Ibu Oscar datang ke rumah Oscar dengan misi untuk melabrak seorang Dasha. Dia merasa Dasha adalah sosok yang tidak baik di hidup Oscar. Perempuan murahan yang rela mengubah wajahnya demi memenuhi hasrat Oscar akan Rena. Satu hal yang tidak bisa diterima oleh ibu Oscar. Di mana ia merasa apa yang dilakukan oleh Dasha adalah tindakan yang tidak pantas sebagai seorang perempuan. Sepanjang perjalanan menuju rumah Oscar. Ibu Oscar terus memaki Dasha dengan perkataan yang cukup kasar. Dia merasa Dasha adalah sosok perempuan yang memang layak mendapatkan makian seperti yang dia lontarkan. Perempuan hina yang tidak memiliki hati sama sekali. Jadi itu adalah tindakan yang sesuai untuk membuat Dasha merasa tidak berguna sebagai perempuan. "Perempuan itu ingin bermain-main denganku. Aku harus menyusun rencana untuk bisa membuat perempuan murahan itu pergi dari rumah Oscar. Aku tidak menyukai perempuan itu. Dia adalah benalu yang harus segera aku singkirkan dari rumah Oscar." ucap ibu Oscar. T
Irina menceritakan kejadian yang kurang mengenakkan yang terjadi pada Bintang. Di mana dia bercerita pada salah satu temannya, bagaimana ada bekas lipstik yang terdapat di bagian belakang kemeja Bintang. Kejadian itu pun menjadi sebuah pertanda ada seorang perempuan yang berusaha mendekati Bintang. Tentu itu menjadi sebuah ketakutan yang dirasakan oleh Irina sebagai seorang istri. "Apa yang akan kamu lakukan, saat kamu menemukan bekas lipstik di baju suami kamu?" tanya Irina dari panggilan telepon. "Tentu saja aku akan bertanya, mungkin secara detail. Sebab aku yakin itu adalah hal yang cukup serius untukku. Aku tidak mungkin percaya begitu saja dengan dia." jawab teman Irina. Irina tentu saja terhentak dengan jawaban yang diberikan oleh salah satu temannya tersebut. Dia masih belum bisa keras dengan Bintang. Seharusnya Irina bisa lebih keras lagi pada Bintang. Bagaimana pun itu adalah penemuan yang cukup serius yang seharusnya menjadi pertanda bagi Irina akan Bintang. Irina seger
Khawatir akan Irina yang kembali curiga pada Bintang yang menjalin hubungan dengan Dasha. Bintang menggunakan segala cara untuk bisa menghindari kecurigaan yang berlebih dari Irina akan dirinya. Ia pun meminjam akun sosial media salah satu stafnya untuk menghubungi Dasha. Bintang ingin makan siang bersama dengan Dasha. Bintang menelpon salah satu staf kantor untuk meminjamkan akun sosial medianya. Tentu ada bayaran yang cukup besar yang diberikan oleh Bintang pada staf tersebut. Sehingga ia tidak mendapatkan itu secara gratis. Bintang pun berharap staf itu akan menerima permintaan dari Bintang. Tidak lama berselang, staf itu datang ke ruang kerja Bintang. Dia menunjukkan bagaimana sikap yang begitu sopan. Menunduk, sembari menyapa Bintang dengan perkataan yang cukup manis. "Selamat siang Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya staf tersebut. "Ada, saya ingin meminta bantuan kamu." jawab Bintang dengan wajah sumringah."Bantuan apa Pak?" "Bisa saya pinjam handphone kamu sebentar. Sa
Elisa penuh percaya diri saat membawa makanan yang dia buat untuk Oscar. Elisa yakin, Oscar akan menyukai makan siang yang sudah dia buat. Apalagi menu itu adalah menu yang cukup istimewa bagi seorang Oscar. Tidak heran Elisa yakin, jika Oscar akan suka dengan menu yang dibuat oleh dirinya tersebut. "Aku yakin, Oscar akan suka dengan menu makanan yang aku buat. Apalagi menu ini adalah menu yang istimewa. Tentu Oscar akan menyukai menu yang aku buat untuk dirinya. Aku sudah tidak sabar untuk memberikan menu istimewa ini pada Oscar." tutur Elisa di dalam hati. Elisa pun semakin tidak percaya jika hari ini, dia bisa membuat makanan yang memang menjadi favorit dari Bintang. Biasanya Elisa tidak sebaik ini dalam membuat makanan. Tetapi hari ini Elisa bisa membuat menu makanan yang benar-benar bisa dihidangkan dengan baik pada Oscar. Sebelum masuk ke dalam ruang kerja dari Oscar, Elisa menghela nafas terlebih dahulu. Baru dia mengetuk pintu ruang kerja dari Oscar. Satu ketukan pertama ti
