Elisa masih cukup penasaran dengan sosok perempuan yang menyerupai Rena. Ia masih ingin tahu, identitas dari perempuan yang sama persis dengan Rena. Tidak mungkin itu Rena, sebab Elisa melihat dengan mata kepalanya sendiri. Bagaimana Rena sudah dikubur saat itu. Tidak mungkin Rena bangkit dari dalam kubur seperti yang ada di film horor. Tentu keberadaan perempuan di rumah Oscar. Menjadi tanda tanya yang cukup besar bagi seorang Elisa. Mungkin jawaban yang bisa di dapat oleh Elisa adalah dari ibu Oscar. Dia tidak mungkin tidak tahu akan keberadaan dari perempuan mirip Rena. Sudah pasti ibu Oscar akan tahu akan perempuan tersebut. Itu yang ada di pikiran Elisa saat ini. Sebelum terlambat, Elisa datang lebih awal ke rumah ibu Oscar. Dengan alasan sarapan bersama, Elisa berharap akan ada obrolan kecil yang ujungnya akan berakhir pada jawaban dari pertanyaan Elisa akan perempuan tersebut. Elisa benar-benar berharap bisa mendapatkan jawaban pasti, sehingga ia tidak bertanya-tanya lagi aka
Dasha seketika menangis saat melihat video Irina yang sedang mencubit pinggang Romeo. Tentu saja Dasha tidak terima dengan apa yang diperbuat oleh Irina. Perempuan itu benar-benar tidak memiliki hati sedikitpun. Dengan tega, dia melakukan tindakan yang menurut Dasha adalah sebuah kekerasan pada kedua anaknya. Dasha yang tidak ingin melihat video itu kembali. Meminta pada Riska untuk segera mematikan video yang ada. Dasha benar-benar bersedih atas apa yang dialami oleh anaknya. Ia tidak tega melihat bagaimana kedua anaknya itu mendapatkan penyiksaan dari Irina. "Bagaimana respon Bintang saat itu?' tanya Dasha dengan wajah penasaran. "Bintang tidak tahu saat Irina melakukan tindakan kekerasan. Sebab saat itu dia tidak ada di rumah. Baru setelah aku bertengkar dengan perempuan jahat itu. Bintang datang untuk melerai pertengkaran kamu berdua." jawab Riska. "Tapi Theo dan Romeo baik-baik saja?" "Untungnya aku keburu datang. Sehingga perempuan itu tidak terlalu melakukan kekerasan pada
Irina tidak bisa melepaskan genggaman tangan di tangan kanan Bintang. Padahal tangan Bintang sedang mendorong sebuah troli belanja yang cukup besar. Sebenarnya Bintang sudah mulai merasa pegal saat itu. Tetapi dia sadar, jika dia melepaskan tangan dari Irina. Bukan tidak mungkin, Irina akan marah besar pada dirinya. Dia pun menahan dari rasa pegal yang semakin terasa di tangan kanannya. Kemanjaan dari Irina tidak hanya membuat Bintang mulai merasa pegal. Tetapi kemanjaan dari Irina juga menjadi tontonan beberapa pengunjung supermarket. Mereka mulai menonton Irina yang tidak mau melepaskan genggaman tangan dari Bintang. Bintang yang semakin risih dan malu, mulai mencari cara untuk bisa lepas. Beberapa cara sudah mulai masuk ke dalam otaknya. Tinggal eksekusi dari Bintang saja yang harus sesuai dengan apa yang diharapkan. Jangan sampai apa yang Bintang pikirkan tidak sesuai dengan apa yang akan dilakukan. Semua menjadi buyar begitu saja. Bintang sengaja mengarahkan troli belanja itu
Oscar langsung menutup rapat pintu rumah saat Elisa akan masuk. Dia tidak membiarkan pacarnya itu masuk ke dalam rumah. Ia merasa Elisa hanya akan membuat keributan di rumah. Sehingga Elisa pun tidak diperbolehkan masuk ke dalam rumah. "Kenapa kamu melarang masuk ke rumah kamu sendiri?" tanya Elisa dengan wajah sedih. "Untuk apa kamu masuk ke dalam rumah. Di dalam tidak ada apa-apa. Jadi tidak usah masuk ke dalam rumah." Oscar dengan tegasnya. Elisa menatap wajah Oscar dengan wajah penuh kekecewaan. Ia merasa apa yang dilakukan oleh Oscar adalah tindakan yang menyakitkan. Sepertinya sudah tidak ada sedikitpun maaf bagi Elisa. Padahal Elisa selalu berusaha untuk membuat Oscar bisa hidup lebih nyaman lagi. Tidak ada sedikitpun rasa bersalah dari dalam wajah Oscar. Ia merasa apa yang dilakukan olehnya sudah tepat. Tidak ada yang tersakiti oleh ucapan dan tindakannya. Ia merasa apa yang dilakukan pada Elisa adalah hal yang wajar. Dia saja yang terlalu berlebihan dalam menyikapi sikap
