisakan!" jawab Irina dengan nada tinggi. Bintang tentu saja terkejut dengan ucapan dari Irina. Ia sama sekali tidak menyangka Irina akan menjawab dengan nada yang begitu tinggi. Membentak Bintang seperti itu. Bintang pun mulai mengirimkan pesan pada Da
Oscar tidak langsung membangunkan Dasha yang tertidur lelap di mobil. Itu adalah efek dari obat yang diminum oleh Dasha tadi. Ia pun tidur dengan begitu pulasnya. Oscar pun menatap lirih wajah Dasha yang terlihat begitu lelah. Dia mengambil beberapa lembar tissue, sebelum mengelap wajah Dasha yang dipenuhi dengan keringat. Oscar begitu menyukai momen ini. Entah apa yang membuatnya suka, tetapi ini cukup membuat Oscar merasa memiliki sebuah hubungan yang kuat dengan Dasha. Oscar segera keluar dari dalam mobilnya, menyiapkan kasur untuk Dasha tempati. Mungkin ia akan lebih merasa nyaman saat berada di dalam kamarnya dengan kondisi kasur yang begitu rapi. Tidak ada yang harus dirapikan oleh Oscar, semuanya sudah terlihat begitu rapi. Ia segera kembali berjalan menuju mobil, untuk segera membawa Dasha masuk ke dalam kamarnya. Oscar pun sudah tidak sabar untuk segera membuat Dasha beristirahat di dalam kamarnya. Tidak ada suara di dalam mobil, menandakan Dasha yang masih tertidur. Osca
Wajah Bintang langsung dibuat terkejut saat dokter Ferry mengatakan jika Irina saat ini sedang dalam keadaan hamil satu minggu. Tentu kabar kehamilan dari Irina ini begitu mengejutkan Bintang. Ia sama sekali tidak menyangka, Irina akan hamil secepat ini. Apalagi kehamilan dari Irina benar-benar tidak direncanakan. "Apa memang bisa secepat ini, Dok? Mantan istri saya tidak secepat ini. Kamu menikah belum 3 ada 3 minggu. Tapi hebat juga, bisa langsung hamil." tanya Bintang dengan wajah kagetnya. "Kota tidak tahu proses hamil itu akan secepat apa. Tetapi memang ini adanya." jawab dokter Ferry. Irina memukul pundak Bintang dengan begitu kasarnya. "Kamu tidak percaya ini anak kamu. Mengapa kamu berbicara demikian!" Bintang sedikit kesakitan dengan pukulan yang diberikan oleh Irina di pundaknya. Apalagi itu pukulan yang sedikit keras. Ada rasa sakit yang cukup terasa di pundak Bintang. "Bukan begitu Sayang. Aku tidak menyangka kita bisa secepat ini diberikan amanah oleh Tuhan. Waktu it
Elisa seketika memeluk tubuh Oscar dengan begitu eratnya, tak kala Oscar membuka pintu rumahnya. Beragam kata rindu diucapkan oleh dirinya pada Oscar. Ia merasa sudah tidak bisa menahan lagi kerinduan yang ada di dalam hatinya akan Oscar. Sehingga pelukan hangat yang diberikan oleh Elisa pada tubuh Oscar. Seketika menjadi obat yang membakar kerinduan yang ada di dalam hati Elisa. Dari kejauhan, Dasha melihat bagaimana tubuh Oscar dipeluk dengan begitu eratnya oleh Elisa. Entah apa yang dirasakan oleh Dasha. Tetapi perasaannya cukup tidak nyaman dengan pelukan yang diberikan oleh Elisa pada tubuh Oscar. Dasha ingin marah, tapi ia segera sadar diri akan posisi dirinya yang bukan siapa-siapa bagi Oscar. Rasa marah yang bercampur cemburu itu, segera Dasha hilangkan begitu saja. Ia harus bisa lebih ikhlas ketika melihat bagaimana Oscar dipeluk oleh perempuan lain. Oscar mulai tidak nyaman dengan pelukan yang diberikan oleh Elisa. Dia segera mendorong dengan kasar tubuh Elisa. Menjauhkan