Bintang sama sekali tidak bisa fokus dengan pakaian ketat yang dikenakan oleh Dasha. Kedua mata Bintang benar-benar tidak bisa melirik ke arah lain. Selain melihat dua gunung milik Dasha yang menonjol dengan begitu indah. Dasha sedikit grogi dengan tatapan aneh Bintang ke arah dua gunung miliknya. Tidak hanya Oscar saja yang cabul, tetapi Bintang juga tidak kalah cabul dari Oscar. Mungkin hampir semua pria saja, mereka adalah sosok yang cabul dalam hal tersebut. Tidak heran jika banyak yang mengatakan nafsu pria jauh lebih besar dari nafsu perempuan. Mereka kebanyakan cabul serta sedikit terangsang dengan apa yang disuguhkan oleh perempuan. Dasha mencoba mencairkan suasana yang ada, dengan mulai membicarakan menu makanan yang akan mereka pesan. Dia berusaha untuk bisa fokus ke rencana awal mereka, yakni makan siang."Kira-kira kamu mau makan siang apa hari ini?" tanya Dasha dengan wajah antusias. "Apa saja, terpenting aku makan siang bersama denganmu." jawab Bintang dengan tatapan
Sepanjang perjalanan pulang, Elisa terus tersenyum mengingat apa yang sudah terjadi di dalam ruang kerja Oscar. Dirinya begitu bahagia bisa melakukan kegiatan bercinta bersama dengan Oscar. Itu adalah kegiatan yang begitu dinikmati oleh Elisa sebagai pacar dari Oscar. Bagaimana ia menikmati setiap bentuk tubuh Oscar yang dirasa memiliki keistimewaan tersendiri. Elisa semakin larut dalam kenangan yang menurutnya adalah kenangan paling indah di beberapa bulan terakhir dalam hidup. Ada sedikit cara yang bisa dilakukan oleh Elisa untuk membuat Oscar nyaman. Tentu dengan sentuhan yang menurutnya lembut, Elisa bisa membuat Oscar semakin jatuh hati pada dirinya. Apalagi Oscar pun menikmati apa yang dilakukan oleh Elisa terhadap dia. Elisa semakin senang dengan respon positif yang diberikan oleh Oscar. Elisa kembali membayangkan betapa besarnya perang milik Bintang. Di mana dia kesulitan untuk memegang pedang Bintang tersebut. Elisa pun mulai membayangkan dia akan menikmati setiap hari peda
Dasha terkejut saat Oscar menutup kedua matanya dari belakang. Sebuah tebak-tebakan diberikan oleh Oscar pada Dasha. Tebak-tebakan itu tentu saja mudah ditebak oleh Dasha. Mengingat Dasha ingat betul akan suara dari Oscar yang setiap hari dua dengar. Merasa mudah untuk ditebak oleh Dasha. Oscar terlihat begitu kesal, sebab Dasha bisa dengan mudah menebak dirinya. Hal yang tidak pernah bisa di duga oleh Oscar sebelumnya. Sebab Dasha menebak dengan benar akan dirinya yang menutup kedua mata dari Dasha. "Aku benar-benar tidak menyangka, kamu akan dengan mudah menebak itu aku." ucap Oscar dengan raut wajah bersedih. "Aku bisa mencium aroma tubuh kamu. Begitu juga suara kamu yang sudah sangat familiar di telingaku. Jadi itu adalah hal yang mudah untuk bisa ku tebak." ucap Dasha. Oscar terdiam saat Dasha memaparkan jika dirinya yang sudah begitu familiar akan Oscar itu sendiri. Dia merasa Dasha sudah seperti seorang yang lihai dalam hal memahami suara dan gerak gerik. Itu cukup membuat
Dasha langsung menarik tangan Oscar untuk mendatangi sebuah gerobak cimol. Dasha mengaku begitu suka dengan cimol. Apalagi saat Dasha menambahkan cabe bubuk di cimol itu. Dasha semakin antusias untuk menyantap cimol yang akan dia beli. Oscar yang sudah jarang menyantap makanan di pinggir jalan seperti ini. Merasa kurang antusias seperti yang terjadi pada Dasha. Oscar merasa makanan di pinggir jalan sedikit kurang sehat. Sehingga Oscar sedikit ragu untuk menyantap makanan yang ada. "Apa kamu yakin kita akan makan di sini. Restoran banyak, kenapa harus di sini?" tanya Oscar berbisik di telinga kanan Dasha. "Memangnya kenapa kalau kita makan di sini?" tanya Dasha dengan suara pelan. "Aku tidak melihat standar kesehatan di sini. Apalagi melihat abang-abang yang jualan di sini. Aku ragu untuk menyantap makanan di sini." jawab Oscar tidak kalah pelan. Oscar dan Dasha yang saling berbisik, Lang terkejut saat pedagang cimol itu mulai bertanya cimol yang hendak dibeli oleh Dasha dan Oscar