Dasha menyuapi es krim yang sedang di makan pada Oscar. Ia melihat betul bagaimana Oscar yang terlihat kesal dengan kedatangan dari Elisa. Hal yang sama, selalu terjadi saat Elisa datang ke rumah Oscar. Padahal Elisa datang ke rumah Oscar secara baik-baik. Tetapi Oscar selalu menolak dia dengan berbagai alasan. Itu cukup membuat Dasha merasa iba dengan apa yang dirasakan oleh Elisa. "Apa kamu tidak pernah mau membuka hati kamu untuk Elisa?" tanya Dasha menarik salah satu kursi. "Hatiku! Untuk siapa?" jawab Oscar. "Untuk Elisa. Aku pikir hati kamu begitu tertutup untuk memaafkan dia. Padahal belum tentu juga dia bersalah." ucap Dasha duduk di samping Oscar. Oscar tersenyum tipis dengan wajah masam. Terlihat jika ia merasa apa yang diucapkan oleh Dasha adalah hal yang sama sekali tidak benar. Dasha tidak memahami persoalan yang dirasakan oleh Oscar saat ini. Sehingga ia bisa dengan mudah mengatakan hal tersebut pada Oscar. Oscar mengambil sendok es krim Dasha, dia menyendok es krim
Semenjak menikah dengan Bintang, rasanya sudah tidak ada lagi sifat protektif dari Irina akan Bintang. Tidak ada lagi, pengawasan ketat yang dilakukan oleh Irina akan Bintang. Bagaimana pun juga, penting bagi Irina untuk tahu setiap aktivitas yang dilakukan oleh Bintang. Tidak hanya sekedar mengawasi dia di dalam rumah saja. Tetapi juga harus mulai aktif dalam pengawasan di luar rumah. Salah satunya tentu di sosial media yang ada. Memiliki banyak waktu luang, kini Irina mulai membuka akun milik Bintang di salah satu sosial media berlambang burung. Di aplikasi ini, Irina tidak melihat adanya hal yang mencurigakan akan Bintang. Sehingga ia merasa sudah cukup aman di aplikasi ini. Tidak ada pesan mencurigakan yang dilakukan oleh Bintang dengan seorang perempuan. Berlanjut ke aplikasi yang video yang dirasa oleh Irina, menjadi salah satu aplikasi yang rentan untuk berselingkuh. Banyak perempuan cantik di aplikasi yang kerap digunakan oleh mereka untuk berjoget tersebut. Tidak heran, pen
Dasha begitu bersemangat saat menyapu halaman rumah yang sedikit lebih mirip kebun bunga. Ada banyak daun kering yang berserakan di sana. Khawatir akan menjadi tempat ular bersarang, Dasha pun berinisiatif untuk menyapu halaman rumah tersebut. Tetap modis saat menyapu halaman rumah yang ada. Dasha terlihat begitu bersemangat saat menyapu setiap daun kering yang ada di halaman rumah tersebut. Dia sama sekali tidak merasa capek dengan kegiatan yang dia lakukan. Dasha menikmati apa yang dia lakukan. Sehingga ia merasa ini adalah kegiatan yang paling dia tunggu-tunggu. Perlahan namun pasti, daun-daun yang mulai menutup area bunga. Kini sudah hilang secara perlahan. Tidak ada lagi daun yang ada di sana. Kini bunga cantik nan harum pun sudah terlihat oleh kedua bola mata Dasha. Dia melihat bagaimana indahnya bunga-bunga itu mekar dengan berbagai macam jenis bunga. Aroma yang sempat tertutup oleh dedaunan yang lapuk. Kini mulai berubah, menjadi aroma yang khas dari bunga tersebut. Dasha b
Elisa langsung kembali menutup rapat pintu rumah, saat melihat kedatangan dari Dasha. Dia berseru, meminta Dasha pergi dari rumah. Tidak ingin melihat wajah Dasha ada di hadapannya saat ini. Ia sudah tidak ingin bertemu dengan Dasha yang telah berselingkuh dengan Oscar. Dasha tidak bergeming, dia berusaha untuk tetap berada di depan pintu rumah Elisa. Meminta Elisa mendengarkan semua penjelasan dari dirinya. Dasha ingin memberitahu jika dirinya tidak memiliki hubungan apapun dengan Oscar. Dasha hanya melayani nafsu dari Oscar, tanpa menanamkan rasa cinta pada Oscar. Elisa tetap tidak ingin mendengar apapun penjelasan dari Dasha. Apa yang dia lihat dengan kedua bola matanya. Itu adalah sebuah kejadian yang nyata. Dasha dan Oscar telah bermain mata di belakang Elisa. Padahal Elisa tidak pernah berharap hal itu terjadi padanya, tetapi Dasha dan Oscar mengkhianati semua kepercayaan yang diberikan oleh Elisa. "Pergi dari rumahku! Aku mohon kamu pergi dari sini. Aku tahu, kamu berusaha u