Oscar masih terlihat begitu marah dengan kedatangan dari Elisa. Sepertinya Oscar masih belum bisa membuka hatinya kembali pada Elisa. Kematian dari Rena yang penuh misteri, membuat Oscar penasaran akan dalang dari pembunuhan Rena. Oscar masih belum percaya, jika hanya sopir pribadi dari ibunya saja yang membunuh Rena. Oscar melihat ada keterlibatan dari Elisa saat itu. Tidak heran, Oscar merasa Elisa adalah dalang dari pembunuhan yang terjadi pada Rena. Oscar kembali melihat photo Rena yang masih ia simpan dengan baik di laci. Oscar melihat mantan pacarnya itu dengan wajah lirih. Sebab, Oscar tidak urung menemukan sosok pembunuh Rena. "Maafkan aku Rena. Aku belum bisa menemukan dalang pembunuhmu sampai saat ini. Aku masih tidak percaya, jika Pak Amin yang membunuhmu saat itu. Masih janggal rasanya untuk menerima dia dalang pembunuhan itu semua." ucap Oscar dengan suara lirihnya. Dari luar kamar Oscar, Dasha melihat bagaimana Oscar yang begitu bersedih. Dia sama sekali tidak terliha
Bintang rasanya sudah tidak sabar untuk bercinta dengan Irina. Dia merasa malam ini adalah malam yang begitu tepat untuk mereka berdua bisa bercinta. hasrat dia saat ini begitu besar. Bagaikan sebuah arus sungai deras yang mengalir dengan begitu cepatnya. Bintang melihat bagaimana Irina sedang bersolek di depan cermin. Ia baru saja selesai mandi, mungil malam ini Irina pun ingin menjamu Bintang dengan sebuah jamuan yang istimewa. Hingga Irina bersolek dengan begitu cantik untuk membuat Bintang terkesan. Bintang pun berjalan mendekat ke arah Irina. Dia memeluk tubuh istrinya itu dari belakang. Bintang pun mulai menjalankan aksinya untuk membuat Irina terangsang di malam ini. Bagaimana dia mulai menciumi setiap bagian sensitif dari tubuh Irina. Dari bagian leher, sampai bagian lainnya yang mungkin bisa Bintang jamah. Bukannya terangsang, Irina justru merasa gerah dengan apa yang dilakukan oleh Bintang. Tidak ada sedikit pun rasa ingin bercinta dari Irina di malam ini. Ia hanya ingin
Oscar langsung menyentuh tangan Dasha yang berada di atas meja. Dia mengelus lembut tangan Dasar itu dengan sebuah tatapan tajam. Dasha yang sudah hapal betul dengan apa yang diinginkan oleh Oscar. Sudah tidak sabar untuk segera memberikan pelayanan terbaik yang Oscar inginkan. Dasar dan Oscar yang duduk saling berseberangan. Terlihat begitu kuat dalam menatap. Bagaimana mata Oscar tidak henti menatap wajah cantik Dasha di malam ini. Apalagi pakaian tidur tipis yang dikenakan oleh Dasha. Semakin membuat Oscar merasa begitu terangsang dengan apa yang ditampilkan oleh Dasha. Oscar terpesona akan kecantikan yang ada pada Dasha. Dasha dengan kaki nakalnya mulai menjalankan aksi yang bisa membuat Oscar semakin terangsang. Kaki kanan Dasha digunakan untuk membuat tongkat sakti dari Oscar segera berdiri tegak seperti sebuah keadilan yang diharapkan oleh masyarakat. Kaki kanan dari Dasha itu benar-benar melakukan tugasnya dengan begitu baik. Sehingga perlahan Oscar pun semakin terangsang de