Wajah Bintang langsung dibuat terkejut saat dokter Ferry mengatakan jika Irina saat ini sedang dalam keadaan hamil satu minggu. Tentu kabar kehamilan dari Irina ini begitu mengejutkan Bintang. Ia sama sekali tidak menyangka, Irina akan hamil secepat ini. Apalagi kehamilan dari Irina benar-benar tidak direncanakan. "Apa memang bisa secepat ini, Dok? Mantan istri saya tidak secepat ini. Kamu menikah belum 3 ada 3 minggu. Tapi hebat juga, bisa langsung hamil." tanya Bintang dengan wajah kagetnya. "Kota tidak tahu proses hamil itu akan secepat apa. Tetapi memang ini adanya." jawab dokter Ferry. Irina memukul pundak Bintang dengan begitu kasarnya. "Kamu tidak percaya ini anak kamu. Mengapa kamu berbicara demikian!" Bintang sedikit kesakitan dengan pukulan yang diberikan oleh Irina di pundaknya. Apalagi itu pukulan yang sedikit keras. Ada rasa sakit yang cukup terasa di pundak Bintang. "Bukan begitu Sayang. Aku tidak menyangka kita bisa secepat ini diberikan amanah oleh Tuhan. Waktu it
Elisa seketika memeluk tubuh Oscar dengan begitu eratnya, tak kala Oscar membuka pintu rumahnya. Beragam kata rindu diucapkan oleh dirinya pada Oscar. Ia merasa sudah tidak bisa menahan lagi kerinduan yang ada di dalam hatinya akan Oscar. Sehingga pelukan hangat yang diberikan oleh Elisa pada tubuh Oscar. Seketika menjadi obat yang membakar kerinduan yang ada di dalam hati Elisa. Dari kejauhan, Dasha melihat bagaimana tubuh Oscar dipeluk dengan begitu eratnya oleh Elisa. Entah apa yang dirasakan oleh Dasha. Tetapi perasaannya cukup tidak nyaman dengan pelukan yang diberikan oleh Elisa pada tubuh Oscar. Dasha ingin marah, tapi ia segera sadar diri akan posisi dirinya yang bukan siapa-siapa bagi Oscar. Rasa marah yang bercampur cemburu itu, segera Dasha hilangkan begitu saja. Ia harus bisa lebih ikhlas ketika melihat bagaimana Oscar dipeluk oleh perempuan lain. Oscar mulai tidak nyaman dengan pelukan yang diberikan oleh Elisa. Dia segera mendorong dengan kasar tubuh Elisa. Menjauhkan
Oscar masih terlihat begitu marah dengan kedatangan dari Elisa. Sepertinya Oscar masih belum bisa membuka hatinya kembali pada Elisa. Kematian dari Rena yang penuh misteri, membuat Oscar penasaran akan dalang dari pembunuhan Rena. Oscar masih belum percaya, jika hanya sopir pribadi dari ibunya saja yang membunuh Rena. Oscar melihat ada keterlibatan dari Elisa saat itu. Tidak heran, Oscar merasa Elisa adalah dalang dari pembunuhan yang terjadi pada Rena. Oscar kembali melihat photo Rena yang masih ia simpan dengan baik di laci. Oscar melihat mantan pacarnya itu dengan wajah lirih. Sebab, Oscar tidak urung menemukan sosok pembunuh Rena. "Maafkan aku Rena. Aku belum bisa menemukan dalang pembunuhmu sampai saat ini. Aku masih tidak percaya, jika Pak Amin yang membunuhmu saat itu. Masih janggal rasanya untuk menerima dia dalang pembunuhan itu semua." ucap Oscar dengan suara lirihnya. Dari luar kamar Oscar, Dasha melihat bagaimana Oscar yang begitu bersedih. Dia sama sekali tidak terliha
Bintang rasanya sudah tidak sabar untuk bercinta dengan Irina. Dia merasa malam ini adalah malam yang begitu tepat untuk mereka berdua bisa bercinta. hasrat dia saat ini begitu besar. Bagaikan sebuah arus sungai deras yang mengalir dengan begitu cepatnya. Bintang melihat bagaimana Irina sedang bersolek di depan cermin. Ia baru saja selesai mandi, mungil malam ini Irina pun ingin menjamu Bintang dengan sebuah jamuan yang istimewa. Hingga Irina bersolek dengan begitu cantik untuk membuat Bintang terkesan. Bintang pun berjalan mendekat ke arah Irina. Dia memeluk tubuh istrinya itu dari belakang. Bintang pun mulai menjalankan aksinya untuk membuat Irina terangsang di malam ini. Bagaimana dia mulai menciumi setiap bagian sensitif dari tubuh Irina. Dari bagian leher, sampai bagian lainnya yang mungkin bisa Bintang jamah. Bukannya terangsang, Irina justru merasa gerah dengan apa yang dilakukan oleh Bintang. Tidak ada sedikit pun rasa ingin bercinta dari Irina di malam ini. Ia hanya ingin
