Sampai di rumah, Dasha segera berlari masuk. Dia mencari keberadaan dari Oscar, mulai dari kamar. Sampai ke ruang kerja yang biasanya digunakan oleh Oscar untuk rehat. Tidak ada keberadaan dari Oscar di kedua ruangan itu. Dasha pun segera mencari ke ruang lainnya. Tidak jauh dari kamar mandi, Dasha mendengar bagaimana suara seseorang terdengar dengan begitu jelasnya. Suara desahan itu semakin kuat terdengar oleh telinga Dasha. Bagaimana ia pun semakin yakin jika orang yang ada di dalam kamar mandi itu adalah Oscar. Dasha tidak ragu membuka pintu kamar mandi yang tidak terkunci tersebut. Dasha yang membuka pintu kamar mandi dengan begitu kerasnya. Cukup membuat kaget Oscar yang sedang melakukan kegiatan olahraga tangan dengan sabun mandi. Oscar sama sekali tidak terkejut dengan kedatangan dari Dasha, ia terlihat santai saat Dasha melihat dirinya sedang berolahraga dengan sebuah sabun yang dipegangnya. Dasha sendiri tidak terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Oscar. Mungkin itu ada
Dasha memberikan pelayanan yang cukup optimal bagi Bintang. Sebuah kesan yang cukup baik diberikan oleh Dasha padanya. Bintang pun merasa apa yang dilakukan oleh Dasha, sesuatu yang cukup istimewa untuk dia ingat selalu. Bintang mengingat setiap adegan yang terjadi di mobil tadi. Sayang, Bintang tidak dapat klimaks yang dia inginkan. Dasha memilih pergi, sebelum Bintang menghujam Dasha dengan rudal besarnya. Tentu itu adalah hal yang membuat Bintang merasa sedikit kecewa. Kekecewaan Bintang tidak terlalu dalam, mungkin suatu hari nanti. Dasha tidak akan malu-malu lagi. Dia akan bisa melakukan apa yang Bintang inginkan. Dasha akan memberikan klimaks yang sempurna untuk Bintang. Sesuai dengan apa yang Bintang harapkan. Bintang yang terus memikirkan Dasha, lupa mengambil air minum yang diminta oleh Irina. Suara keras dari Irina pun langsung menghujam telinga Bintang. Dia segera bergegas ke dapur untuk mengambil air minum yang diminta oleh Irina. Bintang bingung saat sudah berada di da
Dari kejauhan, Riska merekam aktivitas yang dilakukan oleh Irina pada kedua anak Dasha. Riska melihat dengan mata kepalanya sendiri, bagaimana Irina tidak ragu untuk mencubit pinggang kedua anak Dasha dengan begitu kasar. Entah apa yang membuat Irina marah, sehingga dia melakukan tindakan kasar pada keduanya. Riska yang tidak ingin Irina semakin brutal melakukan tindakan yang tidak baik pada kedua anak Dasha. Segera mendatangi Irina dan kedua anak Dasha di teras rumahnya. Nampak Romeo yang merupakan anak kedua Dasha, mulai mengerang kesakitan dengan apa yang dilakukan oleh Irina pada tubuhnya. Romeo pun langsung tubuh Riska untuk meminta perlindungan dari serangan yang akan dilakukan oleh Irina berikutnya. "Tolong kami Tante. Mama Irina tiba-tiba menghukum kami, begitu saja. Entah apa yang membuat dia marah. Tetapi dia justru melampiaskan kemarahannya pada kami berdua. Kami benar-benar takut padanya." Romeo ketakutan. "Dasar anak kurang ajar. Jelas-jelas kalian sudah menumpahkan gel
Elisa masih cukup penasaran dengan sosok perempuan yang menyerupai Rena. Ia masih ingin tahu, identitas dari perempuan yang sama persis dengan Rena. Tidak mungkin itu Rena, sebab Elisa melihat dengan mata kepalanya sendiri. Bagaimana Rena sudah dikubur saat itu. Tidak mungkin Rena bangkit dari dalam kubur seperti yang ada di film horor. Tentu keberadaan perempuan di rumah Oscar. Menjadi tanda tanya yang cukup besar bagi seorang Elisa. Mungkin jawaban yang bisa di dapat oleh Elisa adalah dari ibu Oscar. Dia tidak mungkin tidak tahu akan keberadaan dari perempuan mirip Rena. Sudah pasti ibu Oscar akan tahu akan perempuan tersebut. Itu yang ada di pikiran Elisa saat ini. Sebelum terlambat, Elisa datang lebih awal ke rumah ibu Oscar. Dengan alasan sarapan bersama, Elisa berharap akan ada obrolan kecil yang ujungnya akan berakhir pada jawaban dari pertanyaan Elisa akan perempuan tersebut. Elisa benar-benar berharap bisa mendapatkan jawaban pasti, sehingga ia tidak bertanya-tanya lagi aka