Oscar langsung menyentuh tangan Dasha yang berada di atas meja. Dia mengelus lembut tangan Dasar itu dengan sebuah tatapan tajam. Dasha yang sudah hapal betul dengan apa yang diinginkan oleh Oscar. Sudah tidak sabar untuk segera memberikan pelayanan terbaik yang Oscar inginkan. Dasar dan Oscar yang duduk saling berseberangan. Terlihat begitu kuat dalam menatap. Bagaimana mata Oscar tidak henti menatap wajah cantik Dasha di malam ini. Apalagi pakaian tidur tipis yang dikenakan oleh Dasha. Semakin membuat Oscar merasa begitu terangsang dengan apa yang ditampilkan oleh Dasha. Oscar terpesona akan kecantikan yang ada pada Dasha. Dasha dengan kaki nakalnya mulai menjalankan aksi yang bisa membuat Oscar semakin terangsang. Kaki kanan Dasha digunakan untuk membuat tongkat sakti dari Oscar segera berdiri tegak seperti sebuah keadilan yang diharapkan oleh masyarakat. Kaki kanan dari Dasha itu benar-benar melakukan tugasnya dengan begitu baik. Sehingga perlahan Oscar pun semakin terangsang de
Dasha langsung berkeringat dengan begitu banyaknya saat baru beberapa langkah dari rumah Oscar. Itu belum jauh, tapi Dasha sudah begitu kelelahan. Mungkin ini efek dari Dasha yang tidak pernah melakukan olahraga seperti joging. Tidak hanya berkeringat, Dasha juga sudah mulai merasa lelah. Padahal Dasha baru berjalan 300 meter dari rumah Oscar. Jarak rumah Oscar ke taman sendiri sekitar 2 kilometer. Tentu masih ada 1,7 kilometer yang harus di tempuh oleh Dasha. Namun dia sudah begitu kelelahan dengan rute yang harus dilalui oleh dirinya. Sehingga Dasha pun harus meminta bantuan pada Oscar untuk menuntun dirinya menuju taman. Di mana Oscar masih cukup kuat untuk menuntun Dasha. "Kamu memang jago olahraga di ranjang saja. Sementara olahraga seperti ini, kamu sudah tidak kuat. Apa perlu kamu latihan berlari lagi?" ucap Oscar mengejek Dasha. Dasha sedikit kesal dengan ejekan yang dilontarkan oleh Oscar. Ia pun bersemangat untuk membuktikan pada Oscar, jika dirinya tidak hanya jago olahr
Tidak ada sedikitpun raut wajah lelah yang di tunjukkan oleh Oscar. Dia sama sekali tidak terlihat capek, atau sekedar merasa lelah usai menggendong Dasha. Ia terlihat biasa saja, bahkan nyaris terlihat bugar. Dasha yang sedikit merasa bersalah pada Oscar, tentu meminta maaf. Ia tidak menyangka akan membuat Oscar sedikit repot dengan tingkahnya. Dasha benar-benar merasa tidak enak hati pada Oscar. Sebab Oscar harus membawa dirinya dengan jarak 700 meter. Itu bukan jarak yang pendek, tapi cukup jauh untuk ukuran jalan kaki. Belum lagi Oscar harus menggendong Dasha. Beban dia menjadi dua kali lipat saat lebih besar. Itulah yang membuat Dasha semakin meras tidak enak hati pada Oscar. Oscar sama sekali tidak mempersoalkan apa yang terjadi. Bagi dirinya, ini adalah hal yang biasa saja. Tidak ada yang harus dipersoalkan, ia benar-benar merasa terbantu dengan apa yang terjadi pada Dasha. Sehingga ia bisa semakin lebih kuat lagi. Kekuatan dari tubuh Oscar semakin terasa lebih besar saat men
Dasha yang sudah lelah, memilih untuk tidak hadir dalam sebuah acara yang Oscar hadiri. Ia ingin beristirahat saja di rumah, meregangkan otot-otot dia yang sedikit tegang, kaget diajak berjalan jauh di pagi ini. Oscar sudah cukup rapi dengan setelan semi formalnya. Wajahnya semakin terlihat tampan dengan sebuah kaos berbalut jas berwarna navy. Oscar benar-benar menunjukkan sisi maskulin yang begitu Dasha sukai. Ia melihat pria itu sebagai cerminan dari pria idaman dari dirinya di masa mendatang. Tidak ingin terlalu lama memandang wajah tampan dari Oscar. Dasha segera menghentikan pujian yang dia berikan pada Oscar. Rasanya itu sudah cukup untuk Dasha berikan. Jika ia terus memberikan pujian pada Oscar, bukan tidak mungkin hal buruk akan terjadi. Dasha segera kembali ke dalam rumah, mungkin tidur sejenak bisa membuat tubuhnya kembali merasakan kenyamanan yang hilang selama dia berolahraga tadi. Baru beberapa langkah menuju pintu rumah, Dasha langsung dikejutkan dengan kedatangan dar