Dasha seketika menangis saat melihat video Irina yang sedang mencubit pinggang Romeo. Tentu saja Dasha tidak terima dengan apa yang diperbuat oleh Irina. Perempuan itu benar-benar tidak memiliki hati sedikitpun. Dengan tega, dia melakukan tindakan yang menurut Dasha adalah sebuah kekerasan pada kedua anaknya. Dasha yang tidak ingin melihat video itu kembali. Meminta pada Riska untuk segera mematikan video yang ada. Dasha benar-benar bersedih atas apa yang dialami oleh anaknya. Ia tidak tega melihat bagaimana kedua anaknya itu mendapatkan penyiksaan dari Irina. "Bagaimana respon Bintang saat itu?' tanya Dasha dengan wajah penasaran. "Bintang tidak tahu saat Irina melakukan tindakan kekerasan. Sebab saat itu dia tidak ada di rumah. Baru setelah aku bertengkar dengan perempuan jahat itu. Bintang datang untuk melerai pertengkaran kamu berdua." jawab Riska. "Tapi Theo dan Romeo baik-baik saja?" "Untungnya aku keburu datang. Sehingga perempuan itu tidak terlalu melakukan kekerasan pada
Irina tidak bisa melepaskan genggaman tangan di tangan kanan Bintang. Padahal tangan Bintang sedang mendorong sebuah troli belanja yang cukup besar. Sebenarnya Bintang sudah mulai merasa pegal saat itu. Tetapi dia sadar, jika dia melepaskan tangan dari Irina. Bukan tidak mungkin, Irina akan marah besar pada dirinya. Dia pun menahan dari rasa pegal yang semakin terasa di tangan kanannya. Kemanjaan dari Irina tidak hanya membuat Bintang mulai merasa pegal. Tetapi kemanjaan dari Irina juga menjadi tontonan beberapa pengunjung supermarket. Mereka mulai menonton Irina yang tidak mau melepaskan genggaman tangan dari Bintang. Bintang yang semakin risih dan malu, mulai mencari cara untuk bisa lepas. Beberapa cara sudah mulai masuk ke dalam otaknya. Tinggal eksekusi dari Bintang saja yang harus sesuai dengan apa yang diharapkan. Jangan sampai apa yang Bintang pikirkan tidak sesuai dengan apa yang akan dilakukan. Semua menjadi buyar begitu saja. Bintang sengaja mengarahkan troli belanja itu
Oscar langsung menutup rapat pintu rumah saat Elisa akan masuk. Dia tidak membiarkan pacarnya itu masuk ke dalam rumah. Ia merasa Elisa hanya akan membuat keributan di rumah. Sehingga Elisa pun tidak diperbolehkan masuk ke dalam rumah. "Kenapa kamu melarang masuk ke rumah kamu sendiri?" tanya Elisa dengan wajah sedih. "Untuk apa kamu masuk ke dalam rumah. Di dalam tidak ada apa-apa. Jadi tidak usah masuk ke dalam rumah." Oscar dengan tegasnya. Elisa menatap wajah Oscar dengan wajah penuh kekecewaan. Ia merasa apa yang dilakukan oleh Oscar adalah tindakan yang menyakitkan. Sepertinya sudah tidak ada sedikitpun maaf bagi Elisa. Padahal Elisa selalu berusaha untuk membuat Oscar bisa hidup lebih nyaman lagi. Tidak ada sedikitpun rasa bersalah dari dalam wajah Oscar. Ia merasa apa yang dilakukan olehnya sudah tepat. Tidak ada yang tersakiti oleh ucapan dan tindakannya. Ia merasa apa yang dilakukan pada Elisa adalah hal yang wajar. Dia saja yang terlalu berlebihan dalam menyikapi sikap
Dasha menyuapi es krim yang sedang di makan pada Oscar. Ia melihat betul bagaimana Oscar yang terlihat kesal dengan kedatangan dari Elisa. Hal yang sama, selalu terjadi saat Elisa datang ke rumah Oscar. Padahal Elisa datang ke rumah Oscar secara baik-baik. Tetapi Oscar selalu menolak dia dengan berbagai alasan. Itu cukup membuat Dasha merasa iba dengan apa yang dirasakan oleh Elisa. "Apa kamu tidak pernah mau membuka hati kamu untuk Elisa?" tanya Dasha menarik salah satu kursi. "Hatiku! Untuk siapa?" jawab Oscar. "Untuk Elisa. Aku pikir hati kamu begitu tertutup untuk memaafkan dia. Padahal belum tentu juga dia bersalah." ucap Dasha duduk di samping Oscar. Oscar tersenyum tipis dengan wajah masam. Terlihat jika ia merasa apa yang diucapkan oleh Dasha adalah hal yang sama sekali tidak benar. Dasha tidak memahami persoalan yang dirasakan oleh Oscar saat ini. Sehingga ia bisa dengan mudah mengatakan hal tersebut pada Oscar. Oscar mengambil sendok es krim Dasha, dia menyendok